Second Menu

Pages

Kamis, 10 Desember 2015

Hati yang Terbolak - Balik

Assalamualaikum..
Bismillah..


Kembali dengan saya, perempuan penulis blog yang tidak mau disebut namanya, dan tidak mau nongol wajahnya hehe. Kali ini saya ingin menuliskan sesuatu untuk renungan diri sendiri maupun teman-teman yang lain. Semoga ada manfaat ya...
Tentang apa? 

Yups, tentang Hati. 
Bukan mengenai hati orang lain yang tidak mungkin kita jelajahi secara mendalam, tapi mengenai hati kita sendiri yang kadang sulit kita kenali. 

Pernah nih saya mendatangi pengajian seorang ustadz di kota saya dan beliau berkata, "Jangan PeDe dengan keimanan kita yang sekarang."

Dan satu lagi, jangan merasa aman dengan keimanan kita yang ternyata penuh dengan cela di dalamnya (nasehati diri sendiri T_T)

Kenapa?
Seperti yang kita rasakan sendiri.. hati ini bagai empat musim, cepat sekali berganti. Sudah setannya nggoda terus, kitanya juga kurang kenceng imannya. Jadi suka terombang-ambing oleh perasaan yang tak pasti. Tapi seharusnya yang menjadi fokus utama, jangan sampai perubahan hati itu memperngaruhi iman kita, jangan sampai. Cari hidayah aja dah sulit, tapi yang jauh lebih sulit adalah istiqomahnya.. Seberapa jauh kita bisa bertahan pada ketetapan hati dan seberapa lama kita bisa setia pada ketaatan padaNya. Itu memang tanda tanya besar.
Kepintaran dan keimanan, keduanya mungkin hakikatnya berbeda tapi ada hal dasar yang hampir sama, dan dua-duanya adalah kelebihan yang tentu saja tidak boleh disombongkan..
Kepintaran itu letaknya di otak, sementara Iman itu letaknya di hati.
Ada orang pintar yang pintar terus selama dia istiqomah belajar, ada juga orang yang beriman sampai mati karena komitmen hatinya.
Dan kedua-duanya bisa juga berubah. Yang pintar bisa saja berbalik jadi bodoh dan lupa ketika dia malas belajar, begitu pula iman bisa merosot jika ketaatan kita kian lama kian kendor.

Apa yang mendasari? Tentu saja niat dan dorongan hati.
Iman itu rasa-rasanya lebih susah dipertahankan karena iman itu bermuara di hati, sementara hati terkadang sulit di kontrol meski oleh yang memiliki hati itu sendiri.

Bedanya lagi, jika pintar disombongkan mungkin saja kepintaran itu tetap masih ada.. meski itu memang sikap yang salah.
Sementara iman jika disombongkan maka tidak berarti apa-apa lagi.


”Iman itu kadang naik kadang turun, maka perbaharuilah iman kalian dengan la ilaha illallah.” (HR Ibn Hibban)

Nah.. pernah tahu nggak orang yang dikenal beriman dan memang beriman bisa berbalik jalan?
Atau ada orang yang berimannya musiman?
Berimannya mood-moodan ?
Berimannya banyak pertimbangan? Banyak mikir dan banyak alasan?
Terkadang kita tak perlu menunjuk orang lain, cukup merenungkan dan mengakui bahwa kita pernah seperti itu.

Seperti lagunya gigi... 'Pagi beriman, siang lupa lagi, sore beriman, malam amnesia.."
Ada nggak yang merasa begini, jangankan beda hari, beda bulan, beda tahun..
Dalam sehari aja semangat ibadahnya bisa berubah-ubah..
Kalau siang niat banget sholatnya, kalau shubuh males banget bangun, malemnya ketiduran.
Kemarin-kemarin baca Qu'ran sehari satu juz, sekarang selembar aja males banget. 
Biasanya rajin banget sholat wajib plus plus sholat sunnah, sekarang sholat wajib aja setengah hati..
dan banyak contoh lain..


Rasulullah saw pernah bersabda : “Sesungguhnya hati anak cucu Adam lebih cepat perubahannya dari periuk yang berisi air mendidih.” (HR Ahmad)

Dalam grafik dari Tazkiatun Nafs (rumahbaca.com), menyimpulkan 3 jenis grafik yang menggambarkan keimanan kita :
Iman Pertama, turun dan naik berada dalam posisi sama. Naik dan turun hampir sama besar dan cepatnya. Keimanan seperti ini memungkinkan seseorang mendapatkan khusnul khatimah (baik di akhir), bila Allah berkenan mencabut nyawanya pada saat iman sedang naik. Namun bila Allah mencabut nyawanya pada saat imannya turun, maka ia akan mendapatkan su’ul khatimah (jelek di akhir)
Iman Kedua, naiknya sedikit, tapi mudah turun secara drastis. Orang yang memiliki keimanan seperti ini, kemungkinan besar akan meninggal dalam kondisi su’ul khatimah. Wallahu’alam
Iman Ketiga, naiknya cepat, tapi lambat turunnya dan sedikit. Orang dengan iman konstruktif seperti ini, ketika ketaatannya naik, ia akan merasakan betapa lezatnya keimanan. Namun saat ia terjatuh pada kemaksiatan, ia akan resah dan ingin segera meninggalkan kemaksiatan tersebut.


Rasulullah saw pernah bersabda : “Sesungguhnya hati anak cucu Adam lebih cepat perubahannya dari periuk yang berisi air mendidih.” (HR Ahmad)

Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
Rasulullah saw pernah bersabda : “Sesungguhnya hati anak cucu Adam lebih cepat perubahannya dari periuk yang berisi air mendidih.” (HR Ahmad)

Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
Pernah nggak sih kita gitu??
Pasti pernah..

Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata. (Quran. Al-Hajj:11)
Ketika hati terbolak-balik tidak bisa menetap pada hati yang selalu baik, bukankah itu mengkhawatirkan dan membuat diri kita sendiri takut? Sebenarnya ini lebih menakutkan dibanding keadaan berubah dari kaya dari miskin. Menjadi orang baik kemudian balik buruk lagi itu sebuah bencana.

Ada kata-kata 'Jangan berjanji ketika sedang bahagia, Jangan menjawab saat anda sedih, Jangan membuat keputusan saat marah.'

Seseorang saat diuji kenikmatan, dengan kata lain sedang bahagia mungkin saja hatinya melambung dan semua yang disekitarnya dianggap berpihak padanya. Dia bisa melakukan apa saja termasuk melakukan ketaatan apa saja yang diperintahkan. Tapi saat takdir berbalik lagi, ketika dia harus mengalami suatu ujian, maka dia merasa bahwa Tuhan tidak adil dan dia tidak bersemangat untuk beribadah lagi.. Dia hanya sanggup beriman dan seakan berjanji pada Tuhan bahwa dia akan terus begitu kalau Tuhan memenuhi semua keinginannya. Kalau Allah tidak memenuhi semua keinginanmu, apakah itu berarti Allah tidak sayang dengan kita? Tentu tidak.. Coba baca ayat Al-Qur'an di bawah ini.

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi. (Quran. 29:2)
Sebenarnya bisa dibilang kita sombong kalau kita sudah merasa iman kita cukup. Kita merasa iman kita sudah tinggi sehingga Allah hanya menurunkan apa yang menyenangkan hati kita saja.  Allah bukannya menghukum kita jika Ia memberi kita cobaan yang agak berat kita jalani. Tapi ingatlah.. dunia ini memang tempat ujian. Bahkan kesenangan yang kita anggap nikmat sebenarnya adalah ujian, ujian apakah kita tetap bersyukur dan rendah hati. Jika kita sombong dan kikir, suatu saat nikmat itu akan membinasakan kita. Ingat satu hal, kita tidak boleh su'udzan atau berprasangka dengan keputusan Allah terhadap diri kita. Itu satu hal yang benar-benar harus kita tanam dalam pikiran. Dalam Qur'an ada kata-kata ''Hanya orang kafir yang berputus asa dari Rahmat Tuhannya." Jadi jangan karena sedikit ujian, kita berbalik menganggap Allah tidak lagi memperhatikan kita. Naudzubillah..

Semakin Allah mencintai seorang hamba, maka Ia akan memberikan ujian padanya. Agar Ia terus mendengarkan hamba itu berdoa padaNya dan makin besar imannya. Satu hal lagi yang perlu diingat, doanya orang mukmin itu selalu di dengar Allah, mungkin tidak selalu dijawab untuk perkara dunia, tapi bisa saja Allah menyimpan doa kita untuk urusan akhirat kita. Jadi tenanglah, selama kita berdoa, kita pasrahkan semua padaNya.

"Cobaan hidup bukanlah untuk menguji kekuatan dirimu, tapi menakar seberapa besar kesungguhanmu dalam memohon pertolongan Allah." (Ibn Qayyim)

Atau mungkin ada saatnya kita sulit meningkatkan semangat beribadah sekencang dulu, tidak sekusyuk dulu. Ini memang ada yang salah dengan kita, mungkin kita terlalu sering melakukan hal yang tidak baik, maka melakukan hal yang baik jadi agak berat. Teori umumnya seperti itu..

Tapi jangan pernah berbalik dan berhenti. Berjalanlah perlahan.. Tetap lakukan yang wajib dan ingatlah terus kesalahan kita dan ingatlah terus banyaknya nikmat dari Allah. Hal seperti itu lama kelamaan akan mendorong kita untuk menambah ibadah yang lain. Insya Allah.

Ada satu hadits berbunyi, "Jika kau tidak sanggup berlomba dengan ibadah orang beriman, maka berlombalah dengan istighfarnya (taubat) orang berdosa."

Banyak saja kita mohon ampun sama Allah, minta maaf karena kita sudah melampaui batas. Perbanyak istighfar setiap waktu..

"Kebahagiaan terletak pada kemenangan memerangi hawa nafsu dan menahan kehendak yang berlebih-lebihan." (Imam Al-Ghazali)

Karena terkadang kehendak kita yang besarlah yang kadang menikung hati kita sendiri. Kita sibuk mempersiapkan untuk mencapainya, sampai berkurang porsi ibadah kita. Kemudian ketika semua tercapai makin lupa kita bahwa itu adalah saat kita harus bersyukur makin banyak. Sementara ketika semua tidak berjalan kehendak, kita mogok ibadah karena merasa Tuhan tidak adil. 

Naudzubillah semoga kita dibersihkan dari hati yang guncang seperti itu. Meskipun iman naik-turun mungkin memang fitrah manusia, semoga Allah terus mengingatkan kita untuk kembali lagi untuk teguh di tempat yang sesuai  dengan petunjuknya. Aamiin Yaa Rabb..

Semoga ada manfaatnya untuk yang baca dan untuk saya sendiri. 
Apabila ada salah kita maafkan dan semoga Allah terus menunjukkan saya yang terbaik. 

Aamiin. Jazakillahu Jazakallahu khayr
Wassalam..