Second Menu

Pages

Selasa, 13 Desember 2016

Nasehat untuk diriku agar kembali ke Tujuan Hidup yang Hakiki

Assalamualaikum...


Mungkin karena merasa banyak dosa, saya jadi berusaha banyak muhasabah akhir-akhir ini. Saya mengakui bahwa iman saya itu lemah meskipun ada. Yups, Ada tapi lemah, kayak hape punya baterai dan bisa nyala tapi gampang lowbatt... Hufft, Astaghfirullah.. 
Saya tidak mau disebut tidak beriman tapi saya mengakui kalau iman saya banyak bolongnya. 

Awalnya iman melompong, kemudian sedikit belajar dan mencoba menanjaki tangga-tangga hijrah yang banyak dan menjulang. Terkadang kita cepat sekali mendaki, kadang pelan-pelan karena sedikit tersengal, kadang sesaat berhenti, duduk-duduk dan mengitari sekitar dengan pemandangan yang bermacam-macam, kemudian kembali ke anak tangga untuk menanjaki lagi anak tangga satu persatu yang tak pernah terkikis dan layu bunga-bunganya.


Yang penting, jangan kembali...
Jangan melengok, terlena lalu pergi jauh dari anak tangga lagi. Jadi lupa tujuan hanya karena ada taman-taman 'artificial' di sekitar, sementara ujung tangga yang hendak kita tuju itu ada taman terindah dan paling indah yang pernah diciptakan. 

Itu sih perumpamaan saya saja. Ibarat tangga, tahap pematangan iman itu memang banyak, panjang dan bisa dibilang seumur hidup. 

Tapi kadang karena banyak godaan dan manusia adalah tempatnya lupa dan salah, tak banyak manusia yang bisa istiqomah tetap berada di jalur dan mendaki dengan cepat.
Kebanyak keluar jalur dan melupakan, hanya teringat sedikit peraturan tapi tak berjalan di tempatnya... 

Oke... apa sih maksud saya menulis ini...?
Saya menulis ini untuk mengingatkan diri saya sendiri, bahwa tujuan hidup saya adalah Allah.


Mau hidup lagi menderita maupun berlimpah, tujuannya tetap sama!

Hidup saya bukannya sedang pada tahap berhura-hura, jujur saja hidup saya lebih baik dalam taraf 'duniawi' saat ini.  Saya punya pegangan duniawi yang meski bukan yang berlebih-lebih tapi 'cukup' dan menyenangkan. 

Saya berada di negara jauh untuk 'mengadu nasib', istilahnya. Belajar di negeri orang beralasan untuk bisa mendapatkan penghidupan yang baik saat kembali di Indonesia. Mendapat pengalaman dan juga banyak kesempatan bagus. 

Yaps, disini saya bisa menjalani banyak hal yang nggak bisa saya lakoni di Indonesia. Mendapatkan banyak hal yang membuat saya harus bersyukur mungkin ribuan kali dalam sehari. 

Tapi kadang karena melihat kesempatan-kesempatan bagus yang lewat di depan mata, ada tersirat ingin terjun lebih dalam, tanpa memperhitungkan lagi apakah itu seimbang dengan tujuan hidup saya yang sebenarnya?

Kalau saya terlalu sibuk dengan ini semua, apakah Allah akan meridhoi? Usaha memang perlu, usaha sama sekali tidak dilarang, tapi kalau saya terlena di dalamnya kemudian banyak hal yang sebenarnya tidak dibenarkan, meski akan membuat saya punya banyak uang, punya banyak relasi, dll...

Sementara tujuan saya sebenarnya pada umumnya... 
Menjadi orang yang baik dihadapan Allah yang kemudian baik kepada orang entah itu dipandang baik atau tidak oleh orang, intinya kudu punya hidup berguna untuk orang demi mengharap ridho Allah.

Setan tidak akan berhenti menggoda kita sampai terseret ke dalam neraka bersama mereka. Serem yaaaa....

Makanya seberapa kita sudah merasa dalam titik aman sebuah iman, jangan dulu berpuas dan berbangga dulu. Karena dengan kencangnya godaan dari populasi setan yang nggak kalah banyak, maka kita kudu memastikan kalau pegangan kita sudah kuat di setiap langkah, kalau longgar dikit, bisa menggok dikit, sekali menggok dikit bisa kebablasan.

Percaya nggak percaya, saya pernah mendengar kisah tentang penghafal Al-Qur'an yang akhirnya tergoda untuk berzina, kemudian dalam kenyataan kita aja, banyak mantan hijab, banyak yang buka hijab lalu jadi roooock ~ Sedahsyat itu ya godaan setan, menakutkan.
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi (QS. Al-Ankaboot:2)

Maka dari itu ada istilah 'Istiqomah', setelah menemukan hidayah dan proses hijrah yang cukup sulit karena kita harus merubah pemikiran dan kebiasaan yang sudah lama dilakoni, maka istiqomah alias mempertahankan perubahan itu adalah tahap 'selamanya' yang paling susah.  Allah akan bernar-benar menguji dimana antara hamba-hambaNya yang paling 'setia' yahh... istiqomah ini sama istilahnya sama setia kali yaaa...

Seperti dalam hubungan atau pernikahan, keputusan seseorang untuk menikah sudah baik tapi perjuangan dimulai dari sana, menikah bisa jadi jalan kemuliaan dan ibadah, tapi setelah kesetiaan dan komitmen bisa dibuktikan sampai akhir hidup, begitu pula iman, sebelum kita mati dengan iman yang baik, sebelum digelari Allah sebagai orang 'khusnul qatimah' maka kita belum bisa dibilang berhasil dalam kehidupan ini.


Memanglah aku pun manusia akhir jaman, entah kenapa hati ini ini bisa keras sesekali atau bahkan berkali-kali, nggak malu sama Allah. Menikmati rahmatNya tanpa mengindahkan ayat-ayatNya yang sempat kulantunkan dengan mulutku sendiri dan juga sempat kuresapi dalam hati. Terkadang aku sadar, aku mengingkari apa yang dulu sudah kupahami, dan sempat aku jalani. Aku tahu saat itu hatiku damai, tapi duniawi ini kadang juga membalut hatiku, merasa ini juga kesejukkan yang hakiki.

Mungkin aku tertipu dengan dunia, Allah memberi apa yang kuminta tapi setan terus berusaha menggodaku dikeadaanku yang sudah berbeda, ada dua jalan dihadapanku. Survive dengan jalan Allah yang disini makin terasa berat atau sedikit mengabaikan saja dengan perlahan-lahan terbawa ke jalan setan. Semua mulai kabur di pandanganku, yang kulihat hanya tujuan duniawi, aku merasa sisi buruk dariku yang lahan-lahan sudah mati-matian ku hilangkan bisa muncul lagi karena keadaan disini terlihat sah-sah saja dan sewajarnya...

Aku pun tak bisa lama bersimpuh memohon ampun dan meminta petunjuknya, pikiranku seperti sudah di silaukan dan dialihkan dengan kesibukan lain yang silih berganti. Tak adapula ketenangan untuk ibadah, tidak banyak ajakan untuk

Wahai diriku...
Kamu tidak dipuncak gunung kejayaan, jangan berbangga, jangan pula sombong ...
Ingatlah ketika Allah pernah mengambil apa yang kau miliki dan kau banggakan.
Saat itu kau sadar bahwa dont take anything for granted
Pun tidak juga di jurang kehidupan, jangan berputus asa dan banyak-banyaklah bersyukur...

Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan

Ingatlah kalimat Al-Qur'an di surat Ali Imran ayat 185 yang selalu kau ingat setiap kau tahu kau sedang terlena akan keindahan dunia yang menyenangkan hatimu. Bersyukurlah ketika kau dapat menikmati indahnya dunia ini, tapi jangan membiarkannya menguasai nafsumu...

Kau tahu hidup bukan sekedar 'begini saja'. Kau tahu kenapa alam semesta dan isinya ini ada, bukan untuk kau lakoni semaunya karena kau tahu akan kematian, tapi sebaliknya...

Kau tahu semua ini akan berakhir maka kalau kau terus terlena kau bisa merasakan akibatnya yang menyebabkan penyesalan besar tiada akhir.

Hari ini kau hidup jauh dari Masjid, yang mungkin bisa mengingatkanmu tentang agama, jauh pula dari keluarga yang mempedulikan keadaan hatimu, tapi kau tahu kau selalu dekat dengan Allah, kau bisa bersimpuh dimanapun kamu berada. Mintalah Allah menjaga hatimu, agar selalu ditunjukkan dan pula diberi kebaikan dengan ridhonya agar kau menikmati semua ini bukan sebagai ganti kenikmatan di surga yang tidak kau dapat lagi. Padahal surgalah tujuan utama hidupmu, bukan sekedar surga dunia...

Maaf aku harus memilih pemimpin muslim..

Assalamualaikum...



Ditengah kesibukan yang tiada henti, saya yang sedang studi diluar negeri tentu saja masih kepo atau mau tidak mau mengetahui tentang isu di negara sendiri. 

Mungkin memang sudah suratan, semua ini terjadi tidak lain karena hidup ini memang hakikatnya 'ujian'. Sedikit banyak jadi terlihat siapa yang hidup untuk apa, dan siapa yang hidup bagaimana. 

Isu politik yang campur aduk dengan agama.. 
Apakah nggak ada kaitannya?? Atau nggak boleh dikaitin?
Yang bener adalah memang ada kaitannya dan harus dikaitkan. 

Aku bukan mau ngajari lohh... Tapi mau curhaaaaattt... Karena meski ilmu agama saya itu masih level bawah, tapi saya percaya diri berkata bahwa saya punya iman dan kecintaan yang besar pada agama saya...

Jangankan politik, bisnis online aja masih pake aturan agama kok, kalau nggak, kalau kalau saling tipu gimana? Penipuan kecil yang nggak tersentuh hukum tetap aja terhitung dosa secara agama, kalau ngerti agama, dijamin semua akan aman, karena dalam Islampun diatur hukum jual beli. 

Dan masih banyak hal lagi yang semuanya diatur agama, termasuk soal makan dan tidur. Nabi Muhammad mengajarkan atau menganjurkan kita kalau makan pakai tangan kanan, makan buah itu sebelum makan nasi, memulai makan sebelum sangat lapar, berhenti makan sebelum terlalu kenyang, bersihkan tempat tidur sebelum tidur, tidurlah menghadap kanan dan lain-lain... 

Itu semua ada manfaat untuk kita... ada ilmunya ada efek baiknya. 

Atau hal apa aja deh, soal mandi, pekerjaan, pernikahan... Semua ada di agama Islam, apalagi soal memimpin wilayah yang orangnya ribuan, ratusan ribu atau jutaan. Namanya rakyat yang butuh pemimpin itu berarti dia ingin ada sosok yang mengatur, membangun tidak hanya soal fasilitas tapi juga akhlak rakyat dan lainnya. 

Lihat saja ibu Risma, walikota Surabaya yang dengan tegasnya menutup kawasan lokalisasi yang sudah berdiri puluhan tahun (atau ntah sih berapa tahun), nah sikap bu Risma ini demi apa? Demi membantu memperbaiki kebiasaan buruk dan moral rakyatnya, menghindarkan dari zina. Meski nggak dijamin juga karena mereka bisa datang ke tempat lain, tapi ini sudah jelas ini merupakan upaya beliau untuk 'membasmi' tempat-tempat merusak moral rakyat. Ini adalah satu langkah nyata pemimpin yang bermoral dan berakhlak Islami. Menegaskan bahwa tak layak ada tempat seperti ini di Indonesia. Menegaskan jati diri negara juga.

Naaaahhh... berseberangan dengan bapak blabla yang dan notabene 'pemimpin ibukota' pertama yang beragama selain Islam yang pernah bilang mau melegalkan minuman keras dan mau bikin tempat judi tandingan Casino di Singapura, entah apa maksudnya atau mungkin punya impian Indonesia jadi 'the next singapura'..

Iya banyak yang bela banyak perubahan setelah dia jadi pemimpin, pasar yang kotor jadi bersih, sungai yang kotor jadi bersih, tapi eh tapiiiii.... masak moralnya bangsa mau dikotorin sih bang?? Eh pak?? 

'Alkohol itu gak memabukkan kok kalau diminum sedikit.' Katanya
'Minum es teh 2000 an udah seger bugar kok pak.' jawabku. 

kkkk

Ntah lah kayaknya sengaja bingit gitu mau mancing-mancing orang muslim. Atau entah maunya apa hanya dia yang tahu, mbok ya punya kebijakan lain, "Saya mau bikin pabrik pop ice dalam botol kek atau apa kek..." kenapa kok yang diajukan itu sengaja banget hal yang 'di ogahin' sama orang muslim, why pak why... 

Dan saat itu tampaknya orang muslim cuma bisa berkoar-koar tetangga, nulis web dan blog ala aku, atau bercuap-cuap di sosmed...  

Belum lagi gaya bicaranya yang kasar, bukan tegas sih kalau menurut saya, tapi kasar dan bahkan nggak segan mengeluarkan kata kotor, saya speechless. Dari awal liat dia naik jabatan saya juga udah nggak suka, tapi apa daya sayapun tetap melanjutkan hidup tanpa memikirkannya (gubrak), tapi mengetahui cara dia berbicara dengan rakyat, makin-makin saya nggak suka. Sama temen yang suka ngomong kasar aja saya risih apalagi pemimpin, ampun-ampun... 

Daaaannn... Akhir-akhir ini... 
Sedang panas isu penistaan agama, penistaan Al-Qur'an...
Di bodohin lah dibohongin lah... 

Sebelum kontroversi ini saya pernah sih dia menghina agamanya sendiri,  juga bilang kalau agama itu 'racun' dan bikin saya memutar otak, apa itu berarti dia sekarang nggak punya iman? Ntah sih... Terserah dia sih.. 

Terus yang kayak gitu mau di jadikan pemimpin ㅠㅜ

"Tai... Tai..."
"Maling ibu itu maling!"
"Terus saya harus gimana bu? Harus marah-marah gitu ke pihak mallnya biar anda puas??" tuturnya pada warga ibukota yang mengadukan sebuah mall yang menyebabkan anaknya kecelakan di elevator...

Akhir-akhir ini ada juga perkataan beliau 'Apa salahnya diskotek."

Kalau saya tokoh kartun saya pasti dah merasa ditimpuk kayu... berat lihat ini semua, inikah pemimpin di negara ku? huhuhuhuhu sedih cinta... 

Kalau dia sedang di lingkungan intern mau bicara gimana juga tak akan banyak yang tahu tapi semarah-marahnya, di depan rakyat luas yang menontonnya seharusnya dia menjaga bicara. Kalau dilihat anak-anak yang setengah akal lalu karena pemimpinnya yang bicara mereka mengikuti karena menganggap itu sah-sah saja, maka lihatlah generasi yang penuh dengan saling caci maki dan kata kotor. 
Sesungguhnya masih ada kata ungkapan marah yang tidak terdengar kotor dan kasar. 

"Lebih baik yang mulutnya kotor tapi hatinya bersih, daripada mulutnya bersih tapi hati kotor." saya barusan melihat komentar ini kolom komentar berita tentang sang bapak. 

Memangnya di Indonesia kekurangan orang yang mulutnya dan hatinya bersih ya???

"Lebih baik non muslim tapi baik daripada muslim tapi tidak baik." kata-kata mainstream yang diungkapkan golongan-golongan muslim yang tak mau mengimani Al-Qurannya, khususnya ayat Al-Maidah: 51.

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (QS: Al-Maidah: 51)

Memangnya kalian kira kami mau pilih muslim tapi tak baik?? Apa kamu pikir semua muslim nggak ada yang baik?

Mau milih kok yang setengah-setengah??

Mau rumah mewah tapi pasti kena bencana apa rumah kayak kandang ayam tapi aman-aman saja? Hayooo...

Karena ada rumah bagus dan aman jadi saya nggak pilih dua pilihan diatas ya... oke sip.

Saya tahu, sebagaimanapun dia presiden atau raja, dia nggak akan bisa menjadi orang yang sempurna. Dia pasti ada cela dan kesalahan tapi ibarat perumpaman rumah diatas, meskipun rumah bagus dan aman tadi tetap saja bisa bocor dan sedikit kebanjiran, tapi dia jauh lebih mending daripada dua pilihan diatas lainnya. 

Dan saya nggak mau menuduh umat agama lain, atau 'merendahkan' mereka sehingga kaum mereka nggak bisa jadi pemimpin kami. 

Tapi maafkan... Kami adalah mayoritas, bukan secara arogansi saya mengungkap ini, tapi justru sebaliknya, pahamilah kami mayoritas yang ingin punya pemimpin yang mengatur dan membina kami sesuai dengan apa yang sebagian besar kami percayai. 

Yakinlah... Bukan hanya kami. 

Sekarang saya di Korea, mau kah orang Korea yang mayoritas Buddha atau Kristen dipimpin dengan orang Islam? Pasti sama nggak mau, karena akan mengeluarkan perintah-perintah baru sesuai dengan pemikiran pemimpin, otomatis rakyat harus menerima atau mengikuti. 

Lah buat kalian yang berbeda dengan kami, berat kami untuk mengikuti dengan pemikiran kalian yang tidak sesuai dengan apa yang kami percayai.  Kalau pemimpin dari kalangan non muslim Saya di Korea juga berusaha memahami apa yang mereka percayai, selama tidak merugikan saya, 

Pengertian untuk teman-teman non muslim sekalian...

Mungkin kalian menganggap kami ini apa ya... mmm, diskriminasi mungkin? Karena nggak mau dipimpin sama orang-orang golongan kalian.

Ya coba pahami satu hal kecil, pernikahan beda agama itu bukan hanya Islam saja kan yang melarang? Orang Kristen juga nggak mau kan anaknya nikah sama orang Islam?

Atau gimana kalau Amerika dipimpin sama orang muslim, nggak mau kan??

Ya gitulah rasanya...

Disini yang di tekankan, kita bukannya mau 'menentang habis-habisan' orang non muslim yang mau mengajukan diri sebagai pemimpin. Ya silahkan saja, itu hak anda sebagai warga negara. Tapi yang ditekankan adalah kami ingin memperingatkan saudara seagama kita bahwa kita harus ingat perintah Al-Qur'an dalam memilih pemimpin. Yang pertama, harus seiman, yang kedua dengan segala bobot bibitnya, harus dipilih yang paling kecil mudhorotnya.

Lah kalo gitu otomatis yang muslim yang menang dong? Jelas muslim mayoritas...

Itu diluar konteks, jika menurut perhitungan aljabar itu sudah jelas hasil mutlak, ya sudah hukum alam.

Jadi umat muslim yang ngaku punya iman tapi masih mau koar-koar begini begitu, tetap ngeyel milih non muslim ya monggo... dikoreksi lagi bacaan Al-Qur'an dan Haditsnya. Kalo nggak ya, dipertanggung jawabkan nanti .. Mempertanggung jawabkan apa yang dipilih. Hidup itu memang pilihan, tentang pilih dan dipilih. 






Sementara itu saja yaa... sebenarnya banyak bahasan lain ttentang ini, tapi mungkin akan saya bahas di potingan selanjutnya. Udah dulu ya...

Wassalam...