Label:

Ketika Cinta(ku) Beda Agama

           
Dari sekian banyaknya laki-laki di Indonesia ini kenapa harus dia? Dari sekian banyaknya penduduk asli jawa kenapa harus dia? Dan kenapa pula di Negara dengan jumlah muslim terbanyak di dunia… Aku harus menyukai dia? 

Dari omong kosong di atas memang saya mengisyaratkan kenapa napa cewek cowok muslim yang di Indonesia sama banyaknya bisa-bisanya kena juga sama yang berbeda? Memang semua nggak bisa ditentukan ya... Dan mungkin kisah senada dengan ini bukan 'penyakit langka', banyak kasus yang terjadi dan memiliki konklusi dan akhir yang berbeda-beda.  Saya bukan sepenuhnya mau curhat, tapi mau mengajak merenungkan bersama-sama jika ada yang mengalami juga. Ada hal yang sangat harus dipikirkan soal ini sebelum kita bertindak sesuai kemauan kita.

Saya punya pengalaman tentang ini yang pada akhirnya saya dan dia menyerah sama yang namanya perbedaan ini, tidak ada jalan? Bukan, karena perasaan dia sama saya biasa-biasa aja kali, atau udah bosan (Plaaakk! Just kidding). Yah.. mungkin karena kami memang tidak benar-benar mencari.  Udah keliatan kabut tebal akhirnya kami pilih kembali ke jalan masing-masing daripada kami harus menerjang curam dan menginjak banyak kerikil dan duri (pingin bikin perumpamaan tapi failed)

Ini ujian bagi saya yang ternyata kurang kuat iman. Orang yang tidak mudah jatuh cinta, sangat hati-hati melihat laki-laki, lah kok tiba-tiba mendapati perasaan bisa sangat terikat cinta yang terlarang. Hal yang saya hindari dari dulu. Ketika otak saya tak seberapa membelot firman Allah, pengendalian dalam diri sayapun jadi tarik ulur. Iya saya jalani pacaran, sebenarnya agak sanksi juga sama dosa dan udah tahu dari awal bahwa kita beda agama, menerjang badai! Berandai meski ini labirin yang meliuk-liuk dan agak mencekam, tapi pasti ada pintu keluarnya (yaitu berpisah T_T).

Jujur aja, meskipun dulu iman saya itu naik turun dan agak labil, tapi dalam hati kecil ini pingin ada yang bimbing saya menjadi muslimah yang kaffah, maka tipe ideal saya jatuh pada cowok-cowok yang imannya di atas rata-rata.

Ih ya ampun Ma.. Keren banget dia Ma.. Sholatnya lama banget, Sholat sunnahnya kuat juga..”  Itulah pandanganku yang ku sampaikan pada ibu mengenai seorang teman laki-laki yang saya kagumi. Sebatas kagum, karena nggak punya keinginan pacaran. Sama sekali! Dan malah bisa-bisanya kemudian saya menyukai orang yang jangankan sholat, mengenal Allah atau tidak itu samar-samar. T.T

Dan kalau lihat ada teman pacaran beda agama yang kandas aku dengan dinginnya bilang, “Lah, udah tahu beda agama kok bisa-bisanya jadian ya?"
Pasti dah ujung-ujungnya bakal rumit dan ada masalah bakal gak akan nemuin jalan keluar karena dua-duanya keukeuh gak mau ikut agama pasangan maupun pertentangan hebat dari keluarganya. Itu dipikiranku udah waduhhh banget.

Dannn…Aku kena batunya! Wkwkwkwk. Mulutmu harimaumu ~ Hoarrrgggh!

Saya emang juaaarang punya temen deket seorang non-muslim. Disebabkan hidup di lingkungan dan bersekolah yang selalu mayoritas Islam. Nah, kok sekali dekat banget bisa-bisanya malah jadian? Allah menjadikan indah apa-apa yang sebenarnya itu cobaanku. Dia indah? Hahaha.. maksudnya jadi menarik. Padahal, kalau mau pake kacamata netral. Dia itu ya biasa aja, bukan yang wow wow wowww.. Tapi aku tetap aja memandangnya dengan special (_ _’’)

Bukan berarti juga saya ingin membentengi hubungan sosial dengan non-muslim. Tapi tradisi dan latar belakang berbeda dari manusia itu sendiri yang membuat hubungan terkekang mustahil jika mempunyai hubungan yang rada spesial (pake telor). Kemudian selain itu, karena agama adalah asas yang udah prinsip dan tanggung jawabnya dibawa ke langit (akhirat), nggak bakal mau banget ngelanggar rasanya meskipun udah jatuh cinta ampe njedot-njedot (cuma hiperbola)

Makanya cinta yang besar itu buat Allah aja, di jamin nggak kecewa. Sama manusia itu cinta secukupnya lah (2 sendok teh aja). Biar kalau kecewa nggak sakit-sakit banget :) 

Sebenarnya, baik orang jawa maupun agama Islam itu flexible banget. “Bukan orang jawa?” Mau bule, batak, madura, cina, hongkong, arab kek.. no problem! Gak ada hukum rasis apapun yang sebenarnya di ada-adain aja sama manusia dan nenek moyangnya. Pokoknya bibit bobot bebet lulus, hehe.

“ Semua manusia berasal dari Adam dan Hawa, seorang Arab tidak punya keunggulan atas yang bukan Arab. Tidak juga seorang bukan Arab memiliki keunggulan atas seorang Arab, juga seorang berkulit putih tidak punya keunggulan atas yang berkulit hitam – kecuali dengan kesholehan dan perbuatan baiknya.      
—(Hadist, Sahih Bukhari, Vol. 7, Ch. 3)


Dalam Al-Qur’an :

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.  Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. 49:13)

Tapi kalo “Bukan Islam?” Sebenarnya ayah ibu udah melotot sampai urat keluar, “No! Nggak boleh. Never! Laknatullah.” pasti mutlak gitu jawabnya. Tapi kalau ditanya ada kemungkin di ijinin bisa gak? Jawabannya pasti ada, yaitu setelah dia menjadi muallaf dulu (masuk Islam/ lebih tepatnya kembali ke Islam [kembali ke fitrah])..Triing!  LAMPU IJO dah!



Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik dengan wanita-wanita mukmin sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran. (QS. 2:221)
 
Banyak orang juga dengan uenteengnya bilang, “Gak apa-apalah beda agama, dia kan bisa masuk Islam. Ajak aja..”

Enak banget kalo ngomong, kayak ngajak ke bioskop gitu gampang? T.T

Beda agama masalah yang cukup pelik ya dears.. Bisa dibilang fatal kalau diterjang aja. Selain kita harus menyangkut kepercayaan yang sifatnya sangat pribadi, selain itu bisa aja kita harus siap-siap punya masalah sama keluarga masing-masing.

Meski kadang keluarga mungkin saja nggak bisa ikut campur dengan urusan batin ini karena agama ini menyangkut masalah hubungan privasi dengan Tuhan. Tanggung jawabnya bukan di dunia, tapi di akhirat. Gede! Jangan bilang omong kosong loh, kalau akhirat kamu anggap omong kosong, hidupmu berarti jauh lebih dari omong kosong dong... Dan Alhamdulillah, saya satu keyakinan sama orang tua :D

Jangan pernah pula berusaha nerjang nikah beda agama. Dengan alasan TOLERANSI lalu suami istri menikah dalam agama yang berbeda. Tahu kan kalian kalau pernikahan dengan non-muslim yang belum masuk Islam itu hukumnya nggak sah di mata agama, di mata Allah. Jadi bisa diartikan seperti berzina. Naudzubillah.. Menikah yang seharusnya merupakan bentuk menjalankan sunnah agama karena menghindari dosa malah jadi dosa besar. :(

Dan menurut pengalaman di lapangan. Secinta-cintanya orang sama orang lain itu (pacar kan mutlak masih orang lain, heyaa) berat ya kalau narik-naik soal agama, soalnya yang di bawa ya itu tadi, udah asas yang ditanamkan dari orang tua sejak kecil, merubah pemikiran dan pandangan apalagi soal agama ini pasti sulit banget.

Rasanya kalau mau utek-utek soal agama, kita seakan merombak total semua yang ada padanya. Internal dalam batin maupun di keluarganya. Apalagi nih kalo pengalamanku, si dia ini dari keluarga yang sangat asing dengan Islam bahkan budaya jawa (sebenarnya jawa gak ada budaya2an yg tajam). Dan pasti mereka udah kena dogma-dogma yang mainstream soal Islam yang begini begitu. Jadi jujur aja saya tidak pernah menyampaikan soal Islam padanya, belum pernah ada kesempatan dan belum pernah siap sampai semua berakhir sudah. Meskipun pingin menyampaikan rasanya di otak bilang "Mustahil, mustahil, mustahil. Mustahil dia mudeng." Haha.. Yah keburu pesimis. Saking bedanya dalam segala-galanya. Tapi ya sudah, bukan takdirnya..

Menjelaskan tentang Islam tidak akan semudah menjelaskan rumus aljabar. Dan kita serasa alien, tiap kali ketemu saking bedanya prinsip dan pandangan dalam banyak hal. Hal dasar yang ketara ya makanan dan ibadah.

Aku memandangnya, “Apa-apa dibolehin. Bebas amat hidupnya..”

Dia memandangku, “Banyak banget larangannya. Dikit-dikit ibadah. Kolot amat hidupnya.”

Maybe loooh ~ menurut taksiran aja. Hehehe

Tapi emang semua nggak bisa di ‘gebyah uyah’ atau dipandang sama. Nggak semua orang yang punya tradisi yang jauh beda dan agama yang beda dengan kita susah untuk memahami Islam dan lalu dengan ikhlas ingin kembali ke Islam. Tapi yang tradisinya nggak jauh-jauh amat ternyata meski cinta mati ogah kalau pindah agama.  Contohnya banyak..

Nah masalah narik-narik orang ke Islam itu bukan perkara mudah.  Kita nggak mungkin juga ngajuin proposal 'Maukah masuk Islam?', sementara pandangan dan pikirannya tentang Islam dah sepernuhnya blank dan buntu. Meskipun kalau hal itu memungkinkan, adalah pahala besar tersendiri buat kita yang sebenarnya secara nggak langsung membantunya masuk kedalam jalan Allah ini dan tentu merasa ikut bahagia melihat orang yang mendapat hidayah. 

Tapi yang pasti agama itu nggak bisa dipaksakan. Iman adalah hal yang dirasakan, bukan dipaksakan.

Mungkin sebagian besar kita menemukan agama karena orang tua. Tapi yang sebenarnya agama ditemukan oleh hati. Nggak jarang kan kita melihat orang Islam sekedar KTP. Karena meskipun dia sudah di karuniai Allah identitas sebagai muslim, tapi nyatanya implementasinya jauh dari seharusnya. Beruntung kalau dari akar, dari orang tua sudah bisa menanamkan ketataan pada Agama, tapi banyak juga yang lebih menganut sekularisme kan?

Ada juga hidupnya yang bener-bener jauh dari Islam tapi tiba-tiba mendapat hidayah kembali ke Islam itu dengan sendiri, selama dia mau berfikir, selama dia mau membuka hatinya mencari tahu dan belajar, Allah akan tunjukkan. Ada juga yang udah mendapat banyak bukti, tanda dan kenyataan tapi tetap menutup hati dan matanya. Wallahu alam ya..

"...Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir." (QS. 13:4)

Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran dan penglihatan serta menutup hatimu, siapakah tuhan selain Allah yang kuasa mengembalikannya kepadamu?" Perhatikanlah, bagaimana Kami berkali-kali memperlihatkan tanda-tanda kebesaran, kemudian mereka tetap berpaling (juga). (QS. 6:46)


COBA RESAPI KATA-KATA INI YA...

Kesesatan dan petunjuk semata-mata menjadi urusan AllahAnda mungkin saja akan terpengaruh dengan argumentasi lawan debat agama, lalu linglung dan bahkan murtad. Kalau didalami baik-baik semuanya pasti ada penyebabnya, bahwa dalam diri anda sudah ada bibit-bibit untuk menjadi sesat, bisa jadi karena kesombongan, atau juga ada prasangka buruk kepada AllahSebaliknya mungkin juga pihak lawan ada yang terpengaruh lalu menjadi mualaf karena debat. Jangan sampai punya pikiran bahwa keimanan yang muncul dalam qalbunya gara-gara 'kehebatan' argumentasi anda. Itu disebabkan karena dalam dirinya memang sudah ada bibit-bibit kebaikan, rasa ingin tahu, kejujuran untuk menyelamatkan diri, tidak ingin tersesat, lalu Allah menyelamatkannya dengan memberikan hidayah.

Nah soal yang mempunyai hubungan tak resmi dengan orang beda agama ini, sebelum kalian berharap terlalu banyak seandainya mereka mau masuk Islam yang terkadang agak tamak dan khayal. Coba pikirkan beberapa hal yang sebenarnya baru terpikir oleh saya justru setelah semua kandas. Hahaha

Beda Agama?:
1. Yang pertama pemahamanmu sama Islam kudu dalem, bagi yang belum cukup ilmu Wallahu alam ya… Karena kita menyampaikan Islam bukan untuk, “Supaya kamu bisa menikah sama aku/ supaya bisnismu lancar” Tapi, “Supaya kamu mendapat petunjuk dari Allah selamat dunia akhirat.” Yuk belajar Agama, lebih seru dari apapun deh!
2. Sebelum terlalu lama, sebelum terlalu jauh, kalian yang sama-sama tahu lebih baik ngomong di awal tentang perbedaan ini. Bilang kalau kamu prinsipnya gak bakal pindah agama dan nggak boleh nikah sama orang beda agama. Trus pastinya dia akan berpikir mau lanjut atau nggak
3. Kalau keukeuh lanjut ya berarti kita anggap dia bersedia masuk Islam nanti, meski nggak harus detik ini juga membaca shahadat. Tapi…
4. Lihat dulu latar belakang agama dia. Kuat apa nggak, kalau dia pada agamanya sendiri nggak serius, gimana mau dia serius sama Islam yang notabene komplit lebih banyak dalilnya. Kalau dia sama agamanya sendiri gak niat, saya yakin dia sama sekali nggak niat dengerin kita menjelaskan tentang Islam. (Ini sebenarnya gk mesti juga sih)
5. Kalau dipikir-pikir, kalau dia mau masuk Islam cuma agar nikahnya sah doank atau atas dasar cuma memperjuangkan dirimu, rasanya agak sanksi ya. Entah ternyata implementasinya 0 ya sama aja. Ingat dear.. kita butuh imam buat penuntun menjalankan perintah Allah.
6. Sebenarnya mau orang beriman dari akar atau baru muallaf nggak masalah. Dalam arti kita nggak mengecilkan kualitas iman orang yang baru masuk Islam. Banyak loh muallaf yang ilmu Islamnya luas, implementasinya lebih kuat melebihi Islam yang dari lahir (maklum banyak yang Islam KTP) contohnya banyak lahh ~ Saya justru banyak juga berguru sama muallaf. hehehe
7. Jadi kita harus pastikan dia mau menerima Islam dari hati, bukan semata hanya karena pernikahan. Pertama-tama kenalkan dia pada Islam itu asasnya bagaimana. Kalau bisa kita ketahui semua fakta dibalik fitnah beredar yang udah jadi doktrin yang menancap di kepala mereka. Seperti masalah teroris, poligami, dll. Semua kan ada penjelasannya.. Belajar saja dear.. Kita bukan sekedar membela tapi mengungkap kenyataan.
8. Kalau dia berasal dari agama samawi (Kristen, Katholik, Yahudi) Mungkin kita penyampaian tentang Islam lebih mudah (meski gak mudah juga sih, justru sengit). Tapi karena dasarnya ada nyerempet2 sama, tinggal meluruskan. Tidak usah saling menjelekkan. Ntar malah debat agama terpanas! Sampaikan apa adanya bagaimana pandangan agama kita pada kesalahan agama mereka. Ingat.. dalam hal ini kita beneran harus paham juga, harus beri contoh langsung dari Al-Qur’an dan Injil. jangan sampai salah menyampaikan dan ingat juga, bohong itu termasuk suatu yang sangat haram dalam Islam, jadi nggak usah dusta, tanpa dusta apapun Islam sudah lebih dari sempurna.
9. Tapi.. kalau mereka penganut agama seperti Hindu, Budha, Konghucu, dkk.. Emang susah ya menyampaikan. Bisa-bisa nggak bakal masuk di akal mereka, karena kitapun mengenai ajaran mereka sudah abstrak. Saya yang pernah baca tentang ajaran ketiganya, rada puyeng nggak paham juga. Jadi kalau yang ini benar-benar menjelaskan dari awal.
10. Lalu yang sebenarnya sangat penting, gimana sama keluarganya? Apa mereka ridho kalau anaknya pindah agama? Kalau nggak, kita bisa jadi bulan-bulanan keluarga besarnya. Ada yang lama-lama akhirnya luluh, ada juga yang sampai akhir ya tetep bakal musuhin kita. Nggak nyaman bangetkan? Kita kan nikah pada dasarnya biar punya keluarga baru, lah kalau malah memperlebar jaringan permusuhan. Aduh!
11. Kalau semua tidak ada masalah lagi, syukur Alhamdulillah. Terus memperdalam dan mengimplementasi ajaran Islam dalam keluarga kalian InsyaAllah barokah dunia akhirat dan sukses bikin saya iri. (apaaaa, hehe)

Banyak orang bilang, “Yang seagama aja belum tentu di restuin, apalagi yang beda agama..”

Kalau ada orang tepat bilang aja,  “Saya nggak mau dipacarin. Maunya dilamar.” :D

Yang jelas jangan sampai kalian murtad (keluar dari Islam) apapun alasannya, Naudzubillah. Jangan relakan surgamu hanya demi suami ganteng atau harta melimpah. Semua nggak ada apa-apanya dears dihadapan Surga Allah. Meski cinta, kalau tidak sejalan memandang hidup tinggalkan dan relakan. Allah akan balas yang lebih baik. InsyaAllah.

Tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, kecuali Allah akan mengganti bagimu dengan sesuatu yang lebih baik dari apa yang kamu tinggalkan. (Hadits riwayat Ahmad)


Nah jodoh sih ditangan Tuhan ya dear. Ada kala kita emang di jodohkan sama orang yang ketemunya pake lewat jalan yang rumit dulu ada yang lancar-lancar saja (mungkin tergantung amal dan perbuatan). Kalau jodoh ya nggak kemana, kalau bukan jodoh ya kemana-kemana. Hehe. Kalau nggak jodoh tentu saja karena kita sudah dipersiapkan untuk orang yang lebih baik

Manusia merencakan, Tuhan yang berkehendak. Tapi yang jelas kita terus berdoa agar kita dapat kesempatan bisa memilih pendamping yang bisa menjadi imam kita dunia akhirat. Aamiin.

 
Youthism © 2012 | Designed by Canvas Art