Second Menu

Pages

Jumat, 24 Juni 2016

Kurangnya Pemahaman Agama Islam di kalangan Mayoritas Muslim

Assalamualaikum...


Judul postingan saya kali ini bukan mau menjabarkan secara konkrit tapi lebih mengajak yang membaca ikut memikirkan, merenungkan dan juga menambahkan apa yang di ketahui. Meskipun blog saya yang ini nggak bisa di komentari karena saya malas tema tentang agama selalu dibuat topik berdebat, tapi setidaknya jika ada yang membaca postingan ini. Ada tindak lanjut meskipun itu secara pribadi, dalam keluarga, Alhamdulillah juga jika bisa dibicarakan lebih luas. 

Bukan hal yang benar-benar baru, mungkin hal yang umum tapi kita hanya menganggapnya hal yang sudah 'daily' dan bukan permasalahan besar. Tapi kalau kita meihat secara akhlak, moral, akidah agama kita, dan hal yang dibawa mati dan dipertanggung jawabkan dihadapan Tuhan, maka bagi saya ini hal yang lumayan harus diambil tindakan lanjut. 

Saya merasa negara mayoritas muslim, entah itu Indonesia, Turki, dan baru-baru ini saya sedikit mengenal Uzbekistan dan semacamnya meski bisa dibilang banyak orang Islam disana, tapi coba lihat saja.... Saya bukan mau menjudge Islam mereka kacau, dan mengklaim saya sudah sangat benar. Tapi banyak hal sumbang yang membuat status muslim itu benar-benar pincang karena tak paham dan tak menjalankan pilar-pilar agama yang paling penting.

voaindonesia.com
Dan ini semua saya tulis sembari untuk menyentil dan mengingatkan diri saya sendiri, menuliskan hal-hal seperti ini adalah salah satu nasehat penting untuk diri saya sendiri dari diri saya sendiri melalui apa yang saya lihat dan saya rasakan. 

Sebagai muslim yang tinggal (sementara) di negara non-muslim. Kita harus bersiap dengan berbagai judge dan kekepoan orang non muslim di sekitar. Tapi bukan hanya sekedar bisa menjawab, tapi ketika kita 'di desak' pertanyaan yang lebih dalam, kita seharusnya bisa menjelaskan lebih dalam dan mengena, sesuai dengan apa yang diajarkan dan dalam ilmu agama Islam.. Tapi sayangnya tidak banyak yang bisa menjawab secara 'gagah' karena banyak muslim muslimah yang tidak percaya diri dengan ilmu agama yang dia punya dan mengaku memang tidak benar-benar mengetahui banyak alasan-alasan lainnya. 

Ada kata, "Berilmu lah sebelum beramal."
Maksudnya berilmu dulu sebelum menerapkan. Kita tahu ilmu itu ada kita tahu ke eksisan ilmu itu tapi kadang minusnya kita hanya mengetahui permukaannya saja, sudah tidak peduli dengan ilmunya lebih dalam dan menunda-nunda untuk belajar. 



"Okay saya akan menjadi muslim yang baik, kata orang jadi muslim yang baik harus sholat, tidak makan babi, tidak minum alkohol, puasa dan berhijab" dengan hatinya yang baik dia melakukan hal-hal itu, dia percaya akan kuasa dan kehendak Tuhan, tapi sayangnya sembari melakukan ini dia tidak menyentuh ilmu di balik semua larangan dan perintah yang Allah beri. Tidak benar-benar memahami hikmah larangan dan perintah Allah.

Bukan berarti sebelum banyak Ilmu kita tidak menjalankan amalan tersebut. Ketika kita tahu suatu amalan itu baik untuk kita dan harus kita jalankan, maka jalankan segera lalu sembari belajar dan mengenalnya lebih dalam. Sehingga makin nikmat kita menjalaninya, bukan hanya sebatas terpaut kalimat 'aturan' tapi juga karena 'manfaat' dan 'taat'.

Maka dari itulah kenapa kaum muslim dalam hadits disebutkan 'WAJIB MENCARI ILMU' karena tanpa ilmu amalan itu meski tidak bisa di katakan salah tapi bisa terlihat agak pincang, akan ada kekosongan di dalamnya. Kita melakukan ini itu ketika ditanya mengapa, ilmu kita melompong...

Seharusnya sebagai 'Ambassador Islam' kita bisa menjelaskan ilmu-ilmu yang terkandung dalam Islam sehingga orang tahu bahwa ini bukan hanya sekedar aturan, karena orang awam membenci aturan sehingga kita lebih menjelaskan bahwa ini semua adalah demi kebaikan dan bermanfaat banyak bagi diri kita. Secara lebih dalam lagi sehingga menyentuh nuraninya, bukan bermaksud mendoktrin mereka atau memaksakan apapun. Tapi lebih ke memahami dan menghargai Islam. Itu saja. 

Ini saya tulis juga berdasarkan satu percakapan saya dengan teman-teman muslimah Indonesia di Korea ini. Ya nasib, dengan penampilan dan iman yang berbeda dari kebanyakan. Kita akan di kepoin habis-habisan dan ujung-ujungnya bisa jadi debat dan penghinaan buat agama kita, mereka akan meremehkan nilai-nilai akidah kita, dan lebih parahnya ada arah mereka untuk membujuk kita untuk tidak menjalani itu semua karena bagi mereka itu tidak masuk akal. 

Nggak sedikit teman muslim yang gerah dan 'sumpek' kalau menghadapi hal ini. Karena ya memang berdebat itu nggak enak dan alasan lainnya yang disayangkan adalah ketika akal si pendebat ini tidak bisa menerima dan mental terus, maka si muslim yang mengaku kurang ilmu sudah bingung untuk menjelaskan lagi secara konkrit. Nah yang ini takutnya akan membawa fitnah, prasangka dan hujatan yang makin-makin jadi. Seperti hadits yang sudah sering saya tuliskan.... 
Jika kamu berbicara (menyampaikan ucapan) tentang sesuatu perkara kepada suatu kaum padahal perkara itu tidak terjangkau (tidak dipahami) oleh akal pikiran mereka, niscaya akan membawa fitnah di kalangan mereka. (HR. Muslim)
Nah kalau sudah kayak gini maka kita sudah harus punya 'formula',  bukan untuk membuat orang skak mat, tapi lebih agar orang paham. Tapi utamanya agar kita tahu manfaat dari amalan yang kita jalankan.  

Jangankan berbicara dengan yang non-muslim, sama yang berstatus 'muslim' aja sering kita adu bicara. Karena salah satu kubu menekankan pentingnya kedalaman iman yang satunya kekeuh... "Ya elah gitu banget hidup looo..."

Iman seseorang siapapun bahkan yang bergelar ustadz dan ustadzah tidak akan ada yang sempurna. Seseorang pasti punya titik lemah dan khilaf, semua orang pasti setuju dengan ini.  Tapi bagaimana mainset di kepalanya mengenai 'konsep kehidupan' dalam agama, keTuhanan dan utamanya Tauhidnya itu kalau dia lemah dia akan menjadi kelemahan juga dari agamanya.

"Widiiiih alim banget. Gak banget."

Sama-sama orang muslim, tapi karena yang satu apa-apa ngomong agama dan nggak bisa hidup se enjoy dia maka dia bisa seperti kaum barat melihat orang-orang itu seperti teroris, gak ada beda. Dia nggak bisa melihat seberapa besar kebaikan dari orang alim itu, yang dia lihat, itu asing dan nggak banget. Sudah ada juga di hadits yang menyatakan kalau umat muslim akan kembali asing bahkan dikalangannya sendiri..

Dari ‘Abdurrahman bin Sannah. Ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabad, “Islam itu akan datang dalam keadaan asing dan kembali dalam keadaan asing seperti awalnya. Beruntunglah orang-orang yang asing.” Lalu ada yang bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai ghuroba’, lalu beliau menjawab, “(Ghuroba atau orang yang terasing adalah) mereka yang memperbaiki manusia ketika rusak.” (HR. Ahmad 4: 74. 

Salah satu teman saya mengeluh, "Aku merasa aku ini orang awam aku nggak bisa menjelaskan serangkaian pertanyaan mereka. Aku baru berjilbab satu tahun, dan nggak tahu banyak jadi aku cukup bilang kalau hijab ini adalah budaya, maka titik, mereka tak akan meneruskan pertanyaan. Tapi kalau aku menjelaskan kalau hijab ini aturan agama... Maka pertanyaan akan semakin panjang dan aku takut salah menjelaskan."

Iya saya paham perasaan dia, saya exactly juga sering menghadapi perkara serupa dan itu rasanya gregetan banget, karena kadang juga sejauh apapun kita menjelaskan, tapi otak orang itu sudah bebal, maka konklusinya ya dia akan tetap membantah. Kalau sudah begitu, sudah ke ranah debat, maka baiknya kita menjauh saja. Allah menjanjikan rumah di surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan sekalipun dia benar.  Kecuali jika masih di ranah diskusi, dan pihak lawan open minded, meski dia tidak sepenuhnya memahami dengan akal.

Belum lagi kalau muslim yang satu bilang yang satu begini, yang satu bilang begitu..
Yang satu ingin menaati peraturan, yang satu menganggap itu bukan dosa yang besar, mencari dalih untuk menerjang, dll.. 

APA PENYEBAB INI SEMUA??

Kenapa masih ada kaum muslim yang tidak tahu aturan dan akidah Islam?
Kenapa masih banyak muslim yang tidak bisa menjelaskan alasan dia melaksanakan ibadahnya?
Kenapa banyak kaum muslim yang enggan, tidak tahu dan bingung tentang sesuatu hal berkaitan tentang iman dan Islam yang kaffah?
Kenapa banyak muslim yang masih menyelisihi aturan agamanya sendiri?

Pasti akan banyak alasan muncul.
Tapi menurut saya ya kurangnya pendidikan dan edukasi dari kecil. Anak kecil akan Kita umat muslim yang 'pasif' jelas kalah dengan mualaf yang berIslam karena ilmu kita hanya seadanya dan terima apa adanya. Yang diajak di sekolah cuma begini ya udah ditelan itu doank. Begitupula peran serta orang tua yang sangat penting, pemahaman agama yang dalam seharusnya sudah di tanamkan sejak kecil.

Jaman dulu mungkin cukup dengan mendidik anak dengan ayo sholat, ayo ngaji, tapi di jaman yang udah agak edan ini, perintah seperti itu bisa tergerus dan dikalahkan sama pergaulan dan serangan dari media manapun dengan mudah. Anak-anak jaman sekarang apa-apa yang masuk dalam pemikiran mereka nggak bisa terkendali dan tanpa diketahui, jadi lebih baik kasih benteng sejak awal sehingga meskipun dia mendapat 'serangan' dari beberapa arah dia sudah mampu menepis dengan iman yang sudah lengket di kepala.

Apalagi di sekolah, agama itu hanya diajarkan seminggu sekali itupun paling-paling cuma dua jam-an. Latihan matematika lebih di gempur terus sampe les-les malam, sementara ilmu agama hanya dianggap 'pelengkap saja' padahal kalau semakin kesini saya yakin bahwa itulah ilmu yang paling urgent, barulah ilmu-ilmu yang lain.

Siapa Allah?
Kenapa kita harus beribadah pada Allah?
Kenapa kita harus menaati perintah dan larangannya?

Bukan hanya 'karena'....
Tapi juga 'agar'....

Bukan hanya masalah masuk surga dan nerakanya, tapi masalah apa manfaat untuk dirinya sendiri.
Jadi kita tahu bahwa perintah dan larangan Allah tak lain adalah untuk KEBAIKAN DIRI kita sendiri dan bukan hanya semata-mata Allah menyuruh saja.

Tidaklah Kami turunkan Alquran kepadamu untuk memberatkanmu. Melainkan sebagai pengingat bagi siapa saja yang takut (kepada Allah).” 
(QS. Thaha: 1–3) 

Ingatlah Tuhanmu, takutlah bahwa kamu kembali padaNya dengan keadaan masih penuh dengan salah dan dosa karena sudah merugikan dirimu sendiri dengan membiarkannya dalam kesia-siaan saja selama hidup di dunia. Kita hanya manusia biasa yang lahir bukan kehendak sendiri, dan tak bisa menolak dan menentukan kematian. Jadi ketahuilah tentang hakikat kehidupan yang bukan hanya untuk main-main. Ini bukan playground, tapi dunia ini hanya tempat ujianmu. Sebelum kita semua akhirnya menemukan game over tanpa kita sangka-sangka, tanpa bisa kita tolak.
Jadi satu hal penting perlu ditekankan adalah... Kita ini di dunia hanya mampir! Kita semua akan mati dan tidakkah kamu takut bahwa kamu mati dalam keadaan tidak mengetahui apapun karena tidak mau tahu dan tidak mau mencari? 
Hidup hanya sementara, YOLO (You Only Live Once) masa mau coba-coba? Iya kalau bisa remidi setelah mati, nyatanya kita sudah diberi kesempatan remidi berkali-kali di dunia, udah di kasih clue, di kasih hint, dikasih kisi-kisi tapi cuek ajaaa... entah waktu eksekusi mau bagaimana?
Jadi kalau ketemu orang alim dan menguasai ilmu agama tingkat tinggi bukan soal... "Yaudah lah ya... aku imannya gini aja ya gapapa, kita kan punya talenta masing-masing." Wah, iman itu bukan talenta tapi sudah fitrah. Sudah beda ranaaah...

"Aku takut dimana hari orang-orang tak beriman bangga dengan kesalahannya dan Muslim malu dengan imannya." (Umar ibn Khattab RA)

Bener kan tuh?? Lihat aja...Banyak orang yang berstatus muslim tapi sinis sama yang kelihatan alim. Kayaknya mereka itu ngelihat orang beriman seakan bilang, "Why so serious?" 
Dia bangga masih bisa hidup 'asik' dan memandang sebelah mata orang yang banyak menahan diri, menghindari hal-hal yang dilarang agama dianggap ekstrim dan dipandang dengan tatapan yang 'idih...' banget. Ada loh, ada...


Meskipun kita punya pemikiran yang berbeda-beda, pendapat yang berbeda-beda pun begitu dengan keinginan dengan kemampuan pengendalian hawa nafsu yang berbeda-beda. Tapi ingatlah... Kalau kita tujuannya sama... Sama-sama ke akhirat. Itu yang harus kita tancapkan dalam otak.

Sekarang profesi boleh beda, cita-cita boleh beda, tapi soal iman... Meskipun kemampuan mempertahankan iman memang nyatanya beda-beda, tapi setidaknya mainsetnya harus disamakan, keTauhid-annya...

Setidaknya meskipun kita sekarang tidak bisa sekuat iman itu dengan mereka, tapi jangan rendahkan mereka dan 'asingkan' mereka. Sebagai pengingat anggap selalu mereka lebih baik dari kita, sehingga yang ada kita malu saat bertemu dengan orang seperti mereka, jangan malah memandangnya sinis.

Begitupula orang yang dianggap alim adalah orang yang tidak memandang sinis orang yang imannya ' masih terlihat' dibawahnya. Karena Allah yang menilai diri kita, sehingga jika kita menemui seorang teman dimana ilmu masih belum sampai padanya maka cukup sampaikan dengan cara yang makruf, tidak dengan membenci pelakunya tapi membenci kelakuannya. Saya rasa orang yang lebih beriman tentu lebih tahu teori menasehati orang daripada saya yang ya begitulaaah... belum ada apa-apanya. hehe

Jadi hati-hati kawan dalam bersikap, lihat gambar diatas dengan karakter line. Itu cukup memperlihatkan bagaimana banyak orang yang menjudge orang yang beriman, bukan lagi sebaliknya dan dalam Al-Qur'an sudah dituliskan bahwa orang-orang yang berdosa adalah yang menertawakan orang beriman. Kalau kita tidak beriman bukannya kita yang patut ditertawakan? Hidup sekali kok disia-siakan, kasihan sekali... iblispun tertawa senang karena nambah teman lagi. Hiiiii...

Meskipun saya disini ngomong ngalur ngidul karena yang dibahas sudah meluber dari judul, yang penting moga ada hikmahnya lah... dan membuat kita sebagai insan muslim lebih berpikir untuk menjalani hidup di jalan Allah dan mempertahankan generasi dengan ajaran agama. Jadi bagi yang sudah jadi orang tua kita persiapkan pengajaran dari dasar, karena sekolah sekarang tidak benar-benar bisa dipercaya.
Wassalam..