Second Menu

Pages

Minggu, 23 Agustus 2015

Arti Pernikahan dalam Islam, Pembicaraan muslimah muda dan di mata non muslim..



Assalamualaikum.. 


Hai.. Saya menyempatkan menulis di blog saya lagi.. Kali ini dari sedikit cerita dari keseharian saya yang menurut saya bisa disimpan dalam tulisan dan dibagikan pada teman-teman hehehe.

Karena saya bekerja di luar kota, saya tinggal di kost putri. Menyenangkan, bertemu teman-teman perempuan yang baik hati dan sangat akrab. Sering kami menghabiskan waktu mengobrol bersama di sela waktu malam selepas pulang kerja. 

Kami bercerita semua hal. Mulai dari kegiatan di tempat kerja, dan yang paling sering adalah sharing mengenai pengalaman hidup masing-masing. Biasanya kami  suka membahas sambil masing-masing mengambil pelajaran, juga saling memberi saran dan nasehat.

Beberapa malam ini kami tertuju pada topik tentang menikah. Kami paling muda berusia 24 tahun dan paling tua 26 tahun, bisa dibilang agak sebaya, tidak beda jauh usianya, dan sayang sekali baru satu yang sudah menikah. 

Pembicaraan ini sama sekali tidak tabu untuk dibahas mengingat usia kami juga tidak remaja. Kami cukup umur untuk menikah. Beberapa diantara kami yang belum menikah memang terkadang mengeluhkan tentang belum menikahnya diri masing-masing, dan seperti saling menginterograsi kenapa hingga saat ini belum ada rencana kearah sana dalam waktu dekat, dan tentu kami punya alasan masing-masing. Garis besarnya karena belum ada calonnya hingga belum siap mental. 

Setiap membahas pernikahan, tentu materi tentang agama pasti terbawa, dan satu teman kami non-muslim kami tetap ikut menyimak dan kadang terlibat dalam keributan kami membahas aspek-aspek pernikahan. Hehehe. 

Pembicaraan kami yang menghabiskan waktu berjam-jam mengalir begitu saja, tentu saya juga ikut menikmati pembahasaan ini karena meski saya masih kabur mengenai rencana pernikahan, tapi saya jadi punya pembelajaran baru dari pengalaman dan pandangan mereka. 

Hingga akhirnya pembahasan jatuh ke hubungan beda agama yang pernah dialami beberapa orang disini. Perkara yang sensitif, tapi karena memang dasarnya kami orang-orang yang lumayan saling terbuka, jadi ya nggak kagok juga membicarakannya. Tenang ini bukan sepenuh membahas beda agama kok, tapi topik ini lah yang memancing kami pada akhirnya untuk menjelaskan apa sebenarnya makna pernikahan dalam Islam meski dengan ilmu kami yang masih meraba-raba.

"Ada nih yang tiba-tiba pindah ke agama Islam gara-gara suka sama aku tapi aku amati kok ibadahnya nggak keliatan, nggak benar-benar niat menjalani, ya... aku nggak berani lah. Di depan beberapa orang dia juga masih takut ngaku kalau dia udah muslim, malah dia masih jawab kalau dia beragama agamanya yang dulu. Waaahh.. aku mundur deh, daripada kena tipu mualaf palsu kayak artis itu.." kisah salah satu teman yang suka sekali blak-blakkan menceritakan kisah hidupnya. 

Adapula yang akhirnya kepancing dan mengaku kalau pernah menjalani kisah dengan orang beda agama.  "Hmm.. Kalau aku no hope laaah.. Boro-boro dah dia masuk Islam." ujarnya cuek.

"Emang agama dia apa?" teman non muslim kami bertanya tentang si 'boro-boro', dan si boro-boro bukan dari agama dia. "Oh... kalau agama itu kayaknya gampang di pengaruhi. hehehe."

Wajah mantan boro-boro BT, banyak yang berkata demikian "Hmm.. Bukan masalah pengaruhi atau nggak ya... Bukan juga masalah keluarga atau apa.. Tapi dari dia sendiri, kalau toh dia mau masuk Islam, sanggup nggak puasa sebulan, sholat 5 waktu, jujur aja kalau soal itu aku agak ragu. Kalau dari awal orang masuk Islamnya cuma biar bisa nikah sama muslimah, dan nggak ada niat menjalani hukum agama.. Bisa jadi proyek panjang. Ada cinta itu penting tapi kita menikah cari imam juga sih.."

"Bagus juga ya... Kamu untuk nikah mikirnya kayak gitu ya?" respon si non-muslim. "Berarti kamu nggak mau ya nikah sama orang beda agama."

"Ya kalau awalnya beda lalu dia dah jadi muslim ya nggak apa-apa lah.. hehe. Tapi kan namanya agama nggak boleh dipaksa, iman itu dari hati masing-masing. Kalau tetap beda ya udah nggak lah.. tunggu yang seagama aja, hidup jangan dibuat drama banget." 

"Lha kalau misal nikah tapi menjalani agama masing-masing gitu nggak boleh kah?"

"Maksudnya misal satu tetap kristen, satu tetap Islam tapi udah menikah gitu?"

Si non muslim mengiyakan.

"Ya nggak boleh.. Haram itu diagama Islam." 

"Oh ya? Kakak iparku loh orang Islam, dan tetap muslim sekarang. Kakakku juga tetap di agamaku. Mereka nikah secara agamaku juga secara Islam."

Aku sedikit menelan ludah mendengar ada muslim yang menjalankan hal seperti ini, waduuuuhh...
"Kalau ada orang yang mengijinkan hal seperti aku kurang tahu gimana bisa, tapi kalau dalam agama jelas-jelas dilarang." 

Si non-muslim rasanya sedikit tertohok, "Hmm..Kenapa sih kok kayak gitu? Hmm.. apa sih jeleknya nikah sama kita yang beda agama sama kalian."

Kami yang muslim langsung saling memandang.  Kami mengisyaratkan bahwa memang tidak mudah menjelaskan perkara ini pada non-muslim, tapi kita tidak bisa tidak menuntaskan ini dan membiarkan pernyataan ini menggantung. Takutnya teman kami yang non muslim ini jadi salah paham dan salah tangkap bahwa kami seakan enggan dengan mereka bahkan dalam segala hal. 

Okay, saya dan teman-teman mulai bergantian mencoba menjelaskan dengan hati-hati.
Begini penjelasan para muslimah yang teknik penjelasan dakwahnya masih karbitan, mohon maklum dan minta di doakan agar bisa lebih ma'ruf dalam menyampaikan ilmu.  


"Dalam Islam, pernikahan itu separuh agama. Separuh itu banyak loh. Kenapa separuh agama? Karena dalam pernikahan itu nilai ibadahnya banyak sekali.  Perjuangan dan hal baik sekecil apapun yang dilakukan dalam pernikahan itu berpahala dan dinilai ibadah. Kenapa lagi separuh, sebenarnya jujur aja, pernikahan itu sulit kan? Dua kepala yang meskipun mengakui saling mencintai pasti dalam kenyataannya tetap saja berbeda. Mempertahankan dalam komitmen dan tetap menjalankan kewajiban dalam keadaan apapun."

"Satu hal lagi. Tujuan pernikahan dalam Islam bukan hanya sekedar mempersatukan dua orang yang saling mencintai di dunia ini hingga bisa menghalalkan segala cara untuk bersama. Tapi kita punya tujuan yang lebih mulia. Kita ini sama-sama punya cita-cita 'meraih' ridho Tuhan, kayak fight melakukan kebaikan bersama, kebaikan segala aspek dihadapan Tuhan seperti ibadah maupun di depan manusia, semua tujuannya ya supaya Tuhan mengijinkan kita bersama lagi di surga karena dunia ini terlalu singkat untuk bersama."

"Laki-laki dan perempuan juga diciptakan dalam fitrah yang berbeda begitu pula dihadapan pasangan. Saling mengisi dengan kewajiban masing-masing. Kenapa laki-laki butuh perempuan yang baik dan beriman. Karena dia ini tugasnya pemimpin keluarga, dalam Islam laki-laki itu memang pemimpin tapi pantang otoriter, lebih kayak sahabat, dia harus mengayomi istri dan anak-anaknya. Selain juga memilih wanita juga untuk sosok yang mendidik anak-anaknya, laki-laki juga berkewajiban mendidik perempuan. Misal laki-laki tidak menjalankan kewajibannya dan ada yang salah dengan tingkah laku istrinya maka dia akan 'kena' imbasnya juga dihadapan Tuhan. Kalau perempuan itu sudah baik dan beriman, suaminya juga yang untung.
Begitu juga perempuan, dia butuh imam untuk mendidiknya lebih baik. Nah, kalau dia melalaikan kewajiban dia, dia pun akan kena imbasnya. Perempuan itu harus taat suami karena suami ini tanggungannya lebih berat dan istilahnya perempuan itu disediakan banyak hal sama sang suami. Jadi dalam Islam suami istri itu seperti kerja sama demi satu tujuan.. Saling mendukung dan membantu. Masing-masing punya bagian sendiri juga."

"Kalau nggak ada hukum pernikahan seperti itu. Ya pasti banyak suami yang seenaknya sendiri sama istri, kasar dan menelantarkan istrinya. Bahkan dalam Islam, laki-laki yang baik adalah yang paling baik pada istrinya, terkadang Nabi kita, Nabi Muhammad membantu pekerjaan rumah loh karena kata beliau istri itu bukan pembantu. Suami juga nggak bisa nggak peduli sama istri dan membiarkan dia dalam keburukan karena istri itu tanggung jawab dia. 
Juga nggak bakal ada ceritanya istri yang mau enaknya doank bahkan terus melawan suami. Dia tahu kewajiban taat sama suaminya (dalam perkara baik) itu ibadah.

"Lha.. kalau beda agama. Aku menjalankan apa yang Islam ajarkan sementara dia tidak. Gimana bisa tekad itu jadi satu, karena banyak juga kerjasama dalam pernikahan itu erat kaitannya dengan perkara ibadah. Kalau beda agama, jelas-jelas cara ibadah dan tujuan kita berbeda. "

Ini semua benar-benar kami jelaskan loooh... Malah sebenarnya jauh lebih panjang, tapi saya tidak mengingat semua.
Panjang lebar, hingga kami memastikan bahwa teman kami itu paham dengan pemahaman Islam karena dia sedikit melejitkan senyum dan beberapa kali mengatakan.

"Wah... ternyata makna pernikahan dalam Islam sedalam itu ya.."

Sekali lagi dia mengatakan.

"Indah banget arti pernikahan dalam Islam."

Kami bernafas lega dan mengucap hamdalah sambil berdoa Ya Allah berilah kami pernikahan seindah maknanya dalam Islam. Aamiin..

Hehe

Wassalam.