Dari sekian banyaknya laki-laki di Indonesia ini kenapa harus dia? Dari sekian banyaknya penduduk asli jawa kenapa harus dia? Dan kenapa pula di Negara dengan jumlah muslim terbanyak di dunia… Aku harus menyukai dia?
Dari
Saya punya pengalaman tentang ini yang pada akhirnya saya dan dia menyerah sama yang namanya perbedaan ini, tidak ada jalan? Bukan, karena perasaan dia sama saya biasa-biasa aja kali, atau udah bosan (
Ini ujian bagi saya yang ternyata kurang kuat iman. Orang yang tidak mudah jatuh cinta, sangat hati-hati melihat laki-laki, lah kok tiba-tiba mendapati perasaan bisa sangat terikat cinta yang terlarang. Hal yang saya hindari dari dulu. Ketika otak saya tak seberapa membelot firman Allah, pengendalian dalam diri sayapun jadi tarik ulur. Iya saya jalani pacaran, sebenarnya agak sanksi juga sama dosa dan udah tahu dari awal bahwa kita beda agama, menerjang badai! Berandai meski ini labirin yang meliuk-liuk dan agak mencekam, tapi pasti ada pintu keluarnya (
Jujur aja, meskipun dulu iman saya itu naik turun dan agak labil, tapi dalam hati kecil ini pingin ada yang bimbing saya menjadi muslimah yang kaffah, maka tipe ideal saya jatuh pada cowok-cowok yang imannya di atas rata-rata.
“Ih ya ampun Ma.. Keren banget dia Ma.. Sholatnya lama banget, Sholat sunnahnya kuat juga..” Itulah pandanganku yang ku sampaikan pada ibu mengenai seorang teman laki-laki yang saya kagumi. Sebatas kagum, karena nggak punya keinginan pacaran. Sama sekali! Dan malah bisa-bisanya kemudian saya menyukai orang yang jangankan sholat, mengenal Allah atau tidak itu samar-samar. T.T
Dan kalau lihat ada teman pacaran beda agama yang kandas aku dengan dinginnya bilang, “Lah, udah tahu beda agama kok bisa-bisanya jadian ya?"
Pasti dah ujung-ujungnya bakal rumit dan ada masalah bakal gak akan nemuin jalan keluar karena dua-duanya keukeuh gak mau ikut agama pasangan maupun pertentangan hebat dari keluarganya. Itu dipikiranku udah waduhhh banget.
Dannn…Aku kena batunya! Wkwkwkwk. Mulutmu harimaumu ~ Hoarrrgggh!
Saya emang juaaarang punya temen deket seorang non-muslim. Disebabkan hidup di lingkungan dan bersekolah yang selalu mayoritas Islam. Nah, kok sekali dekat banget bisa-bisanya malah jadian? Allah menjadikan indah apa-apa yang sebenarnya itu cobaanku. Dia indah? Hahaha.. maksudnya jadi menarik. Padahal, kalau mau pake kacamata netral. Dia itu ya biasa aja, bukan yang wow wow wowww.. Tapi aku tetap aja memandangnya dengan special (_ _’’)
Bukan berarti juga saya ingin membentengi hubungan sosial dengan non-muslim. Tapi tradisi dan latar belakang berbeda dari manusia itu sendiri yang membuat hubungan terkekang mustahil jika mempunyai hubungan yang rada spesial (
Makanya cinta yang besar itu buat Allah aja, di jamin nggak kecewa. Sama manusia itu cinta secukupnya lah (
Sebenarnya, baik orang jawa maupun agama Islam itu flexible banget. “Bukan orang jawa?” Mau bule, batak, madura, cina, hongkong, arab kek.. no problem! Gak ada hukum rasis apapun yang sebenarnya di ada-adain aja sama manusia dan nenek moyangnya. Pokoknya bibit bobot bebet lulus, hehe.
“ Semua manusia berasal dari Adam dan Hawa, seorang Arab tidak punya keunggulan atas yang bukan Arab. Tidak juga seorang bukan Arab memiliki keunggulan atas seorang Arab, juga seorang berkulit putih tidak punya keunggulan atas yang berkulit hitam – kecuali dengan kesholehan dan perbuatan baiknya.
—(Hadist, Sahih Bukhari, Vol. 7, Ch. 3)
Dalam Al-Qur’an :
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. 49:13)
Tapi kalo “Bukan Islam?” Sebenarnya ayah ibu udah melotot sampai urat keluar, “No! Nggak boleh. Never! Laknatullah.” pasti mutlak gitu jawabnya. Tapi kalau ditanya ada kemungkin di ijinin bisa gak? Jawabannya pasti ada, yaitu setelah dia menjadi muallaf dulu (masuk Islam/ lebih tepatnya kembali ke Islam [kembali ke fitrah])..Triing! LAMPU IJO dah!
Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik dengan wanita-wanita mukmin sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran. (QS. 2:221)
Banyak orang juga dengan uenteengnya bilang, “Gak apa-apalah beda agama, dia kan bisa masuk Islam. Ajak aja..”
Enak banget kalo ngomong, kayak ngajak ke bioskop gitu gampang? T.T
Beda agama masalah yang cukup pelik ya dears.. Bisa dibilang fatal kalau diterjang aja. Selain kita harus menyangkut kepercayaan yang sifatnya sangat pribadi, selain itu bisa aja kita harus siap-siap punya masalah sama keluarga masing-masing.
Meski kadang keluarga mungkin saja nggak bisa ikut campur dengan urusan batin ini karena agama ini menyangkut masalah hubungan privasi dengan Tuhan. Tanggung jawabnya bukan di dunia, tapi di akhirat. Gede! Jangan bilang omong kosong loh, kalau akhirat kamu anggap omong kosong, hidupmu berarti jauh lebih dari omong kosong dong... Dan Alhamdulillah, saya satu keyakinan sama orang tua :D
Jangan pernah pula berusaha nerjang nikah beda agama. Dengan alasan TOLERANSI lalu suami istri menikah dalam agama yang berbeda. Tahu kan kalian kalau pernikahan dengan non-muslim yang belum masuk Islam itu hukumnya nggak sah di mata agama, di mata Allah. Jadi bisa diartikan seperti berzina. Naudzubillah.. Menikah yang seharusnya merupakan bentuk menjalankan sunnah agama karena menghindari dosa malah jadi dosa besar. :(
Dan menurut pengalaman di lapangan. Secinta-cintanya orang sama orang lain itu (
Rasanya kalau mau utek-utek soal agama, kita seakan merombak total semua yang ada padanya. Internal dalam batin maupun di keluarganya. Apalagi nih kalo pengalamanku, si dia ini dari keluarga yang sangat asing dengan Islam bahkan budaya jawa (sebenarnya jawa gak ada budaya2an yg tajam). Dan pasti mereka udah kena dogma-dogma yang mainstream soal Islam yang begini begitu. Jadi jujur aja saya tidak pernah menyampaikan soal Islam padanya, belum pernah ada kesempatan dan belum pernah siap sampai semua berakhir sudah. Meskipun pingin menyampaikan rasanya di otak bilang "Mustahil, mustahil, mustahil. Mustahil dia mudeng." Haha.. Yah keburu pesimis. Saking bedanya dalam segala-galanya. Tapi ya sudah, bukan takdirnya..
Menjelaskan tentang Islam tidak akan semudah menjelaskan rumus aljabar. Dan kita serasa alien, tiap kali ketemu saking bedanya prinsip dan pandangan dalam banyak hal. Hal dasar yang ketara ya makanan dan ibadah.
Aku memandangnya, “Apa-apa dibolehin. Bebas amat hidupnya..”
Dia memandangku, “Banyak banget larangannya. Dikit-dikit ibadah. Kolot amat hidupnya.”
Maybe loooh ~ menurut taksiran aja. Hehehe
Tapi emang semua nggak bisa di ‘gebyah uyah’ atau dipandang sama. Nggak semua orang yang punya tradisi yang jauh beda dan agama yang beda dengan kita susah untuk memahami Islam dan lalu dengan ikhlas ingin kembali ke Islam. Tapi yang tradisinya nggak jauh-jauh amat ternyata meski cinta mati ogah kalau pindah agama. Contohnya banyak..
Nah masalah narik-narik orang ke Islam itu bukan perkara mudah. Kita nggak mungkin juga ngajuin proposal 'Maukah masuk Islam?', sementara pandangan dan pikirannya tentang Islam dah sepernuhnya blank dan buntu. Meskipun kalau hal itu memungkinkan, adalah pahala besar tersendiri buat kita yang sebenarnya secara nggak langsung membantunya masuk kedalam jalan Allah ini dan tentu merasa ikut bahagia melihat orang yang mendapat hidayah.
Tapi yang pasti agama itu nggak bisa dipaksakan. Iman adalah hal yang dirasakan, bukan dipaksakan.
Mungkin sebagian besar kita menemukan agama karena orang tua. Tapi yang sebenarnya agama ditemukan oleh hati. Nggak jarang kan kita melihat orang Islam sekedar KTP. Karena meskipun dia sudah di karuniai Allah identitas sebagai muslim, tapi nyatanya implementasinya jauh dari seharusnya. Beruntung kalau dari akar, dari orang tua sudah bisa menanamkan ketataan pada Agama, tapi banyak juga yang lebih menganut sekularisme kan?
Ada juga hidupnya yang bener-bener jauh dari Islam tapi tiba-tiba mendapat hidayah kembali ke Islam itu dengan sendiri, selama dia mau berfikir, selama dia mau membuka hatinya mencari tahu dan belajar, Allah akan tunjukkan. Ada juga yang udah mendapat banyak bukti, tanda dan kenyataan tapi tetap menutup hati dan matanya. Wallahu alam ya..
"...Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir." (QS. 13:4)
Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran dan penglihatan serta menutup hatimu, siapakah tuhan selain Allah yang kuasa mengembalikannya kepadamu?" Perhatikanlah, bagaimana Kami berkali-kali memperlihatkan tanda-tanda kebesaran, kemudian mereka tetap berpaling (juga). (QS. 6:46)
COBA RESAPI KATA-KATA INI YA...
Kesesatan dan petunjuk semata-mata menjadi urusan Allah. Anda mungkin saja akan terpengaruh dengan argumentasi lawan debat agama, lalu linglung dan bahkan murtad. Kalau didalami baik-baik semuanya pasti ada penyebabnya, bahwa dalam diri anda sudah ada bibit-bibit untuk menjadi sesat, bisa jadi karena kesombongan, atau juga ada prasangka buruk kepada Allah. Sebaliknya mungkin juga pihak lawan ada yang terpengaruh lalu menjadi mualaf karena debat. Jangan sampai punya pikiran bahwa keimanan yang muncul dalam qalbunya gara-gara 'kehebatan' argumentasi anda. Itu disebabkan karena dalam dirinya memang sudah ada bibit-bibit kebaikan, rasa ingin tahu, kejujuran untuk menyelamatkan diri, tidak ingin tersesat, lalu Allah menyelamatkannya dengan memberikan hidayah.
Nah soal yang mempunyai hubungan
Beda Agama?:
Banyak orang bilang, “Yang seagama aja belum tentu di restuin, apalagi yang beda agama..”
Kalau ada orang tepat bilang aja, “Saya nggak mau dipacarin. Maunya dilamar.” :D
Yang jelas jangan sampai kalian murtad (keluar dari Islam) apapun alasannya, Naudzubillah. Jangan relakan surgamu hanya demi suami ganteng atau harta melimpah. Semua nggak ada apa-apanya dears dihadapan Surga Allah. Meski cinta, kalau tidak sejalan memandang hidup tinggalkan dan relakan. Allah akan balas yang lebih baik. InsyaAllah.
Tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, kecuali Allah akan mengganti bagimu dengan sesuatu yang lebih baik dari apa yang kamu tinggalkan. (Hadits riwayat Ahmad)
Nah jodoh sih ditangan Tuhan ya dear. Ada kala kita emang di jodohkan sama orang yang ketemunya pake lewat jalan yang rumit dulu ada yang lancar-lancar saja (
Manusia merencakan, Tuhan yang berkehendak. Tapi yang jelas kita terus berdoa agar kita dapat kesempatan bisa memilih pendamping yang bisa menjadi imam kita dunia akhirat. Aamiin.