Label:

Selektiflah menonton film 'bernuansa Islam'

Assalamualaikum..



Maaf ya.. saya lama tidak bersua *sapa juga yang nunggu*
Saya sedang disibukkan dengan perkara dunia *waduh* hehehe.. Maksudnya saya sudah bekerja dan punya aktifitas lain yang bikin saya nggak sempet nulis disini *jadi kangeeeen*

Mau melanjutkan postingan yang sudah lama di draft (tersimpan belum tuntas nulis).. Yuk lanjut..

Beberapa waktu lalu saya mendengar teman Korea saya yang mualaf mengatakan bahwa, 'Masuk Islam adalah trend.'
Saya tidak tahu trend itu sedang terjadi dimana, di Korea atau belahan dunia lainnya.

Di Indonesia yang sudah mayoritas Islam pun segala hal berbau muslim juga menjadi trend. Yang baik dan buruk seperti beradu. Marak pemberitaan dan isu-isu tentang MUI, PKS, NU, PKI, Syiah, ISIS.. dan sederetan lainnya. Semua kabar yang berbau Islam selalu keluar masuk telinga dan mata tanpa tahu kejelasan benar atau tidaknya bahkan ada yang jelas-jelas salah tapi masih saja (lagi-lagi) muslim jadi pihak tertuduhnya.

Ada trend baru nih. Lumayan bangga meski ada keresahan juga, akhir-akhir ini film-film bernuansa Islami mulai sliweran secara bergantian di layar TV maupun bioskop.

Dengan sebelumnya hanya keluar sinetron-sinetron yang bermunculan di kala Ramadhan dan tanpa akhir tiada habisnya sampai menjelang Ramadhan Ramadhan di tahun berikutnya. Huehehehe..
Ceritanya nggak karuan, kagak jelas juntrungannya, nggak tahu kapan tamatnya. Cuma bedanya dengan sinetron biasa, di sinetron Ramadhan tokoh ceweknya banyak yang berhijab dan ada pak hajinya. Kalau disimak ceritanya yaaa gitu deh, males banget liatnya, udah jangan di rasani lagi. hehehehehehe. *meski nggak semua gitu, meski sebagian besar yap!

Ada juga serial berserial dari luar negeri yang berbau Islam juga yang nampak diputar di stasiun TV nasional kita. Yah, memang bukan punya Indonesia, tapi apa dijamin filmnya juga aman untuk dilihat?

Jodha Akbar

Sebut saja Jodha Akbar, film serial India yang kayaknya rada 'bau bau sinetron Indonesia', nggak abis-abis! Film ini sempat di protes sama beberapa orang dan diminta penarikan siarannya karena ceritanya yang nyelentang jauh dari sejarah aslinya *meski tidak ada yang pasti tentang sejarah*. Ceritanya cenderung berpihak pada agama sebelah (agama produsernya) dan semua tokoh Islam di film itu dibuat jahat, padahal nggak disebut begitu sama sekali di sejarah. Hmmm..


King Suleiman

Gara-gara kepopuleran film-film India, akhirnya salah satu stasiun TV nasional ini mencoba peruntungan dengan film Turki. Waktu liat iklannya sih sempat excited apalagi ada adegan yang memperlihatkan mereka membaca syahadat. Tapi makin diliat lagi kok pakaian perempuannya nggak Islami banget ya, padahal itu cerita tentang King Suleiman (bukan Nabi Suleiman) yang tentu saja ada setelah Nabi Muhammad ada.


Presiden Turki Racep Tayyep Erdogan mengecam film tersebut ketika ditayangkan di Turki akhir 2012 lalu. Film King Suleiman menampilkan wanita-wanita di istana Daulah Utsmaniyah, baik harem maupun istri Sultan, sebagai sosok yang tidak berjilbab dan berpakaian seksi. Bisa jadi pembuat film mengambil model masyarakat sekuler Turki pasca Mustafa Kemal. Padahal, pada zaman Sultan Sulaiman Al-Qanuni, Daulah Ustmaniyah menerapkan undang-undang dari syariat Islam yang tentu saja mewajibkan perempuan Muslimah berjilbab. Apalagi istri Sultan. Sebab, beliau digelari Al- Qanuni, karena penerapan undang-undang berbasis syariat Islam tersebut.

Dalam film King Suleiman/ Abad Kejayaan, bahkan sejak episode perdana, digambarkan Sultan disuguhi adegan hot tarian-tarian di depan matanya. Hal ini sangat bertolak belakang dengan pribadi Sultan dalam sejarah Daulah Utsmaniyah. Bahkan, jika tidak disensor, film tersebut juga menampilkan adegan hot king suleiman/ abad kejayaan di ‘ranjang’.

Nah.. jangan terprovokasi hanya karena dia mengadaptasi sejarah Islam yang nyatanya di rombak sendiri sesuka hati.

Hijab

Kalau bioskop mungkin kita tidak akan menemukan cerita yang bertele-tele karena durasinya sudah pasti hanya sekitar 2 jam.  Cerita pasti ada alur dan ending yang pasti. Tapi kita yang pasti perlu kita yakini, tema dan isi dari film itu mendidik juga atau nggak?


Meskipun ini telat banget.  Yang pasti saya membahas ini bukan untuk menjatuhkan dan mempengaruhi orang untuk tidak liat filmnya karena filmya juga sudah turun dari bioskop. Tapi ingin mengklarifikasi isi dari film Hijabnya Hanung Bramantyo.

Ya mungkin untuk yang nggak fokus sama hakikat hijab ya film ini asyik-asyik aja, fun-fun aja untuk di tonton. Tapi untuk orang yang memaknai hijab sebagai suatu proses dan bentuk ibadah, film ini agaknya sedikit membuat tersinggung.  Bukan tersinggung secara pribadi, tapi tersinggung karena agak sedikit membelokkan penggambaran hijab yang sebenarnya dalam realita di masyarakat.

Lewat film Hijab, sutradara Hanung Bramantyo mencoba menggelitik komunitas muslim konservatif di Indonesia. "Jika dalam beberapa film sebelumnya saya justru menampar mereka, kali ini saya hanya menggelitik," kata Hanung.

Apalagi film ini dengan gamblangnya berani memakai kata tunggal 'Hijab' sebagai judulnya tapi ternyata isinya justru malah seperti sedikit underestimate sama hijab. Ya iya sih.. dalam realita memang banyak muslimah yang memakai hijab dengan niat yang bukan karena ibadah seperti yang digambarkan film ini. Oke lah untuk dibahas, tapi seharusnya ada juga cerita untuk meluruskan, juga tidak dipaparkan banyak juga muslimah yang pakai hijab murni karena agama, dan bukan dari pengaruh orang. Tapi di film ini tidak diungkap sama sekali, seperti dibiarkan menggantung dan terkesan "Ya memang begitulah adanya.."

Banyak juga nada dan kelakuan muslim yang digambarkan seperti meremehkan hijab dan muslim di film ini yang bikin lebih nggak nyaman lagi melihatnya. Dan sebenarnya ini bukan sekali dua kalinya pak Hanung membuat film Islami yang cenderung provokasi. Hmm.. kenapa sih pak?

Memang pihak film sudah mengklarifikasi dan minta maaf, kita juga tidak tahu niat orang yang sebenarnya, cuma kita wajib mengkoreksi diri sendiri dan orang lain jika ada yang salah salah persepsi apalagi perkara agama. Semoga buat yang seperti itu lagi saja, jangan lagi membuat film yang terkesan seperti kalimat-kalimat dibawah ini :
Di satu keranjang buah stroberi segar yang mengandung vitamin C tinggi, ada beberapa butir buah yang rusak. Sayangnya, ada seseorang dengan ‘kreativitas’ tingkat tinggi, kemudian fokus memberitakan, menceritakan, dan terus-menerus menginformasikan tentang beberapa butir buah busuk itu, ketimbang berbagi informasi dan fokus pada buah yang bagus dan menyehatkan, yang jumlahnya jauh lebih banyak di dalam keranjang tersebut.
Nah untuk film-film di bawah ini saya rasa bagus untuk di tonton. Diluar keapikan kemasan dari buku ke filmnya yang kadang juga kurang memuaskan (banyak tragedi lebih bagus cerita dibukunya daripada filmnya, hehehehe iyalah durasinya terbatas)

Assalamualaikum Beijing


Diangkat daari novel karangan Asma Nadia yang berjudul sama dan terinspirasi dari kisah nyata. Menceritakan kisah cinta muslimah asal Indonesia, Asma dan pemuda asal Cina, Zhong Wen. Mulai dari proses bagaimana Zhong Wen bertemu dengan Asma kemudian mendaapat hidayah Islam dari Asma dan kemudian saling jatuh cinta meski Asma akhirnya jatuh sakit parah dan Zhong Wen tetap menerima apa adanya dengan segala kekurangan Asma akibat penyakitnya. Co Cwiiiit ~


Diangkat dari kisah nyata (yang sedikit di dramatisir untuk keperluan film) karya anak dari bapak Amien Rais, Hanum Rais tentang kisahnya selama tinggal di kota-kota di Eropa saat menemani suaminya yang mengemban studi S3 disana dan dia mengeksplorasi peninggalan-peninggalan Islam yang ternyata banyak ada di Eropa. Mengungkap fakta bahwa Islam pernah jaya disana.

(Sisanya saya ceritakan nanti ya... hehehe *gubrak*)




Karena itulah kita harus benar-benar menelaah tontonan apa yang layak kita tonton atau tidak. Setidaknya janganlah kita terprovokasi jika mendapat pandaangan-pandangan yang sedikit membawa doktrin negatif. 
Jika ada kekurangan, itu milik manusia, jika terlihat kesempurnaan itulah ajaran Islam yang diturunkan yang Maha Sempurna. Maaf, tapi itu kenyataan. 

Sekian semoga membawa manfaat dan semoga diampuni jika khilaf menulis. 

Wassalam.

 
Youthism © 2012 | Designed by Canvas Art