Assalamualaikum..
Al-Islami menyebutkan ada empat faktor utama yang meyebabkan
toleransi yang unik selalu mendominasi perilaku umat Islam terhadap
non-muslim, yaitu :
- Keyakinan terhadap kemuliaan manusia, apapun agamanya, kebangsaannya dan kerukunannya.
- Perbedaan bahwa manusia dalam agama dan keyakinan merupakan realitas
yang dikehendaki Allah SWT yang telah memberi mereka kebebasan untuk
memilih iman dan kufur[*]. Meski pilihan itu akan ada konsekuensi masing-masing kelak.
- Seorang muslim tidak dituntut untuk mengadili kekafiran seseorang
atau menghakimi sesatnya orang lain. Allah sajalah yang akan
menghakiminya nanti.
- Keyakinan bahwa Allah SWT memerintahkan untuk berbuat adil dan
mengajak kepada budi pekerti mulia meskipun kepada orang musyrik. Allah
juga mencela perbuatan dzalim meskipun terhadap kafir.
* Kufur : akhlak tercela terhadap ALLAH karena kufur merupakan suatu perbuatan yang mengingkari ALLAH SWT.
SubhanAllah.. Indah sekali ajaran Islam. Jauh dari yang di tuduhkan dan dicitrakan selama ini.
Memang mungkin saja apa yang mereka lihat tentang Islam sehingga timbul satu citra yang tidak selaras karena Islam kurang berdampingan dengan agama lain dalam berbagai urusan.
Karena Islam mempunyai syariat kuat yang diyakini harus di jalani dalam kehidupan sehari-hari demi menaati perintah Tuhan yang telah menghidupkan dan akan mematikan mereka, sementara syariat itu dianggap kaku, aneh dan jauh berbeda dari kebiasaan pemeluk agama lain yang cenderung bebas dan tidak terikat dengan perintah secara spiritual secara mendalam.
Mungkin setiap agama mempunyai ritual ibadah masing-masing yang dilakukan di waktu tertentu. Setelah ibadah mungkin lepas dari 'atribut' keagamaan. Sementara Islam, peraturan dan ibadahnya juga harus dibawa dalam kehidupan sehari-hari. Segala perkara dalam hidupnya dari sekecil apapun misal ke kamar mandi/ tidur sampai masalah hukum tak bisa lepas dari aturan dan perintah TuhanNya, itulah Islam.
Seperti halnya soal pakaian dan makanan. Islam mempunyai aturan yang jelas dan (seharusnya) teguh mengenai itu. Ia harus berpakaian sesuai syariat yang tertutup, sopan lalu makanan yang di bedakan dalam kategori halal dan haram. Begitu pula dalam perbuatan, sekecil apapun akan menjadikannya ibadah seperti membuang sampah pada tempatnya, jujur dalam berdagang atau berlaku baik pada tetangga. Kemudian hal yang kelihatan sepele itu merupakan sebuah dosa. Misal berkata kotor, mengadu domba, memfitnah dll. Islam percaya semua tindak lakunya disaksikan Allah.
Sekalipun agama yang misal di Indonesia ada 5 selain Islam memiliki asas agama yang berbeda jauh mengenai ajaran dan ibadah misalnya saja Kristen dan Buddha yang jelas-jelas berbeda.. Tapi mereka tidak akan merasa sangat kaku satu sama lain karena aturan keseharian yang tidak jauh berbeda diluar perkara ibadah saja.
Misalnya. Seorang Nasrani tentu akan rikuh menghadapi Muslim yang tidak bisa diajak makan babi dan minum arak, sementara ia bisa mengajak temannya yang Buddha karena sama-sama tak ada larangan. Sehingga inipun cukup menjadi jarak tersendiri bagi Muslim untuk bercampur dengan mereka dalam banyak kegiatan.
Tapi apakah dengan begitu Islam harus menjadi antipati berteman dengan non-muslim? Apakah agama Islam mengajarkan begitu? Apakah Islam harus melarang mereka juga untuk tidak memakan babi dan minum alkohol? Apakah Islam mengajarkan membenci, memusuhi, mendebat agama lain sekalipun dia benar. Atau Islam harus memaksa orang non-muslim untuk masuk Islam? Jawabannya TIDAK!
MENYAMPAIKAN HIKMAH ISLAM
Orang Islam mungkin mempunyai kewajiban dan keinginan sekedar menyampaikan hikmah tentang kebenaran Islam atau menjelaskan kenapa babi haram, alkohol haram dan kenapa harus sholat dll. Tapi, sekali lagi itu sebatas menyampaikan loh..
Kalau bisa masuk dalam hati mereka ya syukur, kalau tidak ya nggak boleh maksa, masing-masing pribadi akan dimintai pertanggung jawaban atas tindak perbuatannya kok dimata Allah. Jadi kita tidak ada hak mengadili dan memaksa, karena Nabi pun tidak di bebankan atas dosa-dosa orang yang musryik. Kita menyampaikan Islam hanya untuk kebaikan orang tersebut, keinginan membantu yang akan di nilai baik pula oleh Allah. Di terima atau tidak juga terserah mereka.. Karena itu tanggung jawabnya sendiri dengan Tuhan.
"Kalau masuk Islam tak modalin bisnis deh.." Hadah.. Kagak ada deh kek begituan.
Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam; Sesungguhnya telah jelas
jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang
ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia
telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus.
Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. 2:256)
Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka
katakanlah: "Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula)
orang-orang yang mengikutiku". Dan katakanlah kepada orang-orang yang
telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi[*]:
"Apakah kamu (mau) masuk Islam?". Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya
mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka
kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha
Melihat akan hamba-hamba-Nya. (QS. 3:20)
* ummi : orang Arab yang tidak bisa baca tulis kala itu di jaman Nabi, sehingga tidak bisa membaca dan mengerti Al-Qur'an.
Menyampaikan Islam apalagi sampai diterima akan sangat baik dan pahala besar di mata Allah. Kalau tidak maka menyampaikannya saja yang di nilai oleh Allah dan mungkin jadi kewajibannya.
Kalau kita bisa memberi hikmah pada orang lain di beri pahala, tapi jika tidak ya tidak berdosa. Karena cara mendapatkan pahala pun sangat banyak dalam Islam. Yang menghasilkan pahala di maksimalkan dilakukan, jika ada yang tidak mampu ya tidak apa-apa, Yang menghasilkan dosa ya di maksimalkan di hindari, jika ada yang tak terhindarkan ya cepat banyak taubat, Kurang lebih gitu deh Islam :)
MEMAKI SESEMBAHAN AGAMA LAIN
Nah, kalaupun ada muslim yang bersikap kurang bersahabat, itu tentu karena dirinya sendiri. Mungkin karena dia terlalu ingin membela Islam, karena dia ingin orang mengerti, karena marah Islam direndahkan atau memang dia sombong. Nah.. Tidak tahu, itu adalah pribadi masing-masing yang sangat mungkin dimiliki seorang muslim karena dia manusia biasa juga yang tidak sempurna.
Kalau ada orang yang melanggar peraturan yang disalahkan yang melanggar atau peraturannya nih? Iya kan?
"...Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum,
mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil
itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. 5:8)
Seperti itulah Islam mengajari. Misalnya dalam satu kasus, mungkin saja Islam ada sedikit cekcok dengan si X pemeluk agama Y..
Tentu dia jadi keki sama si X atau mungkin orang sejenisnya, tapi tidak berarti dia harus membenci seluruh orang yang menganut agama Y.
Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain
Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas
tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap
baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka,
lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan. (QS. 6:108)
Islam
melarang kaum muslimin mencela sesembahan orang-orang kafir tanpa
pengetahuan.Ketentuan ini ditujukan agar pencelaan itu tidak berakibat
pencelaan balik terhadap Allah swt. Mencela kekafiran, kesyirikan, dan
sesembahan-sesembahan palsu selain Allah swt adalah perkara yang hukum asalnya
mubah[*]. Akan tetapi jika pencelaan itu mengakibatkan dicelanya Allah dan
kesucian kaum muslimin, maka pencelaan terhadap sesembahan-sesembahan
orang-orang kafir tersebut menjadi haram dilakukan.
*mubah : apabila dikerjakan tidak berpahala dan tidak berdosa
TOLERANSI SOAL IBADAH DAN PERAYAAN AGAMA LAIN
Bagaimanapun toleransi harus di tekankan, Islam tetap saja tidak sejalan dan sependapat soal aqidah dengan agama lain.
*Aqidah = simpulan iman ataupun pegangan yang kuat atau satu keyakinan yang menjadi pegangan yang kuat
Tentang Ibadah dan Perayaan agama lain, Islam tetap bertoleransi dengan tidak boleh mengganggu atau melarang jalannya acara tersebut kecuali memang ada yang tidak sesuai dengan kesepakatan bersama.
Tapi untuk ikut merayakan dan menjalankan itulah yang jelas-jelas dilarang.
Mungkin sebagian lagi ada yang mengkritisi kenapa orang Islam terlihat angkuh dengan tidak mengucapkan selamat atas hari raya suatu agama?
Itulah cara Islam menjalankan Tauhid (MengEsakan Tuhan) nya. Apapun yang tidak sesuai dengan hukum Tauhid, maka tak bisa di akui. Sekalipun penganut agama Islam, tapi kalau dia meminta pada selain Allah, maka itu sudah menyalahi Tauhid dan tidak dibenarkan dalam Islam. Sementara agama lain tidak ada sejalan dengan dengan Tauhid maka Islam tidak bisa mengakui kebenarannya. Karena orang Islam takut akan melanggar ketentuan dan perintah TuhanNya.
Salah satu penjelasannya: Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam kitabnya Ahkamu Ahlidz Dzimmah. Beliau rahimahullah
mengatakan, “Adapun memberi ucapan selamat pada syi’ar-syi’ar kekufuran
yang khusus bagi orang-orang kafir (seperti mengucapkan selamat natal,
pen) adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan ijma’ (kesepakatan) kaum
muslimin. Contohnya adalah memberi ucapan selamat pada hari raya dan puasa
mereka seperti mengatakan, ‘Semoga hari ini adalah hari yang berkah
bagimu’, atau dengan ucapan selamat pada hari besar mereka dan
semacamnya. Kalau memang orang yang mengucapkan hal ini bisa selamat
dari kekafiran, namun dia tidak akan lolos dari perkara yang diharamkan.
Ibnul Qoyyim rahimahullah
dalam kitabnya Ahkamu Ahlidz Dzimmah. Beliau rahimahullah
mengatakan, “Adapun memberi ucapan selamat pada syi’ar-syi’ar kekufuran yang
khusus bagi orang-orang kafir adalah
sesuatu yang diharamkan berdasarkan ijma’ kaum muslimin. Dengan ucapan selamat pada hari
besar mereka dan semacamnya. Kalau
memang orang yang mengucapkan hal ini bisa selamat dari kekafiran, namun dia
tidak akan lolos dari perkara yang diharamkan.."
Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam kitabnya Ahkamu Ahlidz Dzimmah. Beliau rahimahullah
mengatakan, “Adapun memberi ucapan selamat pada syi’ar-syi’ar kekufuran
yang khusus bagi orang-orang kafir (seperti mengucapkan selamat natal,
pen) adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan ijma’ (kesepakatan) kaum
muslimin.
Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam kitabnya Ahkamu Ahlidz Dzimmah. Beliau rahimahullah
mengatakan, “Adapun memberi ucapan selamat pada syi’ar-syi’ar kekufuran
yang khusus bagi orang-orang kafir (seperti mengucapkan selamat natal,
pen) adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan ijma’ (kesepakatan) kaum
muslimin.
Coba deh di cek pada contoh pembahasan orang yang sudah ahli --> Felix Siauw - Toleransi Islam untuk 25 Desember
Karena itu janganlah kamu takut
kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar
ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak
memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah
orang-orang yang kafir (QS. 5:44)
-------------------------
Jadi,
toleransi dalam Islam harus dibatasi dari bersikap nifaq (munafik terhadap
aqidah agama bathil) dan tidak meninggalkan aktivitas menyeru kepada kebenaran.
Dengan tidak "melecehkan" (sesembahan agama bathil) hingga
menyebabkan terjadinya pelecehan dan penghinaan balik tapi tidak juga mengikuti
apa yang dilakukan agama lain.
Ketika
Allah swt mengutus Musa as dan Harun as kepada Fir'aun, Allah berfirman kepada
keduanya, "Pergilah kamu beserta saudaramu dengan membawa ayat-ayatKu,
dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingatKu. Pergilah kamu berdua kepada
Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua
kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau
takut."(Thaha:43). Nabi Musa pun tatkala menyeru kepada raja
Fir’aun, beliau as menyeru dengan perkataan yang sangat halus dan sopan, “Sesungguhnya
telah diwahyukan kepada kami bahwa siksa itu (ditimpakan) atas orang-orang yang
mendustakan dan berpaling". (Thaha:48).
Islam
memerintahkan kita untuk tidak mencela pemeluk keyakinan-keyakinan non Islam,
kalaupun keyakinan mereka layak untuk mendapatkan celaan. Sebab,
pencelaan yang tidak didasarkan pada pengetahuan akan memadamkan cahaya aqal
dan menyalakan naluri permusuhan dalam jiwa. Selain itu, pencelaan tanpa
dasar pengetahuan juga akan menutup pintu penerimaan terhadap da'wah
Islam. Di sisi lain, Islam telah memerintahkan kita untuk menjelaskan
kebathilan 'aqidah-'aqidah bathil, serta menunjukkan kehinaan dan keburukannya
bila keyakinan itu dipeluk dan diamalkan, dengan cara yang jelas dan argumen
yang kuat.
Wallahu Alam (Allah yang Maha Tahu) .
Semoga Bermanfaat, Mohon Maaf jika ada khilaf..
Sebatas ini ilmu yang saya dapat mengenai artikel ini yang mungkin sebenarnya lebih luas, jika ada lagi akan saya share lagi ^__^
Wassalam..