Surat AL-IKHLAS (QS.112)
Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa,
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan,
dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia".
Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan,
dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia".
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya” (QS Al-Hijr: 9)
Pada ayat diatas, kata ”Kami” dalam ayat ini berarti Allah sendiri. Tidak ada Tuhan selain Allah, dan Allah tidak punya sekutu. Dialah Allah Yang Maha Perkasa, Pencipta segalanya dan Zat Yang meliputi segala sesuatu dalam pengetahuan-Nya.
Pada ayat diatas, kata ”Kami” dalam ayat ini berarti Allah sendiri. Tidak ada Tuhan selain Allah, dan Allah tidak punya sekutu. Dialah Allah Yang Maha Perkasa, Pencipta segalanya dan Zat Yang meliputi segala sesuatu dalam pengetahuan-Nya.
Dalam beberapa bagian Al Qur'an, Allah
menyebut diri-Nya dengan kata ”Aku”, dan dalam
beberapa bagian lain dengan kata ”Kami”. Dalam bahasa Arab, yaitu bahasa Al
Qur'an, kata
”Kami” juga digunakan untuk menyebutkan satu orang dengan tujuan menambahkan kesan
berkuasa dan rasa hormat pendengarnya.
Dalam Bahasa Indonesia, kita pun
kadang-kadang menyebutkan ”kami” meskipun yang kita maksud adalah ”saya” untuk
lebih terkesan sopan. Dalam bagian-bagian berikut dalam buku ini, kalian akan
melihat contoh ayat-ayat (dari Al Qur'an) dan surat (bab-bab Al Qur'an).
Semuanya adalah kata-kata yang paling benar karena merupakan kata-kata Allah,
Yang mengetahui diri kita lebih baik, bahkan dibandingkan diri kita sendiri.
Sumber
: Mari kita belajar tentang Islam by Harun Yahya
dari sumber lain :
Banyaknya Ayat Al Qur'an tentang Allah dengan menggunakan
kata " KAMI" seringkali dipersoalkan oleh para misionaris maupun
penghujat Islam.
Bagi penghujat Islam persoalan Kata Kami di banyak ayat Al
Qur'an dituduh sebagai sebagai bukti adanya ayat ayat Al Qur'an yang
bertentangan dengan ayat ayat Al Qur'an lainnya yang sangat jelas dan tegas
bahwa Allah adalah Esa. Dan Bagi Misionaris adanya kata kami yang merujuk kepada
Allah dijadikan pembenaran kalau ayat ayat Al Qur'an membenarkan konsep
ketuhanan Trinitas.
Tuduhan tuduhan tersebut hanya berdasarkan argumentasi yang
sangat dangkal dalam memahami kata "KAMI",yang mereka simpulkan
secara absolut bahwa kata kami merujuk kata ganti jamak.
Didalam kitab “Fatawa al Azhar” disebutkan bahwa
sesungguhnya Al Qur’an al Karim diturunkan dari sisi Allah swt dengan bahasa
arab yang merupakan bahasa Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wasallam dan
diturunkan dengan tingkat balaghah dan kefasehan tertinggi.
Artinya : “Dengan
bahasa Arab yang jelas.” (QS. Asy Syuara’ : 195)
Dan merupakan suatu kebiasaan dikalangan orang-orang Arab
bahwa seorang pembicara mengungkapkan tentang dirinya dengan menggunakan lafazh
أنا (saya) dan jika terdapat orang lain bersamanya maka menggunakan lafazh نحن
(kami) sebagaimana lafazh نحن (kami) digunakan si pembicara untuk mengagungkan
dirinya sendiri. Pengagungan manusia terhadap dirinya sendiri dikarenakan
dirinya memiliki berbagai daya tarik untuk diagungkan.
Bisa jadi hal itu dikarenakan dia memiliki jabatan,
reputasi, kedudukan atau nasab lalu dia membicarakan tentang dirinya itu
sebagai bentuk keagungan dan kebesaran. Bisa jadi juga untuk memberikan
perasaan takut didalam hati orang lain seakan-akan dirinya sebanding dengan
beberapa orang bukan dengan hanya satu orang. Bisa jadi seseorang mengungkapkan
dirinya dengan lafazh نحن (kami) karena begitu banyak keahliannya seakan-akan
beberapa orang ada didalam diri satu orang. Sehingga bentuk plural dan jama’
itu adalah pada pengaruhnya bukan pada si pemberi pengaruh.
Bentuk pengagungan diri pembicara atau orang yang diajak
bicara terdapat pula didalam bahasa-bahasa lainnya bukan hanya didalam bahasa
arab dan digunakan pula untuk tujuan-tujuan seperti disebutkan diatas.
Apabila Allah swt Tuhan Pemilik Keagungan berfirman :
Artinya : “Kami telah
menciptakan mereka dan menguatkan persendian tubuh mereka, apabila Kami
menghendaki, Kami sungguh-sungguh mengganti (mereka) dengan orang-orang yang
serupa dengan mereka.” (QS. Al Insan : 28)
Posisi Allah di situ sebagai pemberi karunia kepada semua
makhluk, pemberi nikmat, memberikan perasaan takut dan membuat lari orang-orang
kafir sesuai dengan kata ganti pengagungan terhadap diri-Nya yang memberikan
makna kuat dan gagah.
Dan apabila Allah berfirman :
Artinya : “Sesungguhnya
Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya.” (QS. Al Hijr : 9)
Posisi di situ sebagai pemilik kemampuan yang mampu
memberikan ketenangan berupa pemeliharaan Allah terhadap Al Qur’an yang telah
diturunkan dengan kekuasaan dan hikmah-Nya. Dan apabila Allah berfirman :
Artinya : “Sesungguhnya
Kami menolong Rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan
dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat),” (QS. Ghafir : 15)
Allah SWT itu bukan manusia dan bukan pula makhluk hidup
dengan jenis kelamin. Maka Dia bukan laki-laki dan juga bukan perempuan, bukan
pula banci (na'udzubillah minta dzalik).
Adapun bahasa arab, memang punya 14 dhamir atau kata ganti
orang. Mulai dari huwa sampai nahnu. Huwa adalah kata ganti untuk orang ketiga,
tunggal dan laki-laki.
Di dalam Al-Quran, penggunaan kata ganti orang ini sering
juga diterapkan untuk lafadz Allah SWT. Al-Quran membahasakan Allah dengan kata
ganti Dia (huwa). Di mana makna aslinya adalah dia laki-laki satu orang. Tetapi
kita tahu bahwa Allah SWT bukan laki-laki dan juga bukan perempuan atau banci.
Kalau ternyata Al-Quran menggunakan kata ganti Allah dengan
lafadz huwa, dan bukan hiya (untuk perempuan), sama sekali tidak berarti bahwa
Allah itu laki-laki. Penggunaan kata ganti huwa (yang sebenarnya untuk laki-laki)
adalah ragam keistimewaan bahasa arab yang tidak ada seorang pun meragukannya.
Maka demikian pula dengan penggunaan kata nahnu, yang meski
secara penggunaan asal katanya untukkata ganti orang pertama, jamak (lebih dari
satu), baik laki-laki maupun perempuan, namun sama sekali tidak berarti Allah
itu berjumlah banyak.
Orang arab sendiri akan terpingkal-pingkal kalau melihat
cara orang Indonesia berusaha menyesatkan orang lain lewat logika aneh bin
ajaib seperti ini, yaitu mengatakan Allah itu banyak hanya lantaran di Al-Quran
Allah seringkali menggunakan kata ganti kami (nahnu). Betapa kerdilnya logika
yang dikembangkan, niatnya mau sok tahu dengan bahasa arab.
Tidak semua kata nahnu (kami) selalu berarti pelakunya
banyak. Memang benar secara umum kata nahnu menunjukkan jumlah yang banyak,
tetapi orang yang bodoh dengan bahasa arab terkecoh besar dengan ungkapan ini.
Sebenarnya kata kami tidak selalu menunjukkan jumlah yang banyak, tetapi juga
menunjukkan kebesaran orang yang menggunakannya.
Misalnya, seorang presiden dari negara arab mengatakan
begini, "Kami menyampaikan salam kepada kalian", apakah berarti
jumlah presiden negara itu ada lima orang? Tentu saja tidak. Sebab kata
"kami" yang digunakannya menggambarkan kebesaran negara dan
bangsanya, bukan menunjukkan jumlah presidennya.
Tukang becak di pinggir jalan pun tahu bahwa yang namanya
presiden di semua negara pastilah jumlahnya cuma satu, tidak mungkin ada lima.
Dan hanya orang bodoh tidak pernah makan sekolahan saja yang mengatakan bahwa
Allah itu ada banyak, hanya gara-gara Dia menyebut dirinya dengan lafadz KAMI.
Ini adalah logika paling gila yang pernah diucapkan oleh
manusia. Dan sayangnya, dengan logika jungkir balik tidak karuan seperti ini,
masih saja ada orang yang mau melahapnya mentah-mentah. Masih saja jatuh korban
kesesatan tidak lucu dari massa mengambang muslim.
Sumber
: islam-menjawab-fitnah.blogspot.com
Wassalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh.