01. mari bahas tentang lelaki | ada yang baik hati | namun ada yang tak tahu diri
02. lelaki sejati itu mapan karena masa depan jadi tujuan | tiada habiskan waktu untuk perkara kesia-siaan
03. dia persiapkan diri lalu datangi wali | bukan berkoar kesana kemari merayu putri
04. lelaki tahu diri menjaga hati dengan menjaga lisan | tak suka tebar janji dan berlaku berlebihan
05. lelaki sejati datang dengan amunisi meyakinkan calon mertua | bukan datang dengan tangan kosong dan omong kosong belaka
06. lelaki serius pahami ciri dewasa adalah bisa meyakinkan wali | bila
dia belum mampu maka dia mundur dan kembali dewasakan diri
07.
lelaki sejati takkan umbar janji, tak buat janji yang sulit ditepati |
karena bakal bekaskan sakit hati, yang pasti sulit diobati
08. dia siapkan diri baru datangi wali | bukan melamar baru bersiap diri
09. lelaki terencana tahu persis calon istri yang dia perlukan | karenanya tak perlu pacaran dengan alasan perkenalan
10. lelaki yang benar-benar lelaki akan merasa sangat malu | bila ia inginkan wanita namun belum lagi cukup ilmu
11. lelaki disiplin melatih diri di Masjid | menguatkan diri dengan sujud | dan cita-citanya syahid
12. lelaki yang setia jaga pandangan sebelum menikah | setelah menikah ia juga jaga pandangan karena Allah
13. lelaki sejati besar perhatiannya pasti pada Al-Qur'an | dia tahu Al-Qur'an itu petunjuk mengemudi bahtera kehidupan
14. lelaki baik pekerti tidak kasar lisan | karena lisan Rasulullah dia jadikan teladan
15. lelaki tinggi akhlak lembut pada istrinya | keras tekadnya tegas dalam prinsip agamanya
16. lelaki calon suami santun perkataannya | karena dia pendidik bagi anak-anaknya
17. lelaki peduli akan perhatian pada ummat dengan dakwah | bila dengan ummat dia peduli tentu juga dengan keluarga
18. lelaki baik pahami bila sebelum menikah dia bermaksiat | setelah menikah ada alasan yang lebih banyak untuk khianat
19. ucapannya jadi pegangan perbuatannya jadi tuntunan | semuanya disesuaikan dengan Nabi dan Al-Qur'an
20. lelaki yang sejati itu pasti bernyali | bila siap nikahi bila tidak ya sudahi
Second Menu
▼
Pages
▼
Jumat, 30 Agustus 2013
SIKSA ORANG YANG MEREMEHKAN SHALAT
Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Fathimah ra, bertanya kepada Rasulullah saw.,
“wahai Ayahku! Apa siksa bagi orang yang meremehkan sholat, baik laki-laki maupun perempuan?”
Kemudian Rasulullah menjawab:
”Wahai Fathimah, barang siapa yang meremehkan shalat, lelaki maupun perempuan, maka Allah akan memberinya 15 petaka .
Enam diantaranya di dunia, tiga di saat kematiannya, tiga di dalam kuburnya, dan tiga pada hari kiamat di saat angun dari kuburnya.”
Enam petaka yang diberikan kepada orang orang yang meremehkan sholat tersebut di antaranya adalah; Allah akan mencabut berkah umurnya, Allah akan mencabut berkah rezekinya, Allah akan menghapus ciri orang shaleh dari mukanya, semua amal yang dilakukannya tidak diberi pahala, doanya tidak terangkat ke langit, dan tidak mendapat bagian di dalam do’a orang orang shaleh.
Tiga petaka lainnya yang akan ditimpakan oleh Allah kepada orang yang meremehkan sholat di antaranya adalah; Matinya dalam keadaan terhina, lapar dan kehausan, rasa hausnya tersebut tidak akan hilang andaikan ia diberi minum satu sungai secara penuh.
Tiga perkara lainnya yang menimpa orang-orang yang meremehkan shalat di dalam kubur yaitu; Allah akan menyerahkan kepada malaikat yang menakutkan (mengerikan), kubur akan menjepitnya, kuburnya gelap gulita.
Sedangkan tiga lagi siksaan yang akan ditimpakan kepada orang yang meremehkan shalat adalah; Allah akan menyerahkan kepada malaikat dengan siksa malaikat tersebut akan menyeretnya dengan posisi terbalik, di hisab oleh Allah secara detail, Allah tidak akan menoleh padanya dan tidak mensucikannya dan baginya adzab yang pedih. (tafsir al muin: 576)
Wallahu a'lam bishshawab, ..
… Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci …
“wahai Ayahku! Apa siksa bagi orang yang meremehkan sholat, baik laki-laki maupun perempuan?”
Kemudian Rasulullah menjawab:
”Wahai Fathimah, barang siapa yang meremehkan shalat, lelaki maupun perempuan, maka Allah akan memberinya 15 petaka .
Enam diantaranya di dunia, tiga di saat kematiannya, tiga di dalam kuburnya, dan tiga pada hari kiamat di saat angun dari kuburnya.”
Enam petaka yang diberikan kepada orang orang yang meremehkan sholat tersebut di antaranya adalah; Allah akan mencabut berkah umurnya, Allah akan mencabut berkah rezekinya, Allah akan menghapus ciri orang shaleh dari mukanya, semua amal yang dilakukannya tidak diberi pahala, doanya tidak terangkat ke langit, dan tidak mendapat bagian di dalam do’a orang orang shaleh.
Tiga petaka lainnya yang akan ditimpakan oleh Allah kepada orang yang meremehkan sholat di antaranya adalah; Matinya dalam keadaan terhina, lapar dan kehausan, rasa hausnya tersebut tidak akan hilang andaikan ia diberi minum satu sungai secara penuh.
Tiga perkara lainnya yang menimpa orang-orang yang meremehkan shalat di dalam kubur yaitu; Allah akan menyerahkan kepada malaikat yang menakutkan (mengerikan), kubur akan menjepitnya, kuburnya gelap gulita.
Sedangkan tiga lagi siksaan yang akan ditimpakan kepada orang yang meremehkan shalat adalah; Allah akan menyerahkan kepada malaikat dengan siksa malaikat tersebut akan menyeretnya dengan posisi terbalik, di hisab oleh Allah secara detail, Allah tidak akan menoleh padanya dan tidak mensucikannya dan baginya adzab yang pedih. (tafsir al muin: 576)
Wallahu a'lam bishshawab, ..
… Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci …
Khutbah Nabi -Keadaan Lahir, Hidup dan Mati manusia
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam berkhutbah kepada kami setelah shalat ashar
sampai matahari tenggelam, beliau memuji Allah kemudian bersabda: "amma
ba'du;
Sungguh dunia itu hijau dan manis, dan sesungguhnya Allah menjadikan kalian khalifah, lalu Dia akan melihat apa yang kalian kerjakan.
Ketahuilah, takutlah kalian terhadap dunia dan para wanita, ketahuilah bahwa anak turunan Adam diciptakan dengan tingkatan yang bermacam-macam, di antara mereka ada yang dilahirkan dalam keadaan beriman, hidup dengan keimanan dan mati dalam keadaan beriman.
Di antara mereka ada yang dilahirkan dalam keadaan kafir, hidup dengan kekafiran dan mati dalam keadaan kafir.
Di antara mereka ada yang dilahirkan dalam keimanan, hidup dengan keimanan, tetapi ia mati dalam keadaan kafir.
Dan di antara mereka ada yang dilahirkan dalam kafir, hidup dengan kekafiran, tetapi mati dalam keadaan Islam.
Ketahuilah, kemarahan itu adalah bara api yang dinyalakan di rongga anak Adam, tbukankah kalian dapat melihat pada merah matanya dan timbulnya urat leher, maka jika salah seorang dari kalian mengalami hal itu, hendaklah ke bumi dan ke bumi (duduk).
Ketahuilah, sesungguhnya sebaik-baik seorang lelaki adalah yang lambat marahnya tetapi mudah ridlanya, dan seburuk-buruk laki-laki adalah yang cepat marah dan lambat ridlanya.
Apabila seorang lelaki lambat untuk marah dan lambat pula redanya, dan laki-laki yang cepat marah dan cepat redanya maka itulah dia (bukan yang paling baik atau paling buruk).
Dan sebaik-baik pedagang adalah yang santun dalam membayar hutang dan santun dalam menagih hutang, dan seburuk-buruk pedagang adalah yang buruk dalam membayar hutang dan buruk dalam menagih hutang.
Jika seorang lelaki santun dalam membayar hutang dan buruk dalam menagih hutang, atau buruk dalam membayar hutang dan santun dalam menagih hutang maka itulah dia (bukan yang terbaik dan bukan yang berburuk).
Ketahuilah bahwa setiap pengkhianat akan membawa bendera pada hari kiamat sesuai dengan kadar pengkhianatannya, dan pengkhianatan yang paling besar adalah pengkhianatan seorang pemimpin.
Ketahuilah, Jangan sampai seorang lelaki terhalang untuk menyampaikan kebenaran yang ia ketahui karena takut kepada manusia.
Ketahuilah bahwa sebaik-baik jihad adalah perkataan yang haq pada pemimpin yang lalim."
Ketika matahari akan tenggelam beliau bersabda: "Ketahuilah, sesungguhnya permisalan sisa waktu dunia dengan waktu yang telah berlalu adalah seperti sisa hari kalian ini dengan waktu yang telah berlalu darinya."
==========
INTI DARI KUTBAH NABI DIATAS YANG SEDANG SAYA BERI PENEKANAN ADALAH POIN-POIN BERIKUT INI. SEBAGAI PERHATIAN AGAR UMAT ISLAM TIDAK LENGAH, SUDAH MENJADI ISLAM KARENA TIDAK BERHATI-HATI LALU KELAK MATI DALAM KEADAAN KAFIR....
Di antara mereka ada yang dilahirkan dalam keadaan kafir, hidup dengan kekafiran dan mati dalam keadaan kafir.
Di antara mereka ada yang dilahirkan dalam keimanan, hidup dengan keimanan, tetapi ia mati dalam keadaan kafir.
Dan di antara mereka ada yang dilahirkan dalam kafir, hidup dengan kekafiran, tetapi mati dalam keadaan Islam.
Sumber : Islam Bersatu, Muallaf Berseru
Sungguh dunia itu hijau dan manis, dan sesungguhnya Allah menjadikan kalian khalifah, lalu Dia akan melihat apa yang kalian kerjakan.
Ketahuilah, takutlah kalian terhadap dunia dan para wanita, ketahuilah bahwa anak turunan Adam diciptakan dengan tingkatan yang bermacam-macam, di antara mereka ada yang dilahirkan dalam keadaan beriman, hidup dengan keimanan dan mati dalam keadaan beriman.
Di antara mereka ada yang dilahirkan dalam keadaan kafir, hidup dengan kekafiran dan mati dalam keadaan kafir.
Di antara mereka ada yang dilahirkan dalam keimanan, hidup dengan keimanan, tetapi ia mati dalam keadaan kafir.
Dan di antara mereka ada yang dilahirkan dalam kafir, hidup dengan kekafiran, tetapi mati dalam keadaan Islam.
Ketahuilah, kemarahan itu adalah bara api yang dinyalakan di rongga anak Adam, tbukankah kalian dapat melihat pada merah matanya dan timbulnya urat leher, maka jika salah seorang dari kalian mengalami hal itu, hendaklah ke bumi dan ke bumi (duduk).
Ketahuilah, sesungguhnya sebaik-baik seorang lelaki adalah yang lambat marahnya tetapi mudah ridlanya, dan seburuk-buruk laki-laki adalah yang cepat marah dan lambat ridlanya.
Apabila seorang lelaki lambat untuk marah dan lambat pula redanya, dan laki-laki yang cepat marah dan cepat redanya maka itulah dia (bukan yang paling baik atau paling buruk).
Dan sebaik-baik pedagang adalah yang santun dalam membayar hutang dan santun dalam menagih hutang, dan seburuk-buruk pedagang adalah yang buruk dalam membayar hutang dan buruk dalam menagih hutang.
Jika seorang lelaki santun dalam membayar hutang dan buruk dalam menagih hutang, atau buruk dalam membayar hutang dan santun dalam menagih hutang maka itulah dia (bukan yang terbaik dan bukan yang berburuk).
Ketahuilah bahwa setiap pengkhianat akan membawa bendera pada hari kiamat sesuai dengan kadar pengkhianatannya, dan pengkhianatan yang paling besar adalah pengkhianatan seorang pemimpin.
Ketahuilah, Jangan sampai seorang lelaki terhalang untuk menyampaikan kebenaran yang ia ketahui karena takut kepada manusia.
Ketahuilah bahwa sebaik-baik jihad adalah perkataan yang haq pada pemimpin yang lalim."
Ketika matahari akan tenggelam beliau bersabda: "Ketahuilah, sesungguhnya permisalan sisa waktu dunia dengan waktu yang telah berlalu adalah seperti sisa hari kalian ini dengan waktu yang telah berlalu darinya."
==========
INTI DARI KUTBAH NABI DIATAS YANG SEDANG SAYA BERI PENEKANAN ADALAH POIN-POIN BERIKUT INI. SEBAGAI PERHATIAN AGAR UMAT ISLAM TIDAK LENGAH, SUDAH MENJADI ISLAM KARENA TIDAK BERHATI-HATI LALU KELAK MATI DALAM KEADAAN KAFIR....
Di antara mereka ada yang dilahirkan dalam keadaan kafir, hidup dengan kekafiran dan mati dalam keadaan kafir.
Di antara mereka ada yang dilahirkan dalam keimanan, hidup dengan keimanan, tetapi ia mati dalam keadaan kafir.
Dan di antara mereka ada yang dilahirkan dalam kafir, hidup dengan kekafiran, tetapi mati dalam keadaan Islam.
Sumber : Islam Bersatu, Muallaf Berseru
Kamis, 29 Agustus 2013
Fenomena Agama
Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya ? (QS.10:99)
Baca juga Terlahir Islam & Non Muslim
Sebagian besar penduduk dunia ini menganut agama sebagai identitas diri, penuntun kehidupan, keyakinan dan mungkin anutan yang dianggap kebenaran yang harus dijalani. Seperti sudah keharusan bahwa seseorang beratribut agama.
Ada yang menganggap agama itu tuntunan, petunjuk di dunia dan hal yang mengiring tentang masalah akhirat sehingga merupakan hal yang sangat fital dan diutamakan segala urusan dan upayanya (Islam). Dan ada yang menganggap agama ya hanya di dunia konsekuensinya, urusan kehidupan selanjutnya tidak diketahui secara pasti dan tidak di .
Telah dikenal berbagai agama di dunia ini. Di Indonesia sendiri diakui 6 agama, sementara di negara lain, banyak lagi yang serupa yang sebenarnya lebih seperti suatu 'kepercayaan' ketimbang agama.
Jika di Indonesia, agama harus di landasi atas kepercayaan kepada Tuhan, sebagaimana yang di cantumkan pada Pancasila sila pertama bahwa setiap warga Indonesia harus mengakui keberadaan Tuhan Yang Maha Esa. Esa berarti Satu! Tuhan itu satu, iya kan?
Ehm.. Apa ada agama yang mengajarkan ke-Esa an Tuhan secara mutlak selain Islam? Setelah saya cari tahu. Ternyata tidak ada..
"Lalu.. Kenapa agama berbeda-beda? Kita sama-sama manusia, semua struktur tubuh yang ada di dalam tubuh kita sama, berbagi dunia yang sama, bagaimana bisa menyembah Tuhan yang berbeda?"
Kalau di logika, sebenarnya pencipta kita cuma satu kan? Lantas kenapa menyembah dengan cara berbeda bahkan Tuhan yang berbeda?
Dan banyak fenomena 'Debat Agama' yang terjadi di mana-mana. Saya biasanya malas terlibat dan hanya mengamati. Oh Oh ~ ini toh yang di permasalahkan orang-orang.
Sebagian berdebat untuk memaparkan kebenaran, berharap mengajak orang ke arah kebenaran, sebagian lain hanya serampangan ingin saling mengolok-olok.
Inilah dua golongan (golongan mu'min dan golongan kafir) yang
bertengkar, mereka saling bertengkar mengenai Tuhan mereka... (QS.22 : 19)
Ini pertanyaan saya beberapa waktu yang lalu :
Apa benar agamaku (Islam) satu-satunya yang benar?
Lalu bagaimana dengan ajaran agama yang lain?
Kalau orang pluralisme bilang semua agama itu sama. Semua agama memang mengajarkan kebaikan. Tapi apa yang di maksud semua agama itu benar menuju satu Tuhan? Mana mungkin Tuhan memerintahkan perintah yang berbeda-beda? Kalau ada perintah satu agama yang dianggap sulit, enak dong yang mudah. Pasti kalo memang gitu asasnya, ya semua pilih agama yang mudah aja.
Tapi.. Bukan masalah mudah, tapi yang benar.
Atau.. Setiap agama punya surga dan neraka masing-masing? Ah.. mana mungkin. Kita ini sama-sama manusia, meskipun sebatas berbeda RAS atau SUKU, bukan berarti kita berbeda pencipta. BUKAN !!
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling
taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal. (QS. 49:13)
Dengan pertanyaan dalam diri yang cukup menggelitik saya, akhirnya saya mulai mencari-cari tentang ajaran dan pemahaman masing-masing agama (yang ada di Indonesia).
Saat itu perasaan saya netral, lalu mulai menelaah. Bagaimana sih ajaran agama-agama itu? Bagaimana awal mulanya? Bagaimana dasar pengajarannya? Satu agama bisa saya pelajari satu persatu dalam beberapa hari, ingin mengetahui asas secara mendasarnya untuk membandingkannya dengan ajaran Islam yang sudah saya pahami dan saya anut. Saya awalnya tidak menjudge, saya tahu dari beberapa agama yang ajarannya mirip dengan Islam tapi ada yang menyelentang, dan yang lain jelas jauh berbeda asasnya.
Berikut saya paparkan dulu sedikit asas tentang agama Islam :
Islam:
- Agama Islam adalah agama Tauhid, yaitu mutlak mengakui Allah SWT sebagai satu-satunya Tuhan, yang di sembah dan tempat bergantung segala sesuatu. Dan karena hanya Islam yang mengEsa kan Allah, dan dalam Al-Qur'an Allah menegaskan hanya Islam yang di ridhoi.
- Al-Qur'an adalah kitab berisi firman Allah sebagai pedoman kehidupan seluruh manusia agar manusia berada di jalan yang lurus menuju jalan Allah.
- Nabi Muhammad adalah utusan Allah, menyampaikan wahyu dan menyebarkan ajaran agama Islam. Ia seorang panutan sepanjang masa, bukan untuk di sembah.
- Tujuan hidup adalah untuk meraih kemenangan di akhirat, seperti yang di ketahui dengan adanya kematian bahwa hidup hanya sementara. Hidup adalah ujian, bukan tujuan.
- Al-Qur'an adalah kitab berisi firman Allah sebagai pedoman kehidupan seluruh manusia agar manusia berada di jalan yang lurus menuju jalan Allah.
- Nabi Muhammad adalah utusan Allah, menyampaikan wahyu dan menyebarkan ajaran agama Islam. Ia seorang panutan sepanjang masa, bukan untuk di sembah.
- Tujuan hidup adalah untuk meraih kemenangan di akhirat, seperti yang di ketahui dengan adanya kematian bahwa hidup hanya sementara. Hidup adalah ujian, bukan tujuan.
Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam). (QS.10:25)
***
Saya tidak akan menyebut spesifik masing-masing asas ini dalam agama apa. Tapi, dari 5 agama itu yang saya temukan :TENTANG KETUHANAN
Buka:
1. Ada yang beranggapan Tuhan itu satu dalam tiga dan tiga
dalam satu (bingung) --> Padahal telak, Tuhan itu Maha Esa. Cuma
satu!
2. Ada yang bangga bahwa agamanya punya 130.000 Tuhan.
Jangankan 130.000. Tuhan ada dua atau tiga itu aja nggak mungkin. ESA ESA ESA! Mungkin utusan Allah yang banyak, seperti malaikat dan nabi, itu masih mungkin, tapi Tuhannya satu!
3. Ada yang bilang Tuhan tidak bisa dipersonifikasikan siapa dia.
Sepertinya mereka meyakini adanya Tuhan YME/ Tuhan semesta alam dan menyatakan ciri sama persis seperti yang khas disebutkan Islam tentang Allah. Tapi karena petunjuk belum datang padanya, berhenti keyakinan mereka sampai situ, sehingga mereka bilang Tuhan tidak bisa di personifikasikan. Tentu karena mereka tidak membaca ayat-ayat Allah, dan apakah dia tidak tahu bahwa ada jawabannya dalam kitab yang sudah eksis di dunia ini? Sehingga seharusnya mereka bisa mempersonifikasikan siapa Tuhan itu. Kecuali satu dunia nggak ada yang tahu Tuhannya siapa, baru lah bisa mereka menyatakan begini.
4. Ketika ada yang dibilang mereka menyembah berhala mereka mengelak, mereka bilang yang mereka sembah bukan Tuhan tapi seseorang penyebar ajaran kebaikan, dan penyembahan mereka itu hanya bentuk 'penghormatan'.
Nah.. dalam Islam juga ada panutan penyebar ajaran, Nabi Muhammad. Tapi karena Allah sudah melarang keras segala bentuk berhala/ patung dan lukisan untuk di sembah, maka sejarah telah berkata tak ada jejak lukisan apalagi foto Nabi Muhammad, untuk menjaga keoriginitasan.
5. Ada juga yang menyembah arwah leluhur (_ _'')
Orang yang sudah meninggal seharusnya di doakan, agar mereka di terima di sisi Tuhan dan jauh dari siksa akibat dosanya bahkan tidak bisa menolong dirinya sendiri jika pembalasan terjadi, mereka juga manusia biasa. Kalaupun mereka bahagia di alam penantian (kubur) mereka sudah terputus perkara dengan yang di dunia, jadi sangat khayal kalau kita menyembah mereka.
Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah
salah seorang dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan
selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang
mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan
ditimpa siksaan yang pedih. (QS. 5:73)
2. Ada yang bilang Tuhan punya anak.
Dan mereka berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai)
anak". Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat
mungkar, hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan
gunung-gunung runtuh,(QS. 19:88-91)
2. Ada yang bangga bahwa agamanya punya 130.000 Tuhan.
Jangankan 130.000. Tuhan ada dua atau tiga itu aja nggak mungkin. ESA ESA ESA! Mungkin utusan Allah yang banyak, seperti malaikat dan nabi, itu masih mungkin, tapi Tuhannya satu!
3. Ada yang bilang Tuhan tidak bisa dipersonifikasikan siapa dia.
Sepertinya mereka meyakini adanya Tuhan YME/ Tuhan semesta alam dan menyatakan ciri sama persis seperti yang khas disebutkan Islam tentang Allah. Tapi karena petunjuk belum datang padanya, berhenti keyakinan mereka sampai situ, sehingga mereka bilang Tuhan tidak bisa di personifikasikan. Tentu karena mereka tidak membaca ayat-ayat Allah, dan apakah dia tidak tahu bahwa ada jawabannya dalam kitab yang sudah eksis di dunia ini? Sehingga seharusnya mereka bisa mempersonifikasikan siapa Tuhan itu. Kecuali satu dunia nggak ada yang tahu Tuhannya siapa, baru lah bisa mereka menyatakan begini.
4. Ketika ada yang dibilang mereka menyembah berhala mereka mengelak, mereka bilang yang mereka sembah bukan Tuhan tapi seseorang penyebar ajaran kebaikan, dan penyembahan mereka itu hanya bentuk 'penghormatan'.
Nah.. dalam Islam juga ada panutan penyebar ajaran, Nabi Muhammad. Tapi karena Allah sudah melarang keras segala bentuk berhala/ patung dan lukisan untuk di sembah, maka sejarah telah berkata tak ada jejak lukisan apalagi foto Nabi Muhammad, untuk menjaga keoriginitasan.
5. Ada juga yang menyembah arwah leluhur (_ _'')
Orang yang sudah meninggal seharusnya di doakan, agar mereka di terima di sisi Tuhan dan jauh dari siksa akibat dosanya bahkan tidak bisa menolong dirinya sendiri jika pembalasan terjadi, mereka juga manusia biasa. Kalaupun mereka bahagia di alam penantian (kubur) mereka sudah terputus perkara dengan yang di dunia, jadi sangat khayal kalau kita menyembah mereka.
MENYEMBAH ITU HANYA PADA TUHAN. Bukan pada makhluk biasa... Bukan pada sesuatu yang di ciptakan.
Apakah kamu menghendaki sembahan-sembahan selain Allah dengan jalan berbohong? Maka apakah anggapanmu terhadap Tuhan semesta alam?" (QS. 37:86-87)
__________________________________
Pada jaman Nabi Musa, orang di jaman itu menanyakan bagaimana cara menyembah Tuhan sementara tak ada sebuah wujud yang bisa disembah. Ya.. mereka menginginkan adanya berhala (patung-patung) seperti yang masih ada sampai sekarang untuk di sembah.Lalu Nabi Musa berujar bahwa betapa sempitnya pengetahuan mereka tentang Tuhan jika begitu.
Tuhan itu Maha Esa.. Ia Unique. Maha Besar.. Kita anggap bumi besaaar, tapi masih ada planet yg lebihh besar, lalu seluruh alam semesta, dan Allah lebih besar dari semua ciptaanNya. Bayangkan seberapa besar Allah, kenapa kita harus berpikiran Ia tak bisa mengatur Tidak bisa dilihat (hal ini juga ada dalam Injil) dan tidak serupa dengan ciptaannya (tidak berupa manusia dll).
Gambar diatas, semua ciptaaan ALLAH SWT ..
Jadi Allah itu saking MAHA MAHA MAHA dan MAHA nya.. Jadi wujud nggak bisa dipikirkan secara simpel menurut imajinasi kita, atau disetarakan dengan yang berbau duniawi.. Bayangkan saja, Ia adalah Dzat yang menciptakan alam semesta loh!! Sehebat-hebatnya manusia, seajaib-ajaibnya manusia nggak mungkin melakukannya. Seorang nabi yang punya mukjizat pun tak bisa.
Ya sudah.. jangan dibayangkan, setidaknya anda harus paham bagaimana Tuhan tidak bisa di umpamakan menjadi sebuah patung, lukisan, setara atau menyamai makhluknya atau perlu beberapa sekutu karena ia MAHA ! Jangan sekutukan Ia..
__________________________________
ASAS LAIN
Buka:
1. Saat ditanya mana ayat yang menunjukkan bahwa Tuhan menyuruhmu beragama (yang mereka anut) saat ini? Mereka menganggap ajaran agama itu hanya buatan manusia, untuk mengikuti ajaran orang yang mengarahkan pada Tuhan
Kalau Islam sendiri memang agama dari Allah loh, bukan buatan manusia, bahkan bukan buatan Nabi Muhammad (Nabi seorang utusan penyampai wahyu, menyebarkan ajaran, semua amanat dari Allah)
2. Kemudian ada agama yang asal-usulnya ada seorang yang membawa ajaran kebaikan, itu lah yang di sembah.
Iya.. semua agama mengajarkan kebaikan. Tapi fitrah datang ke dunia ini harus diketahui looh..
Hidup bukan di dunia aja loh.. Harus ada tuntunan dan pengetahuan kita tentang kehidupan setelah kematian yang lebih kekal dan abadi (di akhirat). Bukan hanya sekedar hidup sukses di dunia!
Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya ? (QS.10:99)Memang, Kita nggak bisa memaksakan semua orang menerima apa yang kita percaya sekalipun keyakinan akan kebenaran ini membara dalam diri kita. Pasti ada orang yang keras hatinya, dan sudah kadung terdoktrin pemikiran yang lain. Allah pun berfirman bahwa kita tak boleh memaksa orang masuk Islam..
Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam; Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.... (QS. 2:256)
Meskipun begitu, bukan berarti Tuhan juga 'liberal' tapi keimanan atau kedurhakaan kita sama Allah nggak akan mempengaruhi kemuliaan Allah sama sekali. Memilih beriman atau tidak ada konsekuensinya untuk diri kita sendiri. Pilih beriman Allah akan balas dengan surga, pilih durhaka ya neraka. Begitu.. T_T
Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata. (QS. 39:22)
//Nah terlepas dari itu. Tidak ada yang bisa membuka hati seseorang kecuali Allah.
Saya tidak bermaksud menciptakan pertikaian, hanya mengungkapkan kebenaran yang pernah saya telaah. Masalah kepercayaan memang milik masing-masing orang. Semoga kita berada di jalan yang benar. Saya manusia yang banyak kekurangan. Ambil yang baik dan buang yang buruk atas tulisan saya\\
Wassalam. :)
Khutbah Terakhir Nabi Muhammad sebelum meninggal
Khutbah ini disampaikan pada 9hb Zulhijjah, tahun 10 Hijriah di Lembah Uranah, Gunung Arafah :
"Wahai manusia, dengarlah baik-baik apa yang hendak kukatakan, Aku tidak
mengetahui apakah aku dapat bertemu lagi dengan kamu semua selepas
tahun ini. Oleh itu dengarlah dengan telti kata-kataku ini dan
sampaikanlah ia kepada orang-orang yang tidak dapat hadir disini pada
hari ini.
Wahai manusia, sepertimana kamu menganggap bulan ini dan Kota ini
sebagai suci, maka anggaplah jiwa dan harta setiap orang Muslim sebagai
amanah suci. Kembalikan harta yang diamanahkan kepada kamu kepada
pemiliknya yang berhak. Janganlah kamu sakiti sesiapapun agar
orang lain tidak menyakiti kami lagi. Ingatlah bahawa sesungguhnya,
kamu akan menemui Tuhan kamu dan Dia pasti membuat perhitungan diatas
segala amalan kamu. Allah telah mengharamkan riba, oleh itu segala
urusan yang melibatkan riba dibatalkan sekarang.
Berwaspadalah terhadap syaitan demi keselamatan agama kamu. Dia telah
berputus asa untuk menyesatkan kamu dalam perkara-perkara besar, maka
berjaga-jagalah supaya kamu tidak mengikuti dalam perkara-perkara kecil.
Wahai Manusia Sebagaimana kamu mempunyai hak atas isteri kamu mereka
juga mempunyai hak di atas kamu. Sekiranya mereka menyempurnakan hak
mereka keatas kamu, maka mereka, juga berhak untuk diberi makan dan
pakaian dalam Susana kasih sayang. Layanilah wanita-wanita kamu dengan
baik dan berlemah-lembutlah terhadap mereka kerana sesungguhnya mereka
adalah teman dan pembantu kamu yang setia. Dan hak kamu atas mereka
ialah mereka sama sekali tidak boleh memasukkan orang yang kamu tidak
sukai kedalam rumah kamu dan dilarang melakukan zina.
Wahai Manusia, dengarlah bersungguh-sungguh kata-kataku ini, sembahlah
Allah, dirikanlah sembahyang lima kali sehari, berpuasalah di bulan
Ramadhan, dan tunaikankanlah zakat dari harta kekayaan kamu. Kerjakanlah
Ibadah Haji sekiranya kamu mampu. Ketahui bahawa setiap Muslim adalah
saudara kepada Muslim yang lain. Kamu semua adalah sama; tidak seorang
pun yang lebih mulia dari yang lainnya kecuali dalam Taqwa dan beramal
saleh.
Ingatlah, bahawa, kamu akan menghadap Allah pada suatu hari untuk
dipertanggung jawabkan diatas segala apa yang telah kamu kerjakan. Oleh
itu Awasilah agar jangan sekali-kali kamu terkeluar dari landasan
kebenaran selepas ketiadaaku.
Wahai Manusia, tidak ada lagi Nabi atau Rasul yang akan datang selepasku
dan tidak akan ada lain agama baru. Oleh itu wahai manusia, nilailah
dengan betul dan fahamilah kata-kataku yang telah aku sampaikan kepada
kamu. Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kamu dua perkara yang sekiranya
kamu berpegang teguh dan mengikuti kedua-duanya, necaya kamu
tidak akan tersesat selama-lamanya. Itulah ALQURAN dan SUNNAHKU.
Hendaklah orang-orang yang mendengar ucapanku, menyampaikan pula kepada
orang lain. Semoga yang terakhir lebih memahami kata-kataku dari mereka
yang terus mendengar dariku. Saksikanlah Ya Allah, bahawasanya telah aku
sampaikan risalahMu kepada hamba-hambaMU.
Keinginan Nabi Musa a.s. untuk Melihat Tuhan
(QS. Al-A’raf: 143-147)
Selanjutnya, dibentangkanlah sebuah pemandangan unik yang dikhususkan Allah untuk Nabinya yang bernama Musa a.s. Pemandangan yang berupa pembicaraan langsung antara Allah Yang Mahaagung dengan salah seorang hamba-Nya.
Pemandangan tentang hubungan sebutir debu yang terbatas dan fana dengan Wujud yang azali dan abadi dengan tanpa perantaraan, dan si manusia ini mampu menghadap Sang Maha Pencipta dan Mahakekal, yang jauh dari atas bumi ini.
Kita tidak mengetahui bagaimana hal itu terjadi. Kita tidak tahu bagaimana Allah berbicara kepada Musa. Kita tidak tahu dengan perasaan yang mana, anggota tubuh yang mana, dan dengan alat apa Musa menerima kalimat-kalimat Allah itu.
Maka, menggambarkan hakikatnya yang sebenarnya tidak mungkin dapat kita lakukan sebagai manusia yang kemampuan kita serba terbatas ini, kita memiliki jiwa halus dari ruh Allah di dalam diri kita, yang dengannya kita dapat pergi dan naik ke ufuk tinggi dan memancarkan cahaya itu.
Kemudian, kita berhenti di tempat terhormat ini dengan tidak mencoba-coba merusaknya dengan mempertanyakan apa dan bagaimananya. Kita ingin menggambarkannya menurut kemampuan kita yang dekat dan terbatas.
“Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhannya telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa, ‘Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau…” (QS. Al-A’raf: 143)
Itu adalah peristiwa yang menakutkan dan membingungkan. Tetapi, Musa mampu menerima kalimat-kalimat Tuhannya, dan ruhnya melihat, mendekat, bergelora kepada apa yang dirindukannya.
Maka, Musa lupa siapa dirinya, dia lupa apa dirinya itu, dan ia meminta sesuatu yang tidak layak dilakukan manusia di muka bumi ini, dan meminta sesuatu yang tidak dapat dipenuhi manusia di dunia ini. Ia meminta dapat melakukan penglihatan yang teragung, permintaan yang didorong oleh desakan rindunya, dorongan harapannya, gejolak cintanya, dan keinginannya untuk menyaksikan, hingga ia diingatkan oleh kalimat yang pasti.
“Tuhan berfirman, ‘Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku….”
Kemudian, Tuhan Yang Mahaagung lagi Mahamulia berbelas kasihan kepadanya, dan memberitahukan kepadanya mengapa dia tidak akan dapat melihat-Nya, yaitu bahwasanya ia tidak akan mampu.
“Akan tetapi, lihatlah ke bukit itu. Maka, jika tetap di tempatnya (seperti sediakala), niscaya kamu dapat melihat-Ku.”
Gunung itu begitu kokoh dan mantap, dan gunung dengan kekokohan dan kemantapannya lebih kecil keterpengaruhannya dan responnya daripada manusia. Akan tetapi, apakah gerangan yang terjadi?
“Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh…”
Bagaimana bentuk dan cara tajalli ‘penampakan diri’ Allah itu? Kita tidak dapat menyifati dan mengidentifikasinya. Kita tidak dapat mengetahuinya. Kita tidak dapat melihatnya kecuali dengan kehalusan yang menghubungkan kita dengan Allah, ketika ruh kita bersih dan jernih, dan menghadap secara total kepada sumbernya.
Ada pun kata-kata murni tidaklah dapat memindahkan sesuatu pun. Oleh karena itu, kami tidak mencoba melukiskan tajalli ini dengan kata-kata. Kami cenderung membuang semua riwayat dalam menafsirkannya. Karena tidak satu pun yang berasal dari Rasul saw. Alquranul Karim sendiri tidak mengatakan sesuatu pun.
“Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh…”
Seluruh puncaknya tenggelam hingga terlihat rata dengan tanah, hancur berantakan. Musa sangat takut, dan berlakulah sesuatu pada keberadaan dirinya sebgai manusia yang lemah.
“Dan, Musa pun jatuh pingsan.”
Ia pingsan, tidak sadarkan diri.
“Maka setelah Musa sadar kembali….”
Kembali kepada dirinya, dan mengetahui ukuran kemampuannya, dan menyadari bahwa dia telah melakukan permintaan yang melebihi batas.
“Dia berkata, ‘Mahasuci Engkau….”
Mahasuci dan Mahatinggi Engkau, tak mungkin mata manusia dapat melihat dan memandang-Mu.
“Aku bertaubat kepada Engkau,” dari melakukan permintaan yang melampaui batas.
Sumber : eramuslim.com
Selanjutnya, dibentangkanlah sebuah pemandangan unik yang dikhususkan Allah untuk Nabinya yang bernama Musa a.s. Pemandangan yang berupa pembicaraan langsung antara Allah Yang Mahaagung dengan salah seorang hamba-Nya.
Pemandangan tentang hubungan sebutir debu yang terbatas dan fana dengan Wujud yang azali dan abadi dengan tanpa perantaraan, dan si manusia ini mampu menghadap Sang Maha Pencipta dan Mahakekal, yang jauh dari atas bumi ini.
Kita tidak mengetahui bagaimana hal itu terjadi. Kita tidak tahu bagaimana Allah berbicara kepada Musa. Kita tidak tahu dengan perasaan yang mana, anggota tubuh yang mana, dan dengan alat apa Musa menerima kalimat-kalimat Allah itu.
Maka, menggambarkan hakikatnya yang sebenarnya tidak mungkin dapat kita lakukan sebagai manusia yang kemampuan kita serba terbatas ini, kita memiliki jiwa halus dari ruh Allah di dalam diri kita, yang dengannya kita dapat pergi dan naik ke ufuk tinggi dan memancarkan cahaya itu.
Kemudian, kita berhenti di tempat terhormat ini dengan tidak mencoba-coba merusaknya dengan mempertanyakan apa dan bagaimananya. Kita ingin menggambarkannya menurut kemampuan kita yang dekat dan terbatas.
“Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhannya telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa, ‘Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau…” (QS. Al-A’raf: 143)
Itu adalah peristiwa yang menakutkan dan membingungkan. Tetapi, Musa mampu menerima kalimat-kalimat Tuhannya, dan ruhnya melihat, mendekat, bergelora kepada apa yang dirindukannya.
Maka, Musa lupa siapa dirinya, dia lupa apa dirinya itu, dan ia meminta sesuatu yang tidak layak dilakukan manusia di muka bumi ini, dan meminta sesuatu yang tidak dapat dipenuhi manusia di dunia ini. Ia meminta dapat melakukan penglihatan yang teragung, permintaan yang didorong oleh desakan rindunya, dorongan harapannya, gejolak cintanya, dan keinginannya untuk menyaksikan, hingga ia diingatkan oleh kalimat yang pasti.
“Tuhan berfirman, ‘Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku….”
Kemudian, Tuhan Yang Mahaagung lagi Mahamulia berbelas kasihan kepadanya, dan memberitahukan kepadanya mengapa dia tidak akan dapat melihat-Nya, yaitu bahwasanya ia tidak akan mampu.
“Akan tetapi, lihatlah ke bukit itu. Maka, jika tetap di tempatnya (seperti sediakala), niscaya kamu dapat melihat-Ku.”
Gunung itu begitu kokoh dan mantap, dan gunung dengan kekokohan dan kemantapannya lebih kecil keterpengaruhannya dan responnya daripada manusia. Akan tetapi, apakah gerangan yang terjadi?
“Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh…”
Bagaimana bentuk dan cara tajalli ‘penampakan diri’ Allah itu? Kita tidak dapat menyifati dan mengidentifikasinya. Kita tidak dapat mengetahuinya. Kita tidak dapat melihatnya kecuali dengan kehalusan yang menghubungkan kita dengan Allah, ketika ruh kita bersih dan jernih, dan menghadap secara total kepada sumbernya.
Ada pun kata-kata murni tidaklah dapat memindahkan sesuatu pun. Oleh karena itu, kami tidak mencoba melukiskan tajalli ini dengan kata-kata. Kami cenderung membuang semua riwayat dalam menafsirkannya. Karena tidak satu pun yang berasal dari Rasul saw. Alquranul Karim sendiri tidak mengatakan sesuatu pun.
“Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh…”
Seluruh puncaknya tenggelam hingga terlihat rata dengan tanah, hancur berantakan. Musa sangat takut, dan berlakulah sesuatu pada keberadaan dirinya sebgai manusia yang lemah.
“Dan, Musa pun jatuh pingsan.”
Ia pingsan, tidak sadarkan diri.
“Maka setelah Musa sadar kembali….”
Kembali kepada dirinya, dan mengetahui ukuran kemampuannya, dan menyadari bahwa dia telah melakukan permintaan yang melebihi batas.
“Dia berkata, ‘Mahasuci Engkau….”
Mahasuci dan Mahatinggi Engkau, tak mungkin mata manusia dapat melihat dan memandang-Mu.
“Aku bertaubat kepada Engkau,” dari melakukan permintaan yang melampaui batas.
Sumber : eramuslim.com
Seburuk-buruk Makhluk dalam Pandangan Allah
"Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan
Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling daripada-Nya, sedang kamu
mendengar (perintah-perintah-Nya), dan janganlah kamu menjadi sebagai
orang-orang (munafik) yang berkata: "Kami mendengarkan, padahal mereka
tidak mendengarkan." Sesungguhnya binatang (makhluk) yang
seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah orang-orang yang pekak dan tuli
yang tidak mengerti apa-apa pun. Kalau kiranya Allah mengetahui kebaikan
ada pada mereka, tentulah Allah menjadikan mereka dapat mendengar. Dan
jika Allah menjadikan mereka dapat mendengar, niscaya mereka pasti
berpaling juga, sedang mereka memalingkan diri (dari apa yang mereka
dengar itu)." (QS. Al-Anfaal [8] : 20-23)
Orang-orang beriman diseru kembali untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Diingatkannya mereka agar jangan berpaling dari-Nya dan jangan menyerupai orang-orang yang mendengar ayat-ayat Allah ketika dibacakan kepada mereka, tetapi seakan-akan mereka tidak mendengarkannya.
Maka, mereka itulah orang yang tuli dan bisu, meskipun mereka mempunyai telinga yang dapat mendengarkan suara dan mulut yang dapatmengucapkan kata-kata. Merekalah seburuk-buruk makhluk melata di muka bumi, karena mereka tidak mengambil petunjuk dari apa yang mereka dengar itu.
Seruan kepada orang-orang yang beriman di sini adalah agar mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Juga agar jangan berpaling dari-Nya padahal mereka mendengar ayat-ayat dan kalimat-kalimat-Nya.
Seruan ini datang setelah dipaparkannya peristiwa-peristiwa peperangan itu, setelah dilihatnya campur tangan Allah, rencana dan ketentuan-Nya, pertolongan dan bantuan-Nya. Juga, setelah adanya penegasan bahwa Allah menyertai orang-orang mukmn dan melemahkan tipu daya orang-orang kafir.
Setelah semua itu, tidak ada alasan utuk tidak mendengar dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Berpaling dari Rasul dan perintah-perintahnya sesudah itu semua tampak sekali sebagai sikap yang mungkar dan buruk.
Hal itu tidak mungkin dilakukan oleh orang-orang yang memiliki hati untuk merenung dan akal untuk berpikir. Oleh karena itu, disebutkannya binatang melata di sini adalah sangat tepat.
Lafal dawaab ‘makhluk melata’ ini meliputi manusia dengan segala sesuatunya, karena mereka melata atau merayap di muka bumi. Tetapi, penggunaannya lebih banyak untuk binatang. Maka, pengucapannya secara mutlak di sini menampakkan bayang-bayangnya. Gambaran binatang dalam indra dan khayalan ini diberikan kepada “orang yang pekak (tuli) dan bisu yang tidak mengerti apa pun.”
Dengan demikian, menurut bayang-bayang ini, mereka aalah binatang melata, bahkan seburuk-buruk binatang melata. Karena, binatang itu mempunyai telinga, tetapi tidak dapat mendengarkan kecuali kata-kata yang tidak jelas.
Binatang itu mempunyai lidah, tetapi tidak dapat mengucapan kata-kata yang dapat dimengerti. Hanya saja binatang mendapatkan petunjuk dengan fitrahnya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan urusan kehidupannya yang vital. Sedangkan, binatang-binatang melata (yang berupa manusia sesat) itu urusannya diserahkan kepada akal yang tidak mereka pergunakan. Sehingga, sudah barang tentu mereka menjadi makhluk melata yang paling buruk.
“Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa-apa. Kalau kiranya Allah mengetahui kebaikan ada pada mereka, tentulah Allah menjadikan mereka dapat mendengar…” (QS. Al-Anfaal [8] : 22-23)
Yakni, menjadikan hati mereka lapang untuk menerima apa yang didengar oleh telinganya. Akan tetapi, Allah tidak melihat kebaikan dalam hati mereka dan tidak melihat adanya keinginan pada mereka terhadap petunjuk.
Karena, mereka telah merusak potensi fitrah untuk menerima dan mematuhi seruan Allah. Maka, Allah tidak membukakan hati yang telah mereka tutup dan fitrah yang telah mereka rusak itu.
Seandainya Allah menjadikan mereka mengerti dengan akal mereka terhadap hakikat sesuatu yang diserukan kepada mereka, maka mereka pun tidak mau membuka hati mereka dan tidak mau menaati apa yang mereka ketahui itu.
“…Dan jika Allah menjadikan mereka dapat mendengar, niscaya mereka pasti berpaling juga, sedang mereka memalingkan diri (dari apa yang mereka dengar itu).”
Karena akal dapat mengerti, tetapi hatinya sudah tertutup, tidak mau taat. Sampai-sampai andaikata Allah menjadikan mereka dapat mendengar dan mengerti, mereka pun tetap tidak mau mematuhi.
Kepatuhan itu ialah mendengarkan dengan benar. Betapa banyak orang yang pikirannya bisa mengerti, tetapi hatinya tertutup, tidak mau menaati.
Sumber : eramuslim.com
Orang-orang beriman diseru kembali untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Diingatkannya mereka agar jangan berpaling dari-Nya dan jangan menyerupai orang-orang yang mendengar ayat-ayat Allah ketika dibacakan kepada mereka, tetapi seakan-akan mereka tidak mendengarkannya.
Maka, mereka itulah orang yang tuli dan bisu, meskipun mereka mempunyai telinga yang dapat mendengarkan suara dan mulut yang dapatmengucapkan kata-kata. Merekalah seburuk-buruk makhluk melata di muka bumi, karena mereka tidak mengambil petunjuk dari apa yang mereka dengar itu.
Seruan kepada orang-orang yang beriman di sini adalah agar mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Juga agar jangan berpaling dari-Nya padahal mereka mendengar ayat-ayat dan kalimat-kalimat-Nya.
Seruan ini datang setelah dipaparkannya peristiwa-peristiwa peperangan itu, setelah dilihatnya campur tangan Allah, rencana dan ketentuan-Nya, pertolongan dan bantuan-Nya. Juga, setelah adanya penegasan bahwa Allah menyertai orang-orang mukmn dan melemahkan tipu daya orang-orang kafir.
Setelah semua itu, tidak ada alasan utuk tidak mendengar dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Berpaling dari Rasul dan perintah-perintahnya sesudah itu semua tampak sekali sebagai sikap yang mungkar dan buruk.
Hal itu tidak mungkin dilakukan oleh orang-orang yang memiliki hati untuk merenung dan akal untuk berpikir. Oleh karena itu, disebutkannya binatang melata di sini adalah sangat tepat.
Lafal dawaab ‘makhluk melata’ ini meliputi manusia dengan segala sesuatunya, karena mereka melata atau merayap di muka bumi. Tetapi, penggunaannya lebih banyak untuk binatang. Maka, pengucapannya secara mutlak di sini menampakkan bayang-bayangnya. Gambaran binatang dalam indra dan khayalan ini diberikan kepada “orang yang pekak (tuli) dan bisu yang tidak mengerti apa pun.”
Dengan demikian, menurut bayang-bayang ini, mereka aalah binatang melata, bahkan seburuk-buruk binatang melata. Karena, binatang itu mempunyai telinga, tetapi tidak dapat mendengarkan kecuali kata-kata yang tidak jelas.
Binatang itu mempunyai lidah, tetapi tidak dapat mengucapan kata-kata yang dapat dimengerti. Hanya saja binatang mendapatkan petunjuk dengan fitrahnya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan urusan kehidupannya yang vital. Sedangkan, binatang-binatang melata (yang berupa manusia sesat) itu urusannya diserahkan kepada akal yang tidak mereka pergunakan. Sehingga, sudah barang tentu mereka menjadi makhluk melata yang paling buruk.
“Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa-apa. Kalau kiranya Allah mengetahui kebaikan ada pada mereka, tentulah Allah menjadikan mereka dapat mendengar…” (QS. Al-Anfaal [8] : 22-23)
Yakni, menjadikan hati mereka lapang untuk menerima apa yang didengar oleh telinganya. Akan tetapi, Allah tidak melihat kebaikan dalam hati mereka dan tidak melihat adanya keinginan pada mereka terhadap petunjuk.
Karena, mereka telah merusak potensi fitrah untuk menerima dan mematuhi seruan Allah. Maka, Allah tidak membukakan hati yang telah mereka tutup dan fitrah yang telah mereka rusak itu.
Seandainya Allah menjadikan mereka mengerti dengan akal mereka terhadap hakikat sesuatu yang diserukan kepada mereka, maka mereka pun tidak mau membuka hati mereka dan tidak mau menaati apa yang mereka ketahui itu.
“…Dan jika Allah menjadikan mereka dapat mendengar, niscaya mereka pasti berpaling juga, sedang mereka memalingkan diri (dari apa yang mereka dengar itu).”
Karena akal dapat mengerti, tetapi hatinya sudah tertutup, tidak mau taat. Sampai-sampai andaikata Allah menjadikan mereka dapat mendengar dan mengerti, mereka pun tetap tidak mau mematuhi.
Kepatuhan itu ialah mendengarkan dengan benar. Betapa banyak orang yang pikirannya bisa mengerti, tetapi hatinya tertutup, tidak mau menaati.
Sumber : eramuslim.com
Terlahir Islam & Non Muslim
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..
Jika kita seorang muslim maka kita akan tahu bahwa Islam adalah agama yang benar. Bukan yang paling benar dari beberapa yang benar atau salah satu yang benar, tapi... SATU SATUNYA yang benar. Jalan benar benar mengetahui bagaimana menjalankan hidup, apa tujuan hidup melalui kalimat Allah dalam Al-Qur'an melalui panutan kita Rasulullah SAW / Nabi Muhammad SAW.
Karena jika kita Islam kita harus mempercayai TAUHID, yakni keyakinan MUTLAK terhadap Allah SWT sebagai sesembahan, sebagai Tuhan yang Maha Esa. Dengan kata lain kita tidak membenarkan agama lain, karena jika ditelaah mereka tiada yang mengEsakan Allah, sementara fitrah manusia hanya menyembah Tuhan penciptaNya.
Itu adalah hadiah plus kita sebagai manusia. Tinggal menjalankan hati nurani sendiri, mau tidak menjalankan? Mau tidak mendalami? Ya nggak? Istilahnya udah di kasih 'modal' gede dari Allah, lalu pilihannya kita mau mempergunakan dengan efektif atau tidak?
Nah.. seperti yang ada pada surat Al-Maidah ayat 48 di atas bahwa Allah memang menciptakan kita semua tidak menjadi satu umat. Yah, memang kita berpecah belah, soal suku, ras, agama dll. Dengan itulah Allah hendak menguji kita...
Ketika kita memahami dengan jelas sebenarnya apa Islam itu. Bagaimana ajarannya dan kenyataan mengenai kehidupan di dunia dan kejadian yang ada di akhirat, maka kita akan tahu bahwa bukan penganut Islam (Muslim) lah yang dijamin mutlak masuk Surga. Tapi seorang Mukmin.. Nah untuk hal ini cuma Allah yang bisa menilai.
"Mukmin pasti Muslim. Tapi Muslim belum tentu Mukmin."
Mukmin adalah Muslim yang bisa dibilang 'kaffah' (Islam keseluruhan), menjalankan hukum Allah nggak secara setengah-setengah. Yang takut sama dosa, takut sama Allah, beribadah seperti sebagaimana seharusnya bahkan lebih, semua-semua dilakukan dan dilandaskan atas hukum Allah. Bisa dibilang yang alim deh pokoknya.
Dan tidak semua Muslim yang mampu atau mau menjalankan ini. Betul gak?
HIDAYAH BUKAN HANYA MILIK NON MUSLIM TAPI JUGA MUSLIM ITU SENDIRI
Banyak di jumpai 'fenomena' muallaf, orang yang baru saja masuk Islam. Pasti semua pada bilang, "Alhamdulillah, dia dapat hidayah dari Allah." Atau saat ada orang non muslim yang memperdebatkan tentang kebenaran Allah, kita akan berucap, "Semoga dia mendapat hidayah sehingga dia memahami Islam." Seakan hidayah itu hanya ditujukan orang-orang yang belum berIslam saja.
Kenyataannya adalah meskipun seseorang sudah terlahir dari keluarga Islam dan tercatat beragama Islam di KTP tapi belum tentu juga dia mendapat dorongan hati untuk menjalankan apa yang ada dalam ajaran.
Berdasar pengalaman pribadi dan pengalaman di sekitar demikian. Ketika seorang beragama Islam tapi tidak menjalankan ibadah wajib, tidak mengerti asas Islam sebagaimana mestinya. Entah apa sebenarnya belum diajarkan, diajarkan tapi tidak paham atau memang sengaja lalai. Apa mungkin dia tidak mengerti apa konsekuensinya, bahkan alasan malas atau cuek.
Ada yang dengan entengnya meninggalkan sholat, nggak puasa, atau melakukan hal-hal yang dilarang agama secara terus menerus. Hal-hal yang nggak mungkin khilaf, pasti sengaja. Banyak toh Islam dengan embel-embel pluralisme, liberalis yang bisa dilihat hidupnya sungguh tidak Islami.
Kemudian ada yang tersadar, entah melalui peringatan atau cobaan dia akhirnya jadi sosok yang sangat taat. Ia tahu akan azab Allah yang menanti jika dia dalam kelalaian, ia tahu akan nikmat dan balasan berlipat ganda jika ia berbuat kebaikan dan menaati Allah. Ada pula yang beruntung sudah sejak kecil orang tuanya sudah menanamkan nilai-nilai Islam dalam hatinya hingga sampai tuapun ia akan terus menggenggam nilai-nilai tersebut. Nah.. Inilah hidayah bagi orang yang berstatus muslim itu tadi.
Untuk yang non muslim, yang saya lihat dari pengalaman orang ketika dia BERPIKIR dan menyadari mungkin ada yang kurang sempurna atau tidak benar dengan sesuatu yang ia anut, sedangkan dia mempunyai pertanyaan-pertanyaan besar dalam hidupnya yang tak pernah terjawab kemudian ia temukan dalam Islam seperti kenapa ada kehidupan ini? Bagaimana terjadi? Kenapa berakhir? dan ajaran-ajaran yang menurut mereka lebih logis, tentang peradaban kehidupan dan kebenaran, kebesaran, keEsaan Tuhan (Allah) maka ia akan kembali ke Islam. Banyak loh orang muallaf yang ilmu Islamnya lebih hebat ketimbang orang Islam dari lahir karena ke Islamannya yang dari hati, bukan sekedar bawaan lahir saja.
Kenapa kembali ke Islam? Bukan masuk Islam? Karena semua manusia sebenarnya di ciptakan dengan petunjuk Allah dalam Islam, tapi sebagian bisa dibilang salah jalan, hingga jika kemudian ia akhirnya menerima untuk menganut Islam, ia disebut 'kembali ke Islam'.
JADI, Inti dari ke Islaman seseorang bagaimana ia mempergunakan akal dan hatinya.
Allah sudah
KESIMPULAN
Jadi apa yang mau saya tulis ini sebenarnya adalah kebenaran bahwa agama Allah itu hanya Agama dari Allah itu cuma satu. Nah, kita gak boleh berpikir "Enak dong yang terlahir Islam, gimana yang nggak?"
Karena hidayah sendiri-sendiri. Mau lahir secara muslim maupun non muslim kalau hatinya tertutup ya gak bakalan mau menjalankan perintah Allah, memahami ayat-ayat Allah. Begitupun yang hatinya terbuka, syukur Alhamdulillah kalau dia sudah terlahir muslim dan mau mendalami apa yang sudah ia anut. Dan non muslim pun ada yang terbuka hatinya untuk mencari kebenaran lalu mempelajari Islam dan kembali pada Islam.
//Saya bukan penulis handal. Ungkapan saya mungkin belum baik. Tapi saya hanya ingin menjelaskan apa yang sudah saya telaah. Tidak berbau dusta apalagi mengada-ada tapi tentu ada khilaf atau salah kata. Kesalahan milik saya, kesempurnaan milik Allah semata. Yang baik boleh di ambil, yang buruk di buang saja\\
Wassalam.
Rasulullah SAW bersabda, "Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan
fitrah. Kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi seorang Yahudi,
seorang Nasrani maupun seorang musyrik.”
Lalu seorang laki-laki bertanya: “Ya Rasulullah! Bagaimana pendapat engkau kalau anak itu mati sebelum itu?”
Beliau menjawab: “Allah lebih tahu tentang apa yang pernah mereka kerjakan.”
Lalu seorang laki-laki bertanya: “Ya Rasulullah! Bagaimana pendapat engkau kalau anak itu mati sebelum itu?”
Beliau menjawab: “Allah lebih tahu tentang apa yang pernah mereka kerjakan.”
Jika kita seorang muslim maka kita akan tahu bahwa Islam adalah agama yang benar. Bukan yang paling benar dari beberapa yang benar atau salah satu yang benar, tapi... SATU SATUNYA yang benar. Jalan benar benar mengetahui bagaimana menjalankan hidup, apa tujuan hidup melalui kalimat Allah dalam Al-Qur'an melalui panutan kita Rasulullah SAW / Nabi Muhammad SAW.
Karena jika kita Islam kita harus mempercayai TAUHID, yakni keyakinan MUTLAK terhadap Allah SWT sebagai sesembahan, sebagai Tuhan yang Maha Esa. Dengan kata lain kita tidak membenarkan agama lain, karena jika ditelaah mereka tiada yang mengEsakan Allah, sementara fitrah manusia hanya menyembah Tuhan penciptaNya.
"Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku."(QS. 21:92)
"Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidak- lah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi." (QS. 3:85)
Kenapa begitu?
Cara Meyakini Islam yang Terbukti Benar !
Bukti TERKUAT Islam Satu-satunya Agama Yang Benar (Part 1)
Bukti TERKUAT Islam Satu-satunya Agama Yang Benar (Part 2)
Pilihan dan Takdir terhadap 'ISLAM'
Cara Meyakini Islam yang Terbukti Benar !
Bukti TERKUAT Islam Satu-satunya Agama Yang Benar (Part 1)
Bukti TERKUAT Islam Satu-satunya Agama Yang Benar (Part 2)
Pilihan dan Takdir terhadap 'ISLAM'
Nah, dengan meyakini tentang hal itu bagaimana kita menanggapinya? Alhamdulillah donk sudah di takdirkan lahir sebagai Muslim. Yaaapph! Memang sangat patut bersyukur Alhamdulillah. Seperti pernyataan pada gambar di samping 'Being Muslim is my biggest reward from Allah.'
...Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat
(saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya
kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada
Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa
yang telah kamu perselisihkan itu. (QS.5:48)
Kurang lebih sama lah kalau mau diumpamakan ya seperti dilahirkan sebagai anak orang kaya atau bukan. Kalau dilihat kasat mata kayaknya ada sisi beruntung dan tidak beruntung. Iya tidak?
Hidup memang seakan undian, kita tidak bisa memilih sendiri apa yang sejak awal sudah di takdirkan oleh Allah. Jalani apa yang ada asalkan semua tujuannya atas ridho Allah. Nah, semuanya yang Islam maupun bukan, yang kaya atau miskin punya ujian, nikmat dan cobaan masing-masing jadi nggak boleh ada yang iri-irian.Yang terlahir kaya bisa jadi akan selalu kaya bisa jadi akan jatuh miskin, yang miskin bisa jadi tetap miskin bisa jadi akan kaya. Begitupun soal muslim dan tidak. Bisa jadi tetap muslim, bisa jadi akan jadi kafir.
Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah
kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain.
(Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka
usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka
usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. 4:32)
Nah.. seperti yang ada pada surat Al-Maidah ayat 48 di atas bahwa Allah memang menciptakan kita semua tidak menjadi satu umat. Yah, memang kita berpecah belah, soal suku, ras, agama dll. Dengan itulah Allah hendak menguji kita...
Ketika kita memahami dengan jelas sebenarnya apa Islam itu. Bagaimana ajarannya dan kenyataan mengenai kehidupan di dunia dan kejadian yang ada di akhirat, maka kita akan tahu bahwa bukan penganut Islam (Muslim) lah yang dijamin mutlak masuk Surga. Tapi seorang Mukmin.. Nah untuk hal ini cuma Allah yang bisa menilai.
"Mukmin pasti Muslim. Tapi Muslim belum tentu Mukmin."
Mukmin adalah Muslim yang bisa dibilang 'kaffah' (Islam keseluruhan), menjalankan hukum Allah nggak secara setengah-setengah. Yang takut sama dosa, takut sama Allah, beribadah seperti sebagaimana seharusnya bahkan lebih, semua-semua dilakukan dan dilandaskan atas hukum Allah. Bisa dibilang yang alim deh pokoknya.
Dan tidak semua Muslim yang mampu atau mau menjalankan ini. Betul gak?
HIDAYAH BUKAN HANYA MILIK NON MUSLIM TAPI JUGA MUSLIM ITU SENDIRI
Banyak di jumpai 'fenomena' muallaf, orang yang baru saja masuk Islam. Pasti semua pada bilang, "Alhamdulillah, dia dapat hidayah dari Allah." Atau saat ada orang non muslim yang memperdebatkan tentang kebenaran Allah, kita akan berucap, "Semoga dia mendapat hidayah sehingga dia memahami Islam." Seakan hidayah itu hanya ditujukan orang-orang yang belum berIslam saja.
Kenyataannya adalah meskipun seseorang sudah terlahir dari keluarga Islam dan tercatat beragama Islam di KTP tapi belum tentu juga dia mendapat dorongan hati untuk menjalankan apa yang ada dalam ajaran.
Berdasar pengalaman pribadi dan pengalaman di sekitar demikian. Ketika seorang beragama Islam tapi tidak menjalankan ibadah wajib, tidak mengerti asas Islam sebagaimana mestinya. Entah apa sebenarnya belum diajarkan, diajarkan tapi tidak paham atau memang sengaja lalai. Apa mungkin dia tidak mengerti apa konsekuensinya, bahkan alasan malas atau cuek.
Ada yang dengan entengnya meninggalkan sholat, nggak puasa, atau melakukan hal-hal yang dilarang agama secara terus menerus. Hal-hal yang nggak mungkin khilaf, pasti sengaja. Banyak toh Islam dengan embel-embel pluralisme, liberalis yang bisa dilihat hidupnya sungguh tidak Islami.
Kemudian ada yang tersadar, entah melalui peringatan atau cobaan dia akhirnya jadi sosok yang sangat taat. Ia tahu akan azab Allah yang menanti jika dia dalam kelalaian, ia tahu akan nikmat dan balasan berlipat ganda jika ia berbuat kebaikan dan menaati Allah. Ada pula yang beruntung sudah sejak kecil orang tuanya sudah menanamkan nilai-nilai Islam dalam hatinya hingga sampai tuapun ia akan terus menggenggam nilai-nilai tersebut. Nah.. Inilah hidayah bagi orang yang berstatus muslim itu tadi.
Untuk yang non muslim, yang saya lihat dari pengalaman orang ketika dia BERPIKIR dan menyadari mungkin ada yang kurang sempurna atau tidak benar dengan sesuatu yang ia anut, sedangkan dia mempunyai pertanyaan-pertanyaan besar dalam hidupnya yang tak pernah terjawab kemudian ia temukan dalam Islam seperti kenapa ada kehidupan ini? Bagaimana terjadi? Kenapa berakhir? dan ajaran-ajaran yang menurut mereka lebih logis, tentang peradaban kehidupan dan kebenaran, kebesaran, keEsaan Tuhan (Allah) maka ia akan kembali ke Islam. Banyak loh orang muallaf yang ilmu Islamnya lebih hebat ketimbang orang Islam dari lahir karena ke Islamannya yang dari hati, bukan sekedar bawaan lahir saja.
Kenapa kembali ke Islam? Bukan masuk Islam? Karena semua manusia sebenarnya di ciptakan dengan petunjuk Allah dalam Islam, tapi sebagian bisa dibilang salah jalan, hingga jika kemudian ia akhirnya menerima untuk menganut Islam, ia disebut 'kembali ke Islam'.
JADI, Inti dari ke Islaman seseorang bagaimana ia mempergunakan akal dan hatinya.
Allah sudah
Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quraan ataukah hati mereka
terkunci?(QS. 47:24)
KESIMPULAN
Jadi apa yang mau saya tulis ini sebenarnya adalah kebenaran bahwa agama Allah itu hanya Agama dari Allah itu cuma satu. Nah, kita gak boleh berpikir "Enak dong yang terlahir Islam, gimana yang nggak?"
Karena hidayah sendiri-sendiri. Mau lahir secara muslim maupun non muslim kalau hatinya tertutup ya gak bakalan mau menjalankan perintah Allah, memahami ayat-ayat Allah. Begitupun yang hatinya terbuka, syukur Alhamdulillah kalau dia sudah terlahir muslim dan mau mendalami apa yang sudah ia anut. Dan non muslim pun ada yang terbuka hatinya untuk mencari kebenaran lalu mempelajari Islam dan kembali pada Islam.
//Saya bukan penulis handal. Ungkapan saya mungkin belum baik. Tapi saya hanya ingin menjelaskan apa yang sudah saya telaah. Tidak berbau dusta apalagi mengada-ada tapi tentu ada khilaf atau salah kata. Kesalahan milik saya, kesempurnaan milik Allah semata. Yang baik boleh di ambil, yang buruk di buang saja\\
Wassalam.