Second Menu

Pages

Rabu, 26 Juni 2013

Allah Mengabulkan Doa Setiap Orang


Allah Yang Mahakuasa, Maha Pengasih, dan Maha Penyayang, telah berfirman dalam al-Qur'an bahwa Dia dekat dengan manusia dan akan mengabulkan permohonan orang-orang yang berdoa kepada-Nya. Adapun salah satu ayat yang membicarakan masalah tersebut adalah:
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi-Ku, dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran." (Q.s. al-Baqarah: 186).

Sebagaimana dinyatakan dalam ayat di atas, Allah itu dekat kepada setiap orang. Dia Maha Mengetahui keinginan, perasaan, pikiran, kata-kata yang diucapkan, bisikan, bahkan apa saja yang tersembunyi dalam hati setiap orang. Dengan demikian, Allah Mendengar dan Mengetahui setiap orang yang berpaling kepada-Nya dan berdoa kepada-Nya. Inilah karunia Allah kepada manusia dan sebagai wujud dari kasih-sayang-Nya, rahmat-Nya, dan kekuasaan-Nya yang tiada batas.

Allah memiliki kekuasaan dan pengetahuan yang tiada batas. Dialah Pemilik segala sesuatu di seluruh alam semesta. Setiap makhluk, setiap benda, dari orang-orang yang tampaknya paling kuat hingga orang-orang yang sangat kaya, dari binatang-binatang yang sangat besar hingga yang sangat kecil yang mendiami bumi, semuanya milik Allah dan semuanya berada dalam kehendak-Nya dan pegaturan-Nya yang mutlak. 

Seseorang yang beriman terhadap kebenaran ini dapat berdoa kepada Allah mengenai apa saja dan dapat berharap bahwa Allah akan mengabulkan doa-doanya. Misalnya, seseorang yang mengidap penyakit yang tidak dapat disembuhkan tentu saja akan berusaha untuk melakukan berbagai macam pengobatan. Namun ketika mengetahui bahwa hanya Allah yang dapat memberikan kesehatan, lalu ia pun berdoa kepada-Nya memohon kesembuhan. Demikian pula, orang yang mengalami ketakutan atau kecemasan dapat berdoa kepada Allah agar terbebas dari ketakutan dan kecemasan. 

Seseorang yang menghadapi kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaan dapat berpaling kepada Allah untuk menghilangkan kesulitannya. Seseorang dapat berdoa kepada Allah untuk memohon berbagai hal yang tidak terhitung banyaknya seperti untuk memohon bimbingan kepada jalan yang benar, untuk dimasukkan ke dalam surga bersama-sama orang-orang beriman lainnya, agar lebih meyakini surga, neraka, Kekuasaan Allah, untuk kesehatan, dan sebagainya. 
Inilah yang telah ditekankan Rasulullah saw. dalam sabdanya:
"Maukah aku beritahukan kepadamu suatu senjata yang dapat melindungimu dari kejahatan musuh dan agar rezekimu bertambah?" Mereka berkata, "Tentu saja wahai Rasulullah." Beliau bersabda, "Serulah Tuhanmu siang dan malam, karena 'doa' itu merupakan senjata bagi orang yang beriman."

Namun demikian, terdapat rahasia lain di balik apa yang diungkapkan dalam al-Qur'an yang perlu kita bicarakan dalam masalah ini. Sebagaimana Allah telah menyatakan dalam ayat:
"Dan manusia berdoa untuk kejahatan sebagaimana ia berdoa untuk kebaikan. Dan manusia itu tergesa-gesa." (Q.s. al-Isra':11). 

Tidak setiap doa yang dipanjatkan oleh manusia itu bermanfaat. Misalnya seseorang memohon kepada Allah agar diberi harta dan kekayaan yang banyak untuk anak-anaknya kelak. Akan tetapi Allah tidak melihat kebaikan di dalam doanya itu. Yakni, kekayaan yang banyak itu justru dapat memalingkan anak-anak tersebut dari Allah. Dalam hal ini, Allah mendengar doa orang tersebut, menerimanya sebagai amal ibadah, dan mengabulkannya dengan cara yang sebaik-baiknya. 

Sebagai contoh lainnya, seseorang berdoa agar tidak terlambat dalam memenuhi perjanjian. Namun tampaknya lebih baik baginya jika ia sampai di tujuan setelah waktu yang ditentukan, karena ia dapat bertemu dengan seseorang yang memberikan sesuatu yang lebih bermanfaat untuk kehidupan yang abadi. Allah mengetahui masalah ini, dan Dia mengabulkan doa bukan berdasarkan apa yang dipikirkan orang itu, tetapi dengan cara yang terbaik. 

Yakni, Allah mendengar doa orang itu, tetapi jika Dia melihat tidak ada kebaikan dalam doanya itu, Dia memberikan apa yang terbaik bagi orang itu. Tentu saja hal ini merupakan rahasia yang sangat penting.

Ketika doa tidak dikabulkan, orang-orang tidak menyadari tentang rahasia ini, mereka mengira bahwa Allah tidak mendengar doa mereka. Sesungguhnya hal ini merupakan keyakinan orang-orang bodoh yang sesat, karena "Allah itu lebih dekat kepada manusia daripada urat lehernya sendiri." (Q.s. Qaf: 16). Dia Maha Mengetahui perkataan apa saja yang diucapkan, apa saja yang dipikirkan, dan peristiwa apa saja yang dialami seseorang. Bahkan ketika seseorang tertidur, Allah mengetahui apa yang ia alami dalam mimpinya. Allah adalah Yang menciptakan segala sesuatu. Oleh karena itu, kapan saja seseorang berdoa kepada Allah, ia harus menyadari bahwa Allah akan menerima doanya pada saat yang paling tepat dan akan memberikan apa yang terbaik baginya.
Doa, di samping sebagai bentuk amal ibadah, juga merupakan karunia Allah yang sangat berharga bagi manusia, karena melalui doa, Allah akan memberikan kepada manusia sesuatu yang Dia pandang baik dan bermanfaat bagi dirinya. Allah menyatakan pentingnya doa dalam sebuah ayat:
"Katakanlah: 'Tuhanku tidak mengindahkan kamu, andaikan tidak karena doamu. Tetapi kamu sungguh telah mendustakan-Nya, karena itu kelak azab pasti akan menimpamu'." (Q.s. al-Furqan: 77)
Allah Mengabulkan Doa Orang-orang yang Menderita dan Berada dalam Kesulitan.
Doa adalah saat-saat ketika kedekatan seseorang dengan Allah dapat dirasakan. Sebagai hamba Allah, seseorang sangat memerlukan Dia. Hal ini karena ketika seseorang berdoa, ia akan menyadari betapa lemahnya dan betapa hinanya dirinya di hadapan Allah, dan ia menyadari bahwa tak seorang pun yang dapat menolongnya kecuali Allah.

Keikhlasan dan kesungguhan seseorang dalam berdoa tergantung pada sejauh mana ia merasa memerlukan. Misalnya, setiap orang berdoa kepada Allah untuk memohon keselamatan di dunia. Namun, orang yang merasa putus asa di tengah-tengah medan perang akan berdoa lebih sungguh-sungguh dan dengan berendah diri di hadapan Allah. Demikian pula, ketika terjadi badai yang menerpa sebuah kapal atau pesawat terbang sehingga terancam bahaya, orang-orang akan memohon kepada Allah dengan berendah diri.

Mereka akan ikhlas dan berserah diri dalam berdoa. Allah menceritakan keadaan ini dalam sebuah ayat:
"Katakanlah: Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut, yang kamu berdoa kepada-Nya dengan berendah diri dengan suara yang lembut: 'Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur'." (Q.s. al-An'am: 63).
Di dalam al-Qur'an, Allah memerintahkan manusia agar berdoa dengan merendahkan diri:
"Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas." (Q.s. al-A'raf: 55).
Dalam ayat lainnya, Allah menyatakan bahwa Dia mengabulkan doa orang-orang yang teraniaya dan orang-orang yang berada dalam kesusahan:
"Atau siapakah yang mengabulkan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu sebagai khalifah di bumi? Apakah ada tuhan lain selain Allah? Sedikit sekali kamu yang memperhatikannya." (Q.s. an-Naml: 62).
Tentu saja orang tidak harus berada dalam keadaan bahaya ketika berdoa kepada Allah. Contoh-contoh ini diberikan agar orang-orang dapat memahami maknanya sehingga mereka berdoa dengan ikhlas dan merenungkan saat kematian, ketika seseorang tidak lagi merasa lalai sehingga mereka berpaling kepada Allah dengan keikhlasan yang dalam.

Dalam pada itu, orang-orang yang beriman, yang dengan sepenuh hati berbakti kepada Allah, selalu menyadari kelemahan mereka dan kekurangan mereka, mereka selalu berpaling kepada Allah dengan ikhlas, sekalipun mereka tidak berada dalam keadaan bahaya. Ini merupakan ciri penting yang membedakan mereka dengan orang-orang kafir dan orang-orang yang imannya lemah.
" Tidak Ada Pembatasan Apa pun dalam Berdoa"
Seseorang dapat memohon apa saja kepada Allah asalkan halal. Hal ini karena sebagaimana telah disebutkan terdahulu, Allah adalah satu-satunya penguasa dan pemilik seluruh alam semesta; dan jika Dia menghendaki, Dia dapat memberikan kepada manusia apa saja yang Dia inginkan. Setiap orang yang berpaling kepada Allah dan berdoa kepada-Nya, haruslah meyakini bahwa Allah berkuasa melakukan apa saja dan bersungguh-sungguhlah dalam berdoa sebagaimana disabdakan oleh Nabi saw.

Ia perlu mengetahui bahwa mudah saja bagi-Nya untuk memenuhi keinginan apa saja, dan Dia akan memberikan apa yang diminta oleh seseorang jika di dalamnya terdapat kebaikan bagi orang itu dalam doa tersebut. Doa-doa para nabi dan orang-orang beriman yang disebutkan dalam al-Qur'an merupakan contoh bagi orang-orang beriman tentang hal-hal yang dapat mereka mohon kepada Allah. Misalnya, Nabi Zakaria a.s. berdoa kepada Allah agar diberi keturunan yang diridhai, dan Allah pun mengabulkan doanya, meskipun istrinya mandul:
"Yaitu ketika ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut. Ia berkata: 'Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang istriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi-Mu seorang putra. Yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya'qub; dan jadikanlah ia ya Tuhanku, seorang yang diridhai'." (Q.s. Maryam: 3-6).
Maka Allah mengabulkan doa Nabi Zakaria dan memberikan kepadanya berita gembira tentang Nabi Yahya a.s.. Setelah menerima berita gembira tentang seorang anak laki-laki, Nabi Zakaria merasa heran karena istrinya mandul. Jawaban Allah kepada Nabi Zakaria menjelaskan tentang sebuah rahasia yang hendaknya selalu dicamkan dalam hati orang-orang yang beriman:
"Zakaria berkata, 'Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku, padahal istriku adalah seorang yang mandul dan aku sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua.' Tuhan berfirman, 'Demikianlah.' Tuhan berfirman, 'Hal itu mudah bagi-Ku, dan sesungguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu belum ada sama sekali'." (Q.s. Maryam: 8-9)
Ada beberapa Nabi lainnya yang disebutkan dalam al-Qur'an yang doa-doa mereka dikabulkan. Misalnya, Nabi Nuh a.s. memohon kepada Allah untuk menimpakan azab kepada kaumnya yang tersesat meskipun ia telah berusaha sekuat tenaga untuk membimbing mereka kepada jalan yang lurus. Sebagai jawaban dari doanya, Allah menimpakan azab besar kepada mereka yang tercatat dalam sejarah.
Nabi Ayub a.s. menyeru Tuhannya ketika ia sakit, ia berkata, "… Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang." (Q.s. al-Anbiya': 83). Sebagai jawaban terhadap doa Nabi Ayub, Allah berfirman sebagai berikut:
"Maka Kami pun mengabulkan doanya itu, lalu Kami hilangkan penyakit yang menimpanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah. (Q.s. al-Anbiya': 84).
Allah mengabulkan Nabi Sulaiman a.s. yang berdoa, "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh siapa pun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi." (Q.s. Shad: 35). Maka Allah mengaruniakan kekuasaan yang besar dan kekayaan yang banyak kepadanya.
Oleh karena itu, orang-orang yang berdoa hendaknya mencamkan dalam hati ayat ini, "Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, 'Jadilah.' Maka terjadilah ia. (Q.s. Yasin: 82) Sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini, segala sesuatu itu mudah bagi Allah dan Dia Mendengar dan Mengetahui setiap doa.
" Allah Memberi Karunia di Dunia ini bagi Orang-orang yang Menginginkannya, Tetapi di Akhirat Mereka akan Menderita Kerugian.
Orang-orang yang tidak memiliki ketakwaan kepada Allah dalam hatinya, dan imannya sangat lemah terhadap kehidupan akhirat, hanyalah menginginkan keduniaan. Mereka meminta kekayaan, harta benda, dan kedudukan hanyalah untuk kehidupan di dunia ini. Allah memberi tahu kita bahwa orang-orang yang hanya menginginkan keduniaan tidak akan memperoleh pahala di akhirat. Tetapi bagi orang-orang yang beriman, mereka berdoa memohon dunia dan akhirat karena mereka percaya bahwa kehidupan di akhirat sama pastinya dan sama dekatnya dengan kehidupan dunia ini. Tentang masalah ini, Allah menyatakan sebagai berikut:
"Di antara manusia ada orang yang berdoa, 'Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia,' dan tidak ada baginya bagian di akhirat. Dan di antara mereka ada orang yang berdoa, 'Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka.' Mereka itulah orang-orang yang mendapat bagian dari apa yang mereka usahakan, dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya. (Q.s. al-Baqarah: 200-2).
Orang-orang yang beriman juga berdoa memohon kesehatan, kekayaan, ilmu, dan kebahagiaan. Akan tetapi, semua doa mereka adalah untuk mencari keridhaan Allah dan untuk memperoleh kebaikan bagi agamanya. Mereka memohon kekayaan misalnya, adalah untuk digunakan di jalan Allah. Berkenaan dengan masalah ini, Allah memberikan contoh tentang Nabi Sulaiman di dalam al-Qur'an.

Jauh dari keinginan untuk memperoleh dunia, doa Nabi Sulaiman untuk meminta kekayaan adalah demi tujuan mulia untuk digunakan di jalan Allah, untuk menyeru manusia kepada agama Allah, dan agar dirinya sibuk berdzikir kepada Allah. Kata-kata Nabi Sulaiman sebagaimana yang diceritakan dalam al-Qur'an menunjukkan niatnya yang ikhlas:
"Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik karena ingat kepada Tuhanku." (Q.s. Shad: 32).
Maka Allah mengabulkan doa Nabi Sulaiman a.s. tersebut dengan mengaruniakan kepadanya kekayaan yang sangat banyak di dunia dan ia akan memperoleh pahala di akhirat. Dalam pada itu, Allah juga mengabulkan keinginan orang-orang yang hanya menghendaki kehidupan dunia, namun azab yang pedih menunggu mereka di akhirat. Keuntungan yang telah mereka peroleh di dunia ini tidak akan mereka peroleh lagi di akhirat kelak.
Kenyataan yang sangat penting ini diceritakan dalam al-Qur'an sebagai berikut:
"Barangsiapa menghendaki keuntungan di akhirat, akan Kami tambah keuntungan itu baginya, dan barangsiapa menghendaki keuntungan di dunia, Kami akan memberikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia, dan tidak ada baginya bagian sedikit pun di akhirat. (Q.s. asy-Syura: 20).
"Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang, maka Kami segerakan baginya di dunia apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka Jahanam, ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. (Q.s. al-Isra': 18).

Senin, 24 Juni 2013

Keburukan Model Masyarakat Yang Tiada Iman Kepada Allah

 

Kenapa kita harus beriman? Kenapa semua hal dilakukan harus dilandasi oleh iman pada Allah? Bagaimana kalau berakhlak baik saja tanpa ada iman pada Allah?
 
Allah menyatakan dalam Al-Qur'an, Ia menciptakan manusia menurut kecondongan tertentu dalam ayat:
"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus ke agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu." (Surat ar-Ruum, 30)

Fitrah manusia adalah mengabdi kepada Allah dan beriman kepada-Nya. Karena manusia tidak mampu memenuhi sendiri keinginan dan kebutuhannya yang tak terbatas, ia secara alamiah perlu merendahkan diri di hadapan Allah dan meminta tolong kepada-Nya.

Jika seorang manusia hidup sesuai dengan fitrah ini, maka ia memperoleh kepercayaan, kedamaian, kebahagiaan, dan keselamatan sejati. Jika ia mengingkari fitrah ini, dan berpaling dari Allah, maka ia menjalani kehidupannya dengan kesusahan, ketakutan, kecemasan, dan kemalangan.

Aturan ini, yang berlaku bagi individu, berlaku juga bagi masyarakat. Bila suatu masyarakat terdiri atas orang-orang yang beriman kepada Allah, maka akan menjadi masyarakat yang berkeadilan, berkedamaian, berkebahagiaan, dan berkebijaksanaan. Tentu saja, yang sebaliknya pun berlaku pula. Bila suatu masyarakat kafir kepada Allah, maka tatanan masyarakat semacam ini pada dasarnya rusak, menyimpang, dan primitif.

Fakta ini segera terlihat manakala masyarakat-masyarakat yang berpaling dari Allah diamati. Salah satu dari produk terpenting dari pikiran yang tidak religius adalah penghapusan konsep akhlak dan pembangunan masyarakat yang menyimpang sepenuhnya. Dengan melanggar batas-batas religius dan moral dan melayani pemenuhan nafsu manusia semata-mata, kebudayaan ini merupakan suatu sistem penindasan dalam arti yang seluas-luasnya. Dalam sistem semacam ini, segala jenis kemunduran mulai dari kelainan seksual hingga kecanduan obat terlarang didorong-dorong. Akhirnya, berkembanglah masyarakat yang tanpa cinta sesama dan bersifat egoistik, keras kepala, dangkal, dan tidak bijaksana.

Di suatu masyarakat yang orang-orangnya hidup hanya demi pemuasan hasrat mereka sendiri, tentu mustahil perdamaian, percintaan, dan persahabatan dilestarikan. Di masyarakat seperti ini, hubungan antara manusia bergantung pada kepentingan yang timbal-balik. Rasa saling curiga berlangsung dengan kuat. Ketika tiada alasan untuk tulus, jujur, bisa dipercaya, atau berbudi mulia, tiada yang suka hidup dalam penipuan, pembohongan, dan pengkhianatan. Para warga masyarakat semacam ini "menempatkan Allah tiada berharga di belakang mereka" (Surat Huud, 92) dan, dengan demikian, tidak pernah mengaku takut kepada Allah. 

Karena mereka tidak bisa "membuat perkiraan yang tepat perihal Allah", mereka tidak memikirkan Hari Hisab dan Hari Pembalasan. Bagi mereka, neraka tidak lebih daripada pandangan yang muncul di buku-buku keagamaan. Tak seorang pun dari mereka yang berpikir bahwa mereka harus mempertanggungjawabkan diri di hadapan Allah sesudah kematian mereka atas segala dosa yang mereka lakukan selama hayat mereka di dunia ini, atau bahwa mereka pada akhirnya bisa dihukum dengan hidup tersiksa di neraka selamanya. Meskipun mereka memikirkannya, mereka menyangka akan masuk surga sesudah "menebus dosa", sebagaimana yang terungkap dalam ayat ini:

Ini karena mereka berkata, "Neraka takkan menjamah kami, kecuali selama beberapa hari saja;" mereka menipu diri dengan agama yang mereka ada-adakan sendiri. (Surat Aali Imraan, 24)
Dengan demikian, mereka menjalani kehidupan semaksimal mungkin untuk memuaskan hasrat dan kebutuhan mereka sendiri.

Keadaan ini biasanya menyebabkan kemunduran akhlak dan keruntuhan budi yang kita lihat di banyak masyarakat saat ini. Dalam penalaran mereka sendiri mereka menyangka "kita hidup di dunia sekali saja dan hanya selama 50-60 tahun lalu meninggalkannya, maka mari kita isi dengan bersenang-senang." Sistem pikiran yang didasarkan pada penalaran yang keliru ini mungkin disertai dengan segala jenis kelaliman, prostitusi, pencurian, kejahatan, dan kebejatan. Orang yang berpikiran semacam ini bisa melakukan segala jenis kejahatan, pembunuhan, dan penggelapan. Manakala setiap individu hanya memikirkan pemuasan kebutuhan dan keinginan diri sendiri, semua orang lainnya-termasuk keluarga dan teman-temannya-tidak begitu penting. Individu-individu lain di masyarakat tidak penting sama sekali.

Dalam suatu susunan masyarakat yang terutama berlandaskan pada hubungan kepentingan, kesalingcurigaan di antara orang-orang merintangi pembentukan perdamaian, baik di tingkat masyarakat maupun di tingkat individu, dan ini menyebabkan orang-orang terus-menerus hidup terombang-ambing, gelisah, dan ragu-ragu. 

Tanpa pengetahuan dengan siapa, kapan, atau bagaimana kebejatan-kebejatan dilakukan di masyarakat-masyarakat semacam ini, orang-orang hidup dengan keadaan jiwa yang amat ketakutan dan menderita. Kecurigaan yang merata menyebabkan mereka hidup dengan sangat menyedihkan. Di suatu masyarakat yang melecehkan nilai-nilai moral, pandangan orang-orang terhadap gagasan-gagasan seperti keluarga, kejujuran, dan kedermawanan, cukup memprihatinkan, karena mereka tidak takut kepada Allah.

Di masyarakat-masyarakat semacam itu, kehidupan orang-orang tidak berdasarkan rasa saling mencintai dan saling menghargai. Para warganya tidak merasa perlu menunjukkan penghargaan satu sama lain. Mereka tidak memperlihatkan sikap saling memperhatikan tanpa penyebab yang baik. Sebetulnya, mereka memang benar, sehubungan dengan penalaran mereka yang bebal, dalam menjalaninya. Mereka diajar sepanjang hayat mereka bahwa mereka berkembang dari hewan dan bahwa jiwa mereka akan lenyap selamanya pada saat mereka meninggal. Karena itu, mereka menganggap sia-sia sikap menghargai raga keturunan kera yang akan membusuk di dalam tanah dan bahwa mereka tidak akan menjumpainya lagi. 

Dalam logika kotor mereka, "semua orang di samping mereka sendiri akan mati dan dikubur di dalam tanah, mayat mereka akan membusuk dan jiwa mereka akan musna. Jadi, mengapa repot-repot berbuat baik kepada orang lain, dan mengorbankan diri?" Sungguh, pikiran-pikiran semacam ini terdapat di lubuk hati orang-orang yang tidak beriman kepada Allah atau, karena itu, kepada Hari Akhir. Di masyarakat-masyarakat yang tanpa keimanan kepada Allah, tiada landasan untuk kedamaian, kebahagiaan, atau pun kepercayaan.

Dengan semua kalimat tersebut, kami tidak bermaksud menyiratkan bahwa "kerusakan terjadi di masyarakat-masyarakat yang tiada beriman kepada Allah; karena itu, pasti ada keimanan kepada Allah." Allah itu harus diimani karena Ia ada dan siapa saja yang kafir kepada-Nya berdosa besar di hadapan-Nya. Maksud kami mencatat bahwa masyarakat yang tanpa keimanan kepada Allah menjadi rusak adalah menekankan bahwa sudut pandang fundamental masyarakat ini salah. Sudut pandang yang salah ini menyebabkan akibat yang menyakitkan. Suatu masyarakat yang mengerjakan dosa terbesar yang berupa mengingkari Allah pasti akan mengalami akibat terburuk. Akibat-akibat ini perlu diperhatikan karena menunjukkan betapa salahnya masyarakat ini.

Ciri umum masyarakat semacam itu adalah keterpedayaannya seluruhnya. Seperti dinyatkan dalam ayat, "Kalau engkau ikuti kebanyakan orang di bumi ini, mereka akan menyesatkan engkau dari jalan Allah." (Surat al-An'aam, 116), sebagian besar warga masyarakat sama-sama memiliki watak yang membuat suatu psikologi "massa" yang menguatkan kekufuran yang telah ada. Dalam Al-Qur'an, Allah menganggap masyarakat yang mengabaikan Dia dan Hari Akhir sebagai "bodoh". Meskipun anggota-anggota masyarakat ini mungkin mengkaji fisika, sejarah, biologi, atau pun ilmu-ilmu lainnya, mereka tida mengerti dan tidak insaf untuk mengakui kekuatan dan kekuasaan Allah. Mereka bodoh dalam pengertian ini.

Karena para warga masyarakat jahiliyah tidak setia kepada Allah, mereka berpaling dari jalan-Nya dengan berbagai cara. Mereka mengikuti orang-orang yang merupakan hamba Allah yang batil sebagaimana mereka sendiri, memandang mereka sebagai panutan dan menganggap gagasan-gagasan mereka sebagai kebenaran mutlak. Pada puncaknya, suatu masyarakat jahiliyah merupakan masyarakat tertutup yang semakin membutakan diri, kian lama kian jauh dari akal dan hati nurani. Seperti yang kami nyatakan di permulaan, aspek yang paling menonjol dari sistem ini adalah bahwa para warga masyarakat semacam ini bertindak seiring dengan indoktrinasi anti-agama.

Dalam Al-Qur'an, Allah memaparkannya dengan perumpamaan yang jelas, bagaimana kehidupan semacam itu, yang berlandaskan pada basis yang rusak dan sia-sia, ditakdirkan untuk binasa:
Manakah yang terbaik? Mereka yang mendirikan bangunannya atas dasar taqwa dan keridaan Allah ataukah yang mendirikan bangunannya di atas tanah pasir di tepi jurang lalu runtuh bersamanya ke dalam api neraka? Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada mereka yang zalim. (Surat at-Taubah, 109)

Namun demikian, ada hal lain yang harus diingat: setiap masyarakat dan semua orang berkesempatan untuk melepaskan diri dari indoktrinasi, jalan hidup dan filosofi jahiliyah. Allah mengutus para rasul kepada mereka untuk mengingatkan mereka dan memberitahu mereka keberadaan Allah dan Hari Akhir dan yang mengatakan kepada mereka makna hakiki kehidupan. Dan bersama-sama para rasul-Nya, Ia mengirim kitab suci yang menjawab semua pertanyaan yang berasal dari lubuk hati manusia. 

Inilah hukum Allah yang sudah ada sejak semula. Pada zaman ini, pedoman semua orang adalah Al-Qur'an, yang menunjukkan jalan yang benar dan membawa manusia dari kegelapan ke cahaya. Orang-orang akan diadili menurut pilihan mereka sendiri. Jadi, Rasul yang membawa kitab kepada orang-orang menyeru mereka:
Katakanlah: "Hai manusia! Sekarang kebenaran sudah datang kepadamu dari Tuhanmu. Barangsiapa menerima petunjuk, maka itulah petunjuk yang baik untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa tersesat, maka ia menyesatkan dirinya sendiri; dan aku tidak mewakili kamu." (Surat Yuunus, 108)

Sumber : Buku Mengenal Allah Lewat Akal oleh Harun Yahya 

Sabtu, 22 Juni 2013

Antara Aku dan Laki-laki harus ada Izzah dan Iffah

"Aku bukan sok suci, bukan sombong, bukan kelewat kolot dalam menjaga izzah.. Tapi aku hanya tidak nyaman dan takut jika aku maupun kamu akan melanggar perintah Allah.."

Izzah adalah sebuah harga diri dan kehormatan perempuan sebagai seorang Muslimah
Sedangkan ‘iffah adalah menahan. Adapun secara istilah; menahan diri sepenuhnya dari perkara-perkara yang Allah haramkan. Dan bagaimana seorang Muslimah dapat menjaga Kesucian dirinya dengan menjadikan malu sebagai pakaian mereka

Dengan demikian, seorang yang ‘afif adalah orang yang bersabar dari perkara-perkara yang diharamkan walaupun jiwanya cenderung kepada perkara tersebut dan menginginkannya.
Izzah dan ‘Iffah adalah akhlaq yang tinggi, mulia, dan dicintai oleh Allah Ta’ala. Bahkan akhlaq ini merupakan sifat hamba2 Allah Ta’ala yang shalih, yang senantiasa memuji keagungan Allah Ta’ala, takut akan siksa, adzab, dan murka-Nya, serta selalu mencari keridhaan dan pahala-Nya.
Assalamualaikum.

Mungkin sudah tidak asing, kalau setiap muslimah  yang hendak masuk ke Islam secara kaffah (Islam seutuhnya) harus menjaga hal-hal ini (Izzah, Iffah).
Ajaran Islam itu sempurna, kita tidak boleh melampaui batas-batas dalam bergaul dengan lawan jenis yang bukan muhrim atau belum halal. Karena selain dosa yang seharusnya ditakutkan dihadapan Allah, menyadari perempuan ini yang hakikatnya lebih 'lemah' dari laki-laki, perempuan akan yang paling dirugikan kalau ada hal-hal buruk tertentu, sehingga harus pandai menjaga diri dari tipu muslihat yang ada.

Ada yang hanya sekedar tidak ingin di sentuh laki-laki meskipun sekedar berjabat tangan, ada yang tidak ingin terlalu berdekatan bahkan ada yang memandangpun tidak berani. Tapi dalam keadaan mainstream jaman sekarang ketika maksiat sudah dianggap biasa, tipe muslim begini yang tergolong langka pun bakal ada yang memandang sebelah mata atau dengan sisi negatif.

"Duh, gak segitunya kali. Emang laki-laki makhluk najis? Sok suci banget.."
Ada yang mengeluh, "Aduh.. aku gak bakal apa-apain dia, kok dia  segitunya menghindari."

Ada muslimah tertentu yang 'takutnya' dengan laki-laki entah karena memang takut dengan sikap laki-laki yang kadang bikin risih atau memang karena murni menjaga diri untuk melaksanakan perintah Allah. Sehingga memang ada muslimah yang kadang salah atau dibilang kolot ini..

Emang ya, bukan berarti sebagai muslimah kita benar-benar mengunci diri dari kaum adam. Namanya kita makhluk sosial ya harusnya bergaul dengan siapapun, bukan berarti kita harus tertutup secara total sehingga harus sembunyi di balik karung kalau ketemu laki-laki. Toh kita tentu memerlukan mereka, bahkan untuk urusan jodoh sangat memerlukan mereka. Hehehehehe ya iya laaaaah..

Jangan terlalu negative thinking (Suudz'an) sama laki-laki tapi cukup sebagai bentuk jaga diri saja..

Jangan sampelah kita menganggap semua laki-laki bakal apa-apain kita. Menjaga diri bukan berarti menuduh mereka yang nggak-nggak. Tapi karena kita sama-sama manusia yang mudah melakukan khilaf, cuma seharunya saling mengingatkan diri masing-masing aja untuk meminimalisirkan perbuatan yang mengandung dosa.

Karena point utamanya yaitu tadi.. Kita harus benar-benar mengerti batasan-batasannya, biar nggak menimbulkan dosa. Misal jangan ada sentuh-sentuh atau pegang-pegangan, berdua-duaan, dan saling pandang yang mendatangkan fitnah. Itu juga lah fungsi hijab muslimah, biar laki-laki nggak bisa melihat apa-apa yang seharusnya tidak boleh ia pandang. Pandangan laki-laki itu bakal merugikan kita, merugikan dia juga.

Tidaklah tinggi harga diri seorang wanita kalau mudah di dekati banyak laki-laki, mudah digoda dan mudah di ajak melakukan hal yang melanggar perintah Allah. 

Nah tentang diri saya...

Sebenarnya sejak awal bahkan sebelum mengenakan jilbab saya cukup kuat menjaga izzah dan iffah pada banyak laki-laki. Tidak mau di dekati laki-laki, lumayan antipati, tidak terlalu ingin mengakrabkan diri pada laki-laki dan berteman sewajarnya saja.

Ketika saya tidak benar-benar mengenal mereka, tapi mereka lalu sangat (sok) mengakrabkan diri dengan saya, bahkan mau menggombal. Mungkin kalau perempuan pada umumnya yang bisa menanggapi itu dengan santai, itu akan menjadikan satu jalinan pertemanan baru yang 'asik'. Tapi kalau saya... kemungkinan akan kacangin atau saya tinggal kabur. Lagi-lagi bukan karena mau sok-sok an. 

Sungguh saya sudah kena syndrom takut dengan kaum adam corak tertentu. Karena apa yang dipandangan saya, laki-laki seperti itu kebanyakan suka berkata kasar, serampangan, suka menggoda dan memandang kecantikan perempuan sana-sini itu sungguh menakutkan untuk didekati.

Saya mengungkapkan keresahan hati ini bukan karena saya tidak tahu bagaimana rasanya Jatuh Cinta, justru karena saya pernah jatuh cintalah maka saya ingin berbagi rasa.

Seperti yang dikatakan, ‘afif adalah orang yang bersabar dari perkara-perkara yang diharamkan walaupun jiwanya cenderung kepada perkara tersebut dan menginginkannya. 
Ketika saya sudah berpengalaman menerjang apa yang namanya 'afif ini sekarang saya mulai belajar untuk benar-benar mempertahankannya (kenapa gak dari dulu siiiiih ~)

Karena saya adalah wanita biasa, yang tentu bisa jatuh cinta.  Ketika merasa menemukan seseorang yang baik dan berbeda dengan laki-laki kebanyakan yang di takuti. Seakan merasa aman untuk menghilangkan baik izzah, ifah maupun 'afif meski terhadap satu laki-laki itu saja. 

Menahan izzah dan iffah pada teman-teman laki-laki lain itu sangat mudah bagi saya bahkan merupakan suatu keharusan. Tapi kalau pada orang yang saling membuat status 'pacaran' maka saya agak labil. Itulah bahayanya 'pacaran', merasa memiliki padahal belum. Tidak lagi dah lakuin, jangan lakuin ya teman-teman.

Meskipun saya tidak separah gaya kelewat batas berpacaran jaman sekarang, kami hanya pergi berdua  meski hanya makan diluar dan belajar bersama. Tapi tetap saja hal itu sudah sangat mengusik yang namanya 'afif. Karena meskipun keliatannya 'biasa', sebenarnya itu hal yang dilarang tapi sudah dipredikatkan 'biasa' oleh jaman sekrang..

Sekalipun berjodoh dengannya saya lihat sebagai sesuatu yang sulit, tapi lagi-lagi dengan perilakunya yang baik saya merasa pasti bisa berjodoh. Pandangan sempit saya menyangka tidak apa-apa begini pada satu laki-laki yang mungkin nanti juga bisa 'sah'.

’’ Janganlah pernah memupuk bunga-bunga yang engkau tidak mau ia terus tumbuh. Jangan pernah pula memeliharanya jika engkau tidak mau memetiknya”.

Padahaal.. saya hanya dilambungkan angan-angan palsu. Setelah semua berakhir, betapa menyesalnya saya pernah melepas 'afif  padanya yang ternyata hanya menganggap semua hanya sebagai hal semu. 

Sehingga kalaupun saya bisa jatuh cinta pada orang lain suatu saat, seberapa meyakinkanpun.. Jangan lepaskan izzah dan iffahmu ukhti sampai kita resmi dilamar atau sudah sah di depan pak penghulu. Kalau nggak pasti perempuan yang paling sakit hati dan merasa dirugikan. Lihat kesungguhan dia membawa perasaannya kemana, kalau mau coba-coba pacaran doank, suruh aja dia kuras laut.. 

Itulah tujuannya Allah mengharuskan adanya Izzah dan Iffah pada setiap pribadi muslimah. Yakin sekali sebenarnya semua perintah Allah menguntungkan kita dan menghindarkan kerugian. Itu untuk menjaga dan menyelamatkan diri kita sendiri dan agar kita tidak mudah dipermainkan laki-laki, agar kita tidak menjadi objek saja sebagai kesenangan laki-laki dan mendapatkan seorang laki-laki yang baik dengan terjaganya Izzah dan Iffah ini. Aamiin Yaa Rabbal Alamin. 

Sekian, saya hanya mencurahkan apa yang saya rasakan. Tentu ada kurang lebihnya.
Mohon diambil baiknya saja dan dibuang yang buruk ~ 

Wassalam.

Jumat, 21 Juni 2013

NABI MUHAMMAD SAW, 100 Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah Nomor 1!


Jatuhnya pilihan saya kepada Nabi Muhammad dalam urutan pertama daftar Seratus Tokoh yang berpengaruh di dunia mungkin mengejutkan sementara pembaca dan mungkin jadi tanda tanya sebagian yang lain. Tapi saya berpegang pada keyakinan saya, dialah Nabi Muhammad satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil meraih sukses-sukses luar biasa baik ditilik dari ukuran agama maupun ruang lingkup duniawi.

Berasal-usul dari keluarga sederhana, Muhammad menegakkan dan menyebarkan salah satu dari agama terbesar di dunia, Agama Islam. Dan pada saat yang bersamaan tampil sebagai seorang pemimpin tangguh, tulen, dan efektif. Kini tiga belas abad sesudah wafatnya, pengaruhnya masih tetap kuat dan mendalam serta berakar.

Sebagian besar dari orang-orang yang tercantum di dalam buku ini merupakan makhluk beruntung karena lahir dan dibesarkan di pusat-pusat peradaban manusia, berkultur tinggi dan tempat perputaran politik bangsa-bangsa. Muhammad lahir pada tahun 570 M, di kota Mekkah, di bagian agak selatan Jazirah Arabia, suatu tempat yang waktu itu merupakan daerah yang paling terbelakang di dunia, jauh dari pusat perdagangan, seni maupun ilmu pengetahuan. Menjadi yatim-piatu di umur enam tahun, dibesarkan dalam situasi sekitar yang sederhana dan rendah hati. Sumber-sumber Islam menyebutkan bahwa Muhamnmad seorang buta huruf. Keadaan ekonominya baru mulai membaik di umur dua puluh lima tahun tatkala dia kawin dengan seorang janda berada. Bagaimanapun, sampai mendekati umur empat puluh tahun nyaris tak tampak petunjuk keluarbiasaannya sebagai manusia.

Umumnya, bangsa Arab saat itu tak memeluk agama tertentu kecuali penyembah berhala Di kota Mekkah ada sejumlah kecil pemeluk-pemeluk Agama Yahudi dan Nasrani, dan besar kemungkinan dari merekalah Muhammad untuk pertama kali mendengar perihal adanya satu Tuhan Yang Mahakuasa, yang mengatur seantero alam. Tatkala dia berusia empatpuluh tahun, Muhammad yakin bahwa Tuhan Yang Maha Esa ini menyampaikan sesuatu kepadanya dan memilihnya untuk jadi penyebar kepercayaan yang benar.

Selama tiga tahun Muhammad hanya menyebar agama terbatas pada kawan-kawan dekat dan kerabatnya. Baru tatkala memasuki tahun 613 dia mulai tampil di depan publik. Begitu dia sedikit demi sedikit punya pengikut, penguasa Mekkah memandangnya sebagai orang berbahaya, pembikin onar. Di tahun 622, cemas terhadap keselamatannya, Muhammad hijrah ke Madinah, kota di utara Mekkah berjarak 200 mil. Di kota itu dia ditawari posisi kekuasaan politik yang cukup meyakinkan.

Peristiwa hijrah ini merupakan titik balik penting bagi kehidupan Nabi. Di Mekkah dia susah memperoleh sejumlah kecil pengikut, dan di Medinah pengikutnya makin bertambah sehingga dalam tempo cepat dia dapat memperoleh pengaruh yang menjadikannya seorang pemegang kekuasaan yang sesungguhnya. Pada tahun-tahun berikutnya sementara pengikut Muhammad bertumbuhan bagai jamur, serentetan pertempuran pecah antara Mektah dan Madinah. Peperangan ini berakhir tahun 630 dengan kemenangan pada pihak Muhammad, kembali ke Mekkah selaku penakluk. Sisa dua setengah tahun dari hidupnya dia menyaksikan kemajuan luar-biasa dalam hal cepatnya suku-suku Arab memeluk Agama Islam. Dan tatkala Muhammad wafat tahun 632, dia sudah memastikan dirinya selaku penguasa efektif seantero Jazirah Arabia bagian selatan.

Suku Bedewi punya tradisi turun-temurun sebagai prajurit-prajurit yang tangguh dan berani. Tapi, jumlah mereka tidaklah banyak dan senantiasa tergoda perpecahan dan saling melabrak satu sama lain. Itu sebabnya mereka tidak bisa mengungguli tentara dari kerajaan-kerajaan yang mapan di daerah pertanian di belahan utara. Tapi, Muhammadlah orang pertama dalam sejarah, berkat dorongan kuat kepercayaan kepada keesaan Tuhan, pasukan Arab yang kecil itu sanggup melakukan serentetan penaklukan yang mencengangkan dalam sejarah manusia. Di sebelah timurlaut Arab berdiri Kekaisaran Persia Baru Sassanids yang luas. Di baratlaut Arabia berdiri Byzantine atau Kekaisaran Romawi Timur dengan Konstantinopel sebagai pusatnya.

Ditilik dari sudut jumlah dan ukuran, jelas Arab tidak bakal mampu menghadapinya. Namun, di medan pertempuran, pasukan Arab yang membara semangatnya dengan sapuan kilat dapat menaklukkan Mesopotamia, Siria, dan Palestina. Pada tahun 642 Mesir direbut dari genggaman Kekaisaran Byzantine, dan sementara itu balatentara Persia dihajar dalam pertempuran yang amat menentukan di Qadisiya tahun 637 dan di Nehavend tahun 642.

Tapi, penaklukan besar-besaran --di bawah pimpinan sahabat Nabi dan penggantinya Abu Bakr dan Umar ibn al-Khattab-- itu tidak menunjukkan tanda-tanda stop sampai di situ. Pada tahun 711, pasukan Arab telah menyapu habis Afrika Utara hingga ke tepi Samudera Atlantik. Dari situ mereka membelok ke utara dan menyeberangi Selat Gibraltar dan melabrak kerajaan Visigothic di Spanyol.

Sepintas lalu orang mesti mengira pasukan Muslim akan membabat habis semua Nasrani Eropa. Tapi pada tahun 732, dalam pertempuran yang masyhur dan dahsyat di Tours, satu pasukan Muslimin yang telah maju ke pusat negeri Perancis pada akhirnya dipukul oleh orang-orang Frank. Biarpun begitu, hanya dalam tempo secuwil abad pertempuran, orang-orang Bedewi ini -dijiwai dengan ucapan-ucapan Nabi Muhammad- telah mendirikan sebuah empirium membentang dari perbatasan India hingga pasir putih tepi pantai Samudera Atlantik, sebuah empirium terbesar yang pernah dikenal sejarah manusia. Dan di mana pun penaklukan dilakukan oleh pasukan Muslim, selalu disusul dengan berbondong-bondongnya pemeluk masuk Agama Islam.

Ternyata, tidak semua penaklukan wilayah itu bersifat permanen. Orang-orang Persia, walaupun masih tetap penganut setia Agama Islam, merebut kembali kemerdekaannya dari tangan Arab. Dan di Spanyol, sesudah melalui peperangan tujuh abad lamanya akhirnya berhasil dikuasai kembali oleh orang-orang Nasrani. Sementara itu, Mesopotamia dan Mesir dua tempat kelahiran kebudayaan purba, tetap berada di tangan Arab seperti halnya seantero pantai utara Afrika. Agama Islam, tentu saja, menyebar terus dari satu abad ke abad lain, jauh melangkah dari daerah taklukan. Umumnya jutaan penganut Islam bertebaran di Afrika, Asia Tengah, lebih-lebih Pakistan dan India sebelah utara serta Indonesia. Di Indonesia, Agama Islam yang baru itu merupakan faktor pemersatu. Di anak benua India, nyaris kebalikannya: adanya agama baru itu menjadi sebab utama terjadinya perpecahan.

Apakah pengaruh Nabi Muhammad yang paling mendasar terhadap sejarah ummat manusia? Seperti halnya lain-lain agama juga, Islam punya pengaruh luar biasa besarnya terhadap para penganutnya. Itu sebabnya mengapa penyebar-penyebar agama besar di dunia semua dapat tempat dalam buku ini. 

Jika diukur dari jumlah, banyaknya pemeluk Agama Nasrani dua kali lipat besarnya dari pemeluk Agama Islam, dengan sendirinya timbul tanda tanya apa alasan menempatkan urutan Nabi Muhammad lebih tinggi dari Nabi Isa dalam daftar. Ada dua alasan pokok yang jadi pegangan saya. Pertama, Muhammad memainkan peranan jauh lebih penting dalam pengembangan Islam ketimbang peranan Nabi Isa terhadap Agama Nasrani. Biarpun Nabi Isa bertanggung jawab terhadap ajaran-ajaran pokok moral dan etika Kristen (sampai batas tertentu berbeda dengan Yudaisme), St. Paul merupakan tokoh penyebar utama teologi Kristen, tokoh penyebarnya, dan penulis bagian terbesar dari Perjanjian Lama.

Sebaliknya Muhammad bukan saja bertanggung jawab terhadap teologi Islam tapi sekaligus juga terhadap pokok-pokok etika dan moralnya. Tambahan pula dia "pencatat" Kitab Suci Al-Quran, kumpulan wahyu kepada Muhammad yang diyakininya berasal langsung dari Allah. Sebagian terbesar dari wahyu ini disalin dengan penuh kesungguhan selama Muhammad masih hidup dan kemudian dihimpun dalam bentuk yang tak tergoyangkan tak lama sesudah dia wafat. Al-Quran dengan demikian berkaitan erat dengan pandangan-pandangan Muhammad serta ajaran-ajarannya karena dia bersandar pada wahyu Tuhan. 

Sebaliknya, tak ada satu pun kumpulan yang begitu terperinci dari ajaran-ajaran Isa yang masih dapat dijumpai di masa sekarang. Karena Al-Quran bagi kaum Muslimin sedikit banyak sama pentingnya dengan Injil bagi kaum Nasrani, pengaruh Muhammad dengan perantaraan Al-Quran teramatlah besarnya. Kemungkinan pengaruh Muhammad dalam Islam lebih besar dari pengaruh Isa dan St. Paul dalam dunia Kristen digabung jadi satu. Diukur dari semata mata sudut agama, tampaknya pengaruh Muhammad setara dengan Isa dalam sejarah kemanusiaan.

Lebih jauh dari itu (berbeda dengan Isa) Muhammad bukan semata pemimpin agama tapi juga pemimpin duniawi. Fakta menunjukkan, selaku kekuatan pendorong terhadap gerak penaklukan yang dilakukan bangsa Arab, pengaruh kepemimpinan politiknya berada dalam posisi terdepan sepanjang waktu.
Dari pelbagai peristiwa sejarah, orang bisa saja berkata hal itu bisa terjadi tanpa kepemimpinan khusus dari seseorang yang mengepalai mereka. Misalnya, koloni-koloni di Amerika Selatan mungkin saja bisa membebaskan diri dari kolonialisme Spanyol walau Simon Bolivar tak pernah ada di dunia. Tapi, misal ini tidak berlaku pada gerak penaklukan yang dilakukan bangsa Arab. Tak ada kejadian serupa sebelum Muhammad dan tak ada alasan untuk menyangkal bahwa penaklukan bisa terjadi dan berhasil tanpa Muhammad. 

Satu-satunya kemiripan dalam hal penaklukan dalam sejarah manusia di abad ke-13 yang sebagian terpokok berkat pengaruh Jengis Khan. Penaklukan ini, walau lebih luas jangkauannya ketimbang apa yang dilakukan bangsa Arab, tidaklah bisa membuktikan kemapanan, dan kini satu-satunya daerah yang diduduki oleh bangsa Mongol hanyalah wilayah yang sama dengan sebelum masa Jengis Khan
Ini jelas menunjukkan beda besar dengan penaklukan yang dilakukan oleh bangsa Arab. 

Membentang dari Irak hingga Maroko, terbentang rantai bangsa Arab yang bersatu, bukan semata berkat anutan Agama Islam tapi juga dari jurusan bahasa Arabnya, sejarah dan kebudayaan. Posisi sentral Al-Quran di kalangan kaum Muslimin dan tertulisnya dalam bahasa Arab, besar kemungkinan merupakan sebab mengapa bahasa Arab tidak terpecah-pecah ke dalam dialek-dialek yang berantarakan. Jika tidak, boleh jadi sudah akan terjadi di abad ke l3. Perbedaan dan pembagian Arab ke dalam beberapa negara tentu terjadi -tentu saja- dan nyatanya memang begitu, tapi perpecahan yang bersifat sebagian-sebagian itu jangan lantas membuat kita alpa bahwa persatuan mereka masih berwujud. 

Tapi, baik Iran maupun Indonesia yang kedua-duanya negeri berpenduduk Muslimin dan keduanya penghasil minyak, tidak ikut bergabung dalam sikap embargo minyak pada musim dingin tahun 1973 - 1974. Sebaliknya bukanlah barang kebetulan jika semua negara Arab, semata-mata negara Arab, yang mengambil langkah embargo minyak.

Jadi, dapatlah kita saksikan, penaklukan yang dilakukan bangsa Arab di abad ke-7 terus memainkan peranan penting dalam sejarah ummat manusia hingga saat ini. Dari segi inilah saya menilai adanya kombinasi tak terbandingkan antara segi agama dan segi duniawi yang melekat pada pengaruh diri Muhammad sehingga saya menganggap Muhammad dalam arti pribadi adalah manusia yang paling berpengaruh dalam sejarah manusia.

Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah
Michael H. Hart, 1978
Terjemahan H. Mahbub Djunaidi, 1982
PT. Dunia Pustaka Jaya
Jln. Kramat II, No. 31A
Jakarta Pusat

Tanggungjawab Pemuda Islam Hari ini

Ujar seorang Perdana Menteri Inggris,Percuma kita memerangi umat Islam, dan tidak akan mampu menguasainya selama di dada pemuda-pemuda Islam ini bertengger Al-Qur’an.Tugas kita sekarang adalah mencabut Al-Qur’an di hati-hati mereka, baru kita akan menang dan menguasai mereka. Minuman keras dan music lebih menghancurkan ummat Muhammad dari pada seribu meriam, oleh karena itu, tanamkanlah dalam hati mereka rasa cinta terhadap materi dan seks” 

1. Pertama kali harus memperkenalkan hakikat Islam dengan secara terperinci, agar anda semua benar-benar menjadi muslim, baik dari segi ilmu pengetahuan maupun dari segi fikiran. Juga agar anda benar-benar menjadi muslim dari segi hati dan perasaan, supaya anda mendapat sebesar-besar ganjaran dengan kemampuan yang cukup lengkap dan berada di dalam kelengkapan yang pasti untuk melaksanakan kerja kemasyarakatan di zaman sekarang yang sesuai dengan perundangan dan ajaran Islam..

2. Anda semua harus segera memperbaiki budipekerti yang telah menyeleweng, memperbaiki adat yang telah rusak sehingga anda dapat memperlihatkan perkara secara praktikal bagi Islam seperti mana nenek moyang kita telah memperlihatkannya pada masa lampau. Hendaklah anda semua mengetahui bahwa konflik antara perkataan dengan amalan itu akan menuumbuhkan bibit-bibit nifaq dalam jiwa. Ia akan menghilangkan kepercayaan. Sesungguhnya kejayaan akan bergantung pada kejujuran dan niat anda, benar di dalam keazaman dan keselarasan di antara amalan anda dengan perkataan anda. Sesungguhnya seseorang yang berkata apa yang ia tidak lakukan akan mendatangkan kemudaratan besar terhadap dakwahnya. 


Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? 
Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.(QS. 61:2-3)

3.  Janganlah anda merasa enggan untuk mencurahkan segala apa yang anda mampu melalui fikiran dan tenaga bekerja yang Allah kurniakan kepada anda untuk berdakwah. Antara tulisan atau dengan ucapan. Hendaklah anda mengkaji asas-asas tamaddun barat dan mengkritik serta membezakan di antara asas yang silap dengan yang betul. Anda perlu dapat membebaskan fikiran dan jiwa orang Islam dari meniru orang-orang barat. 

Anda hendaklah mampu menghancurkan berhala-berhala dan teori-teori barat kerana teori ini telah banyak menipu segolongan orang-orang Islam sejak zaman berzaman. Ini hanyalah satu sudut, manakala sudut yang lain pula hendaklah anda bertugas menyusun dan membentangkan undang-undang Islam yang bersangkutan dengan kehidupan manusia dengan cara-cara yang paling munasabah dan mudah dalam mempraktikan supaya dapat menarik dan meyakinkan generasi baru bahawa undang-undang Islam itu adalah betul dan baik. Anda hendaklah mampu meyakinkan mereka bahawa jika mereka mengamalkan sistem Islam mereka bukan saaja akan maju ke depan, malah mereka akan mendahului bangsa lain dalam semua cabang kehidupan. 

Sesungguhnya makin luas daerah kegiatan kerja anda dan makin betul dengan hukum Islam maka makin bertambah banyaklah jumlah pendakwah, jumlah pendukungnya dan jumlah orang yang berpengaruh dengannya di dalam tiap perjuangan hidup. Dan tugas anda ini hendaklah diteruskan untuk jangka waktu yang panjang hingga tiba suatu hari, di mana akan lahir kumpulan manusia yang ramai, yang beriman dengan tugas dakwah dan bergabung di bawah naungan dakwah Islami. 

Kumpulan ini sangat kita perlukan untuk mengikat bangunan negara di atas tiang-tiang pokok  yang berlandaskan Islam. Termasuk di dalam perkara sia-sia sekiranya kita mengira bahwa perubahan Islam secara lengkap dan sempurna boleh wujud dengan tidak didahuluinya oleh persiapan yang cukup. Jika di takdirkan perkara itu berhasil juga dengan tiada persiapan yang cukup lengkap maka perkara itu tidak akan tahan lama dan terasnya tidak akan bertapak kukuh di bumi.


4. Hendaklah anda gabungkan tiap-tiap orang yang berminat dengan dakwah Islami kepada usrah dan kumpulan anda. Hendaklah anda menyusun orang-orang yang ada di kalangan mereka dalam satu jemaah yang kuat, yang mempunyai disiplin yang kukuh dan mempunyai perlembagaan yang utuh hingga kelemahan dan kelonggaran tidak boleh menyelip dicelah-celah barisan anda.


Telah saling setuju dengan dasar tertentu tanpa ada penyusunan yang licin,kukuh dan segala gerak kerjanya di tolak oleh perasaan taat dan patuh, maka itu adalah pekerjaan yang cacat tidak akan membuahkan natijah. Ini telah dibuktikan oleh pengalaman dan pengajaran yang telah lepas. Orang yang berpengalaman saja dapat menjelaskan kepada anda.

5. Begitu juga anda mesti bekerja keras menyebar dakwah di kalangan orangorang awam hingga anda boleh menyingkap kabus kejahilan mereka. Anda jadikanlah mereka itu terang benderang mengenai agama mereka, sehingga mereka dapat membezakan di antara yang buruk dari yang baik. 


Demikian juga anda mesti bekerja keras memperbaiki budi pekerti mereka, meninggikan taraf pemikiran dan fahaman mereka terhadap Islam supaya mereka dapat berdiri tegak dan teguh dalam menghadapi serangan ideologi, seruan kepada maksiat dan kefasikan yang sedang meraja lela di negeri-negari Islam, dengan dibantu dan dukungan dari pemerintahan yang telah rusak.

Ini adalah penting kerana :


-Bumi yang rakyatnya telah mempertuhankan syahwat dan kelazatan hidup tidak boleh menjadi bumi yang baik untuk dibangunkan negara Islam,


-Bila lahirnya sikap pura-pura dan merebaknya kejahatan yang menyeluruh di kalangan umum manusia, mustahillah untuk dibangunkan dasar dan undang-undang Islam di kalangan para pendusta, pengkhianat dan orangorang fasik. Sejauh mana mereka boleh hidup dengan dasar dan sistem kafir maka sejauh itulah mereka tidak boleh hidup dengan dasar dan sistem Islam.


6. Jangan anda coba membangun dasar-dasar Islam di atas asas yang tidak sehat, di atas tiang seri yang lemah dan di atas tunjang yang bergoyang. Anda mesti bersabar dahulu di dalam masalah ini, kerana tujuan yang mau kita capai itu ialah tujuan yang besar, yang bertujuan membaiki nilai-nilai kemanusiaan, memberikan fahaman kepada manusia dan mengembalikan mereka ke kandang Islam sesudah mereka berada di dalam
kemurtadan sejak beberapa lama. 


Kerja-kerja yang baik seperti ini memerlukan keteguhan dan kesabaran dan pemikiran yang matang. Anda pasti menghayung langkah kedepan dan tiap langkah mesti berwaspada, bijaksana dan berhati-hati. Dan jangan anda terlalu cepat mengambil langkah baru sebelum anda mengulangi hasil langkahan anda dahulu serta menganalisa natijahnya : Adakah langkahan itu berjalan di atas jalan yang telah digariskan, adakah ia memberi natijah yang diharapkan. Antara hakikat yang mesti diterima ialah gopoh gapah itu adalah suatu perkara yang tidak selamat akibatnya.

Contohnya - kita menyertai di dalam suatu kementerian yang tidak betul dan tidak beriman dengan dengan dasar-dasar kita - Harapan kita menyertai di dalam kementerian itu akan memberi suatu langkah yang boleh mendekati kepada tujuan-tujuan kita. Tetapi itu adalah perkara yang salah karena pengalaman lalu membuktikan bahwa usaha yang seumpama ini tidak akan membuahkan natijah yang baik, kerana orang yang memegang teraju pemerintahan, merekalah yang menetapkan polisi pemerintahan dalam dan
luar negerinya dan menyelenggarakan polisi pemerintahan itu berdasarkan kepentingan dan nafsu mereka. 


Penyertaan kita bersama mereka dengan membawa tujuan yang baik, bersih dan mulia terpaksa berganding bahu dengan mereka dan terpaksa menyesuaikan dengan perjalanan mereka. Ini memberi arti bahawa pada akhirnya kita akan jadi trompet dan alat mainan di tangan mereka, yang boleh mereka lakukan terhadap kita mengikut sesuka hati mereka.

Sumber : Buku Tanggungjawab Pemuda Islam Hari ini