Assalamualaikum...
Bismillah..
Mungkin yang sudah pernah membaca blogku pasti
tahu bahwa saya suka membahas sesuatu secara random dan dengan gaya bahasa yang
kasual. Apa yang saya bahas biasanya mengenai isu yang sedang beredar maupun
hal-hal yang saya alami sendiri. Kali
ini saya ingin membawakan banyak sekali bahasan, mulai dari ISIS, teror paris, Islam
dan Amerika dll. Saya akan bahas satu persatu, dan kali ini saya bahas yang
masih baru terjadi saja. Sesuai judulnya saya ingin menegaskan bahwa Islam itu
tidak pernah memaksa. Memaksa apa? Apa yang membuat saya mengambil bahasan ini?
Mungkin saya pernah membahas mengenai prasangka 'paksa-memaksa' ini sebelumnya, tapi setiap saya menemui suatu hal dan merasa masih banyak menemukan salah paham orang, saya jadi ingin membahas lagi, siapa tahu masih banyak yang berpikiran sama seperti mereka.
Mungkin saya pernah membahas mengenai prasangka 'paksa-memaksa' ini sebelumnya, tapi setiap saya menemui suatu hal dan merasa masih banyak menemukan salah paham orang, saya jadi ingin membahas lagi, siapa tahu masih banyak yang berpikiran sama seperti mereka.
Oke.. Dari judul postingan kali ini saya akan menceritakan berdasar pengalaman melihat video dan komentar di internet. Ceritanya begini.. Pada suatu hari saya
melihat sebuah acara dokumenter stasiun TV di Korea Selatan melalui youtube
yang berjudul “Aku Menikah dengan Perempuan Muslim.” Yang dokumenter ini
menceritakan tentang perjalanan hidup pria Korea yang menikahi perempuan muslim
asal Uzbekistan.
Melihat topik video ini tentu saya tertarik
untuk menonton. Mungkin isinya memang agak-agak
‘lucu’ karena narator Koreanya yang terdengar begitu asing dengan muslim. Dia
begitu heran karena seorang muslim dengan niatnya sholat di tengah-tengah bekerja,
sholat di pagi buta, mencintai Tuhan dibanding suami dan berhijab, semua itu
dianggap sangat aneh bagi mereka. Sedikit menertawakan dan seakan kayak berkomentar
‘sama agama kok gitu banget’. Tapi disamping itu, yang bikin sakit hati lagi
adalah komentar-komentar netizen Korea di video tersebut. Karena saya bisa
berbahasa Korea, jadi saya tahu artinya..
‘Kenapa ada orang-orang seperti itu tinggal di
negara kita.’
‘Kalian jangan berkomentar banyak kalau tidak
mau diserang seperti Paris.”
‘Kalau tidak mau menghargai budaya kita,
jangan tinggal di negara kita’
‘Kami tidak mau ada muslim di Korea’
Dll.
Benar-benar menyakitkan hati, saya tidak mau
meneruskan membaca itu semua. Sebenarnya saya sering berbincang dengan orang
Korea lewat sosial media maupun bertemu langsung. Entah memang bejonya saya
atau gimana, setiap orang Korea itu tidak memandang sebelah tentang status saya
sebagai muslim. Kebanyakan dari mereka open minded, selama kita hanya
membicarakan hal lain yang tidak menyinggung urusan pribadi masing-masing.
But Qur'an have said.... |
Sesungguhnya Kami mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu, (janganlah kamu bersedih hati), karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah. (Qur'an. 6:33)
Maka dari itu dengan membaca komentar itu saya sedikit kaget. Ternyata banyak juga orang Korea yang rude seperti itu. Tapi ya wajar sih.. mereka kan negara non-muslim yang asing dengan Islam dan otomatis mudah terpengaruh dengan berita-berita dunia seperti ini yang terus memojokkan muslim. Nggak heran..
Sebenarnya bagaimana sih tanggapan mereka
tentang Islam?
Melalui video itu saya memberanikan diri
menuliskan komentar dalam Bahasa Korea, biar mereka menanggapi. Saya bertanya
apa yang membuat mereka berpandangan seperti itu membuat saya sebagai muslim
jadi takut masuk diantara mereka. Salah satu orang Korea menanggapi sangat
panjang dengan isi kurang lebih..
‘Kami tidak suka dengan orang muslim yang
memaksakan kepercayaan mereka pada orang lain dan keluarganya serta tidak menghargai nilai
budaya Korea. Kami akan terbuka pada orang luar negeri yang menghormati budaya
kami, tapi tidak dengan orang yang tidak begitu.’
Saya tahu kenapa dia berkomentar seperti itu,
karena di dalam video tersebut perempuan Uzbekistan itu memang meminta suaminya
masuk Islam jika ingin menikah dengannya. Setelah suaminya masuk Islam, dia
juga melarang suaminya minum bir, makan babi dan juga merokok. Bagi orang Islam
itu wajar dan sepatutnya karena tiga hal itu memang buruk. Dia melarang hal itu
pada suaminya tak lain demi kebaikan suami sendiri.
Tapi bagi orang Korea? Itu sebuah peraturan
mengekang dan tidak masuk akal. Seperti sebuah pemaksaan yang mungkin bahkan
bagi mereka melanggar hak asasi. Karena di Korea, acara pertemuan resmi maupun
tidak bersama teman dan kerabat selalu ada setidaknya dua hal yaitu babi dan
bir. Nah, begitu seorang Korea menjadi muslim itu seakan ia tak bisa apa-apa
dan seperti kekurangan menikmati hidup. Padahal sama sekali tidak demikian..
Apa yang kemudian saya jelaskan dan saya jawab
pada orang Korea tersebut akan saya tuliskan disini beserta penjabarannya yang
lebih panjang..
Saya tidak tahu apa yang membuat orang
beranggapan bahwa Islam itu memaksa. Ataukah mereka memang pernah dipaksa?
‘Ayo! Kamu harus masuk agama Islam.’ Apa ada orang yang 'muslim sungguhan' mengatakan itu?
‘Ayo! Kamu harus masuk agama Islam.’ Apa ada orang yang 'muslim sungguhan' mengatakan itu?
Yang biasa saya lihat, muslim itu biasanya
hanya menjelaskan :
‘Agama saya seperti ini sehingga saya harus begini,'
'Kepercayaan kami seperti ini sehingga kami tidak boleh melakukan ini.'
'Maaf kami tidak bisa melakukan ini karena agama kami melarang’.
Terdengar menjengkelkan bagi yang lain karena terlihat seperti tidak bisa sepenuhnya menikmati suasana, tapi muslim memang adalah orang-orang yang benar-benar berusaha melakukan dan menjalankan apa yang tertulis di kitab suci.
‘Agama saya seperti ini sehingga saya harus begini,'
'Kepercayaan kami seperti ini sehingga kami tidak boleh melakukan ini.'
'Maaf kami tidak bisa melakukan ini karena agama kami melarang’.
Terdengar menjengkelkan bagi yang lain karena terlihat seperti tidak bisa sepenuhnya menikmati suasana, tapi muslim memang adalah orang-orang yang benar-benar berusaha melakukan dan menjalankan apa yang tertulis di kitab suci.
Ataukah mereka paranoid dengan terorisme yang
meneriakkan nama agama kita dan mengancam bom agar kalian masuk agama Islam?
Apa kalian yakin mereka perwakilan dari orang muslim yang taat dan beragama?
Apa kalian pikir ada orang yang bisa
percaya karena diancam bom? Apa kalian pikir begitu cara Islam membela dirinya
agar terlihat menjadi yang terbaik?
Naaaahh... untuk kasus yang lebih sempit,
yaitu kehidupan perempuan muslim dengan lelaki Korea di acara tadi. Perempuan
ini dipandang memaksakan agamanya pada suaminya yang tadinya bukan muslim dan juga dianggap memaksa anaknya yang masih kecil untuk berhijab dan sholat sejak umur 9 tahun.
Saya kurang tahu bagaimana di agama lain.
Tapi, bukan rahasia kalau dalam Islam, muslim tidak boleh menikah dengan orang
selain muslim. Muslim boleh menikah dengan orang beda ras, suku, budaya,
negara, dll. Tapi tidak yang beda agama, perkara agama atau akidah tidak
bisa diterjang. Alasan mengapanya saya sudah banyak menjelaskan sebelumnya. Sehingga
kalau perempuan ini meminta pria Korea itu masuk Islam karena sang pria
memintanya menikah maka itu hal yang wajar.
Bagaimana jika lelaki itu tidak berkenan masuk
Islam? Sepatutnya bagi muslimah itu adalah mengurungkan niat untuk menikah
dengan lelaki itu. Meskipun akan menjadi kisah dramatik, tapi itu adalah
langkah satu-satunya.. dan memaksa lelaki itu masuk Islam tanpa kehendaknya
sendiripun bukan hal yang baik dan bijak.
Selain karena agama adalah privasi atau dia sudah
punya keyakinan lain, sekalipun kita bisa menjelaskan tentang agama kita dengan
penjelasan terbaik, jika hati orang tersebut sudah tertutup, maka dia tidak
akan bisa menerima. Dan selanjutnya kita sendiri yang akan susah karena pasangan tidak mau komitmen dengan agama, sementara kita adalah orang yang
menjalankan agama.
Sama saja bagi
mereka apakah kamu memberi peringatan kepada mereka ataukah kamu tidak memberi
peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman.
Sesungguhnya kamu hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau
mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah walaupun dia
tidak melihatnya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang
mulia. (Qur’an. 10-11)
Lagipula wanita Uzbekistan itu juga sudah
memberikan waktu untuk suaminya untuk menjauhi hal yang dilarang Islam, saya
sama sekali tidak melihat ungkapan maupun tindakan otoriter. Orang yang baru
saja masuk Islam memang tidak mungkin langsung punya iman tingkat tinggi. Selagi
dia belajar dan paham, semua akan terjadi secara alami. Dia tak bisa lantas
lancar sholat, kuat puasa dll.
Sehingga saya juga bingung apa yang begitu membuat orang Korea itu jadi belingsatan.
Sehingga saya juga bingung apa yang begitu membuat orang Korea itu jadi belingsatan.
Soal anak kecil yang sudah di ajarkan memakai
hijab dan sholat, apalah yang salah dari seorang ibu yang mendidik anaknya sesuai
dengan ajaran agama. Orang tua punya hak penuh untuk mengajarkan dan memberi pengertian apa yang
dianutnya sebelum dia dewasa dan bisa menggunakan akalnya untuk menentukan hidupnya.
Orang Korea mungkin hanya tidak punya
kebiasaan mendidik anaknya secara ‘diktat’. Mereka mendidik anak-anak mereka asal
dikenal dengan baik oleh orang lain. Sementara muslim punya tanggung jawab jauh
lebih besar yaitu di depan Tuhan. Ada aturan-aturan yang mungkin di depan
manusia tidak masalah, tapi Tuhan melarangnya karena Tuhan Maha Tahu. Semua
larangan dimaksudkan agar manusia terhindar dari hal yang buruk dan merugikan
dirinya sendiri.
Contohnya saja berzina di dalam rumah mungkin
bagi sebagian orang yang tidak menjalankan agama Islam, asal tidak dilihat
orang lain maka itu bukan masalah besar. Tapi untuk orang muslim, mau dilihat
orang atau tidak, Tuhan selalu mengawasi sehingga kita bisa mengontrol diri
menghindari keburukkan walaupun orang lain tidak melihat.
Jadi tidak ada faedahnya buat kita sebagai
orang muslim untuk memaksa orang masuk agama Islam hanya untuk tujuan-tujuan
tertentu, kecuali dari keinginan mereka sendiri atau ketika penjelasan kita
tentang Islam disambut dengan baik oleh mereka.
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama
Islam; sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.
Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah,
maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang
tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Qur’an. 2:256)
Jelas ada ayat Qur’an seperti diatas. Karena sudah jelas jalan yang benar dan tidak maka biarlah masing-masing pribadi menentukan pilihannya tanpa kita provokasi karena bisa akan berakhir tidak baik.
Seperti halnya Allah membebaskan manusia memilih beriman atau tidak. Itu berarti kita akan memilih tujuan kita sendiri. Jika kita memilih beriman maka kita memilih untuk kebaikan diri kita sendiri, jika kita memilih jalan yang tida baik, maka tidak baik pula kita kemudian. Semua tentu tidak lepas dari resiko dan pertanggung jawaban di kemudian hari, terutama hari akhir.
Sementara untuk orang non-muslim yang
memanganggap Islam itu memaksa mereka. Tidak ada yang bisa mengubah hati orang
kecuali kalian sendiri yang mengubahnya.
Saya menulis ini, bukan sepenuhnya untuk
mencurhatkan pengalaman saya ‘debat’ dengan orang Korea. Tapi saya rasa banyak
orang terutama non muslim yang beranggapan bahwa muslim itu memaksa orang untuk
masuk agama Islam. Padahal...
Tidak.
Umat Islam memang berdakwah, mengenalkan dan mengajarkan ajaran Islam..
Tapi umat Islam TIDAK mengiming-imingi orang dengan sesuatu agar orang itu masuk agama Islam.
Islam itu bukan MLM yang hanya meraup jumlah besar dengan pengaruh, memprospek dan menggunakan segala tipu muslihat agar orang kagum dan masuk Islam, Islam tidak pernah menggunakan cara-cara sales seperti itu.
Untuk apa hanya mengejar kuantitas tanpa kualitas.
Yang terpenting adalah prakteknya, Islam adalah agama yang harus berdasar pengetahuan dan praktek, juga menuntun kita komitmen serta tanggung jawab. Jika dari awal seseorang itu tak ada harapan untuk melakukan itu semua, lantas apa gunanya jika membuat dia masuk Islam dan hanya sekedar status?
Layaknya kita memaksa seseorang yang tidak mencintai kita untuk menikah dengan kita. Pasti kesehariannya jadi flat, garing bahkan derita dan tidak merasakan makna pernikahan sama sekali.
Salah satu contoh, Dr. Zakir Naik, yang berdakwah lintas negara kemana-mana, saat ada orang yang mengatakan padanya ingin mengucap syahadat masuk Islam, beliau lantas bertanya, "Apa ada yang menyuruhmu masuk Islam? Apa ada yang memaksamu?"
Ketika orang itu mengatakan bahwa tidak ada yang memaksakan dan itu memang hasil pemikirannya sendiri, baru Dr. Zakir Naik dengan senang hati mengIslamkannya.
Ada pula ustadz di tempat sepupuku. Saat itu ada laki-laki yang ingin masuk Islam karena ingin menikahi perempuan muslim, lantas sang ustadz bertanya, "Apa kamu yakin kamu melaksanakan ibadah? Dan tidak akan kembali ke agamamu lagi jika ada sesuatu terjadi antara kamu dan perempuan ini? Kalau kamu masih punya pikiran untuk kembali ke agamamu, sebenarnya hakikatnya kamu sudah nggak punya agama. Tolong kamu pikirkan dulu, tiga hari kembali lagi kesini."
Dari pada jadi mualaf palsu yang malah menusuk muslim dalam selimut seperti beberapa kasus di media, semua yang mau masuk Islam hendak diketahui kesungguhannya dan nantinya harus dibimbing.
Jika Islam adalah agama yang memaksa, maka tak perlu basa-basi semua guru itu akan segera mengIslamkan mereka dalam detik itu juga..
Umat Islam memang berdakwah, mengenalkan dan mengajarkan ajaran Islam..
Tapi umat Islam TIDAK mengiming-imingi orang dengan sesuatu agar orang itu masuk agama Islam.
Islam itu bukan MLM yang hanya meraup jumlah besar dengan pengaruh, memprospek dan menggunakan segala tipu muslihat agar orang kagum dan masuk Islam, Islam tidak pernah menggunakan cara-cara sales seperti itu.
Untuk apa hanya mengejar kuantitas tanpa kualitas.
Yang terpenting adalah prakteknya, Islam adalah agama yang harus berdasar pengetahuan dan praktek, juga menuntun kita komitmen serta tanggung jawab. Jika dari awal seseorang itu tak ada harapan untuk melakukan itu semua, lantas apa gunanya jika membuat dia masuk Islam dan hanya sekedar status?
Layaknya kita memaksa seseorang yang tidak mencintai kita untuk menikah dengan kita. Pasti kesehariannya jadi flat, garing bahkan derita dan tidak merasakan makna pernikahan sama sekali.
Salah satu contoh, Dr. Zakir Naik, yang berdakwah lintas negara kemana-mana, saat ada orang yang mengatakan padanya ingin mengucap syahadat masuk Islam, beliau lantas bertanya, "Apa ada yang menyuruhmu masuk Islam? Apa ada yang memaksamu?"
Ketika orang itu mengatakan bahwa tidak ada yang memaksakan dan itu memang hasil pemikirannya sendiri, baru Dr. Zakir Naik dengan senang hati mengIslamkannya.
Ada pula ustadz di tempat sepupuku. Saat itu ada laki-laki yang ingin masuk Islam karena ingin menikahi perempuan muslim, lantas sang ustadz bertanya, "Apa kamu yakin kamu melaksanakan ibadah? Dan tidak akan kembali ke agamamu lagi jika ada sesuatu terjadi antara kamu dan perempuan ini? Kalau kamu masih punya pikiran untuk kembali ke agamamu, sebenarnya hakikatnya kamu sudah nggak punya agama. Tolong kamu pikirkan dulu, tiga hari kembali lagi kesini."
Dari pada jadi mualaf palsu yang malah menusuk muslim dalam selimut seperti beberapa kasus di media, semua yang mau masuk Islam hendak diketahui kesungguhannya dan nantinya harus dibimbing.
Jika Islam adalah agama yang memaksa, maka tak perlu basa-basi semua guru itu akan segera mengIslamkan mereka dalam detik itu juga..
"Its not about preach hard but about reach heart"
Satu hal lagi..
Surga dan Neraka pun tidak dipaksa.
Tuhan memberi pedoman, lalu menyerahkan pada manusia seutuhnya..
Mau mengikuti atau tidak.
Rejeki dan Jodoh sudah dijaminkan.
Tapi Surga dan Neraka kita memilih sendiri..
Sekian.. Maaf jika ada tutur kata yang kurang berkenan..
Surga dan Neraka pun tidak dipaksa.
Tuhan memberi pedoman, lalu menyerahkan pada manusia seutuhnya..
Mau mengikuti atau tidak.
Rejeki dan Jodoh sudah dijaminkan.
Tapi Surga dan Neraka kita memilih sendiri..
Sekian.. Maaf jika ada tutur kata yang kurang berkenan..
Semoga Allah memperbaiki saya..
Wassalam..