Assalamualaikum...
Haloooo blog dan pembacanya... Saya tidak tahu apakah ada yang menanti tulisan saya disini, yang jelas saya sudah sangat rindu untuk menggoreskan kata-kata dan pikiran saya di blog ini.
Karena kesibukan, sejak kedatangan saya di Korea Selatan untuk studi kira-kira sudah hampir dua bulan, saya nggak punya banyak waktu dan terlalu lelah untuk menulis blog hiks...hiks... Tapi disela-sela waktu libur meski masih dihantui banyak tugas, tapi semoga saya bisa tuntas menulis postingan blog satu ini yang meski agak basa-basi juga...
Saya ingin mencurahkan sedikit (yang mungkin bisa jadi banyak) mengenai pengalaman saya yang masih singkat tentang hidup di Korea Selatan, bukan mengenai hal umum, tapi khusunya sebagai seorang muslimah. Saya ingin membandingkan ekspektasi dan kenyataan sebelum dan setelah saya merasakan sendiri hidup di Korea.
Oke to the point saja,
Bagaimana reaksi orang Korea melihat orang berhijab??
Banyak hal yang belum-belum bikin saya jadi paranoid sendiri sebelum berangkat. Rasanya dilihatin orang itu kan nggak enak banget, apalagi dengan tatapan yang penuh dengan curiga apalagi nggak suka. Saya udah kebawa suasana aja sama berita yang beredar dunia, tentang gimana muslimah berhijab di didiskriminasi di barat. Dicurigai teroris dan dibenci. Duh.... parno sendiri dah pokoknya.
Lalu bagaimana dengan Korea? Sama dengan dunia barat, negara Korea adalah negara non-muslim yang malah punya jumlah muslim jauh lebih sedikit dari negara barat. Jadi wajar aja saya deg-degan juga disini...
Tapi kenyataannya adalah ya gak segitunya kok... Tidak semenakutkan yang saya pikirkan.
Waktu barusan saya turun dari bandara, dan pertama kali naik kendaraan umum disini saya memang sedikit 'deg' sama beberapa pandangan orang pada saya. Tapi ya kalau dipikir-pikir lagi, pandangan mereka itu kadang kalanya hanya pandangan heran, seakan dengan muka tanya, 'Ini makhluk dari planet mana sih?' Atau setidaknya itu pandangan mereka mungkin akan seperti pandangan kita pada orang India yang memakai pakaian sari dijalanan di Indonesia. Pasti kita kepo dan heran donk...
Dan umumnya yang punya pandangan lama nan takjub itu dari mata para ajumma, ajossi, halmoni dan haraboji, alias orang-orang tua di Korea yang nggak ngerti orang Islam sama sekali.
Pertanyaan-pertanyaan spontan yang sering ditujukan pada saya saat bertemu dengan warga Korea adalah...
"Apa nggak panas?"
"Kain yang menutup kepalamu itu apa namanya?"
"Orang Indonesia ya?"
"Kenapa kalian sama-sama orang Indonesia, kamu pakai hijab tapi temanmu ini tidak?"
Sebagian orang beranggapan bahwa SEMUA orang Indonesia itu berhijab. Jadi mereka nggak paham kalau itu peraturan agama, tapi dikira peraturan negara. Dan adapula orang Korea yang heran kenapa ada perempuan yang beragama Islam tapi nggak berhijab, waktu ditanya soal itu saya agak bingung sih... jadi cuma jawab, "Semua ada bimbingannya di Al-Qur'an, jadi setiap pribadi bertanggung jawab pada dirinya sendiri ketika ilmu sudah sampai padanya."
Satu-satunya yang bikin nggak nyaman dari reaksi orang Korea terhadap saya adalah pandangan beberapa dari mereka pada saya yang berjalan kemudian pandangan mereka mengikuti sampai bikin kepala berputar 180 derajat, hehehehe... gak mungkin donk... serem kali idih. Intinya sampai gak lepas pandang gitu lah... Kalau reaksi lain saya kira nggak akan terlalu menyakiti hati. They don't rude... cuma agak kepo-kepo dikit gitu. hehe
Jangan heran... nggak usah berasa selebriti yang dilihati, mulai dari orang dalam mobil yang melintas, orang-orang dijalanan yang asik pacaran sampai anak kecil yang mau mewek semua bakal kelihatan bengong ketika melihat penampakan macam kita, muslimah berhijab dan pake rok. huehehe...
Tapi nggak semua kok, malah kalau menurut saya sebagian lainnya tampak biasa aja. Melihat sepintas lalu ya nggak ada reaksi apa-apa. Kayak kita-kita yang udah biasa lihat bule seliweran di Indonesia, hanya fenomena dimana orang asing yang datang ke suatu negera, kan sudah lumrah sekali.
Satu pertanyaan lagi yang agak sering saya terima adalah,
"Harus menikah sama sesama muslim ya?"
"Kalau jatuh cintanya sama yang bukan muslim gimana?"
"Gimana kalau kamu saling jatuh cinta sama cowok Korea?"
"Kalau Song Joong Ki yang suka kamu gimana?"
Saya nggak mengada-ada loh, ini benar-benar ditanyakan sama orang Korea. Mereka ngayal tingkat tinggi, tapi namanya pertanyaan ya harus di jawab ya. Hmmm... Song Joong Ki ya...
"Iya, yakin bang... maaf... saya tidak bisa. Anda sudah ternoda, di cium, di pegang puluhan cewek di drama... Nggak kuat menanggung profesi dan masa lalumu bang..." gubraaaaaakkk...
Yaps, meski jujur dalam lubuk hati bahwa Song Joong Ki itu ganteng dan penuh pesona tapi... Ya titik, gak ada terusannya. Muslimah mana bisa punya suami yang berprofesi yang beresiko mencium dan memegang perempuan lain hanya untuk film dan berganti-ganti, Sediiiiiiiiih...
"Kalau Song Joong Ki masuk Islam?"
Mungkin anda nggak percaya orang Korea menanyakan ini, tapi ini benar-benar ditanyakan!! Aku sendiri juga speechless... so nonsense question :|
Gak usah saya jabarkan.. hahahahha
Bagaimana soal makanan halal di Korea?
Yes this is kind of serious matter... Nggak merana-merana banget, tapi lumayan jadi repot karena kemana-mana harus baca komposisi di kemasan, nggak dengan mudah dilacak seperti makanan di Indonesia yang semuanya berlabel halal dari MUI. Kita harus tahu apakah ada bahan-bahan mencurigakan yang tersangka utamanya ada daging babi, dan ternyata bukan saja daging babi. Kita masih harus menelisik kata-kata lain lagi seperti shortening, meat stock yang mungkin buat hampir semua makanan kemasan di Korea nggak bisa kita makan.
Mungkin ada teman yang nyindir, karena dia boleh, suka dan bebas makan babi disini ia merasa kita jadi kesusahan banget makanannya kayak seakan 'ribet banget sih idup lohhh...' tapi yang saya rasakan tetap bangga dan bangga. Apapun kata orang, dimanapun negeri yang saya pijak hari ini, aku masih memegang kebanggaanku sebagai muslimah. Saya bangga saya hamba Allah, saya bangga bisa menaati perintahNya (yang masih minim), saya bangga tidak makan babi karena saya tahu alasannya.
Saya makan 'langganan' di asrama. Karena asrama ini punya lumayan banyak mahasiswa muslim dan dari masa awal promosinya mengatakan bahwa mereka menyediakan makanan halal, maka bismillah... saya makan makanan yang mereka sediakan tersendiri terpisah dari makanan untuk non-muslim.
Kalau mau makan bebas worry mungkin penggemar Korea tahu 'surga' halalnya di Korea itu di Itaewon, Seoul. Saya udah datang kesana dua kali, jadi ini berada di satu gang yang menghubungkan dengan Seoul Central Masjid dan dalam gang itu ada beberapa outlet, toko dan rumah makan yang di khususkan untuk muslim, semua halal... bahkan kalau jalan kesini kita akan banyak melihat orang-orang arab, timur tengah juga saudara-saudara kita dari malaysia dan Indonesia dengan tampilan sangat muslim. Disinilah tempat kita nggak 'merasa sendiri' di Korea.
Secara keseluruhan....
Saya merasa bersyukur pada Allah SWT, karena meski saya khawatir sama iman saya sejak memutuskan berangkat di Korea (dan masih di khawatirkan sampai sekarang) tapi setidaknya tidak ada yang membuat saya tertekan dan membatasi saat saya menjalankan ibadah saya bahkan saya malah merasa banyak yang mempedulikan dan membantu saya disini.
Bahkan bisa dibilang mungkin dengan kasih sayang Allah, saya ditempatkan dimana orang Koreanya ini sangat memahami 'karakteristik' Islam bahkan menghormati. Ketika pertemuan acara-acara kampus mereka bela-belain beli pizza vegetarian yang bisa dibilang mahal. Bahkan mereka bela-belain belanja di pasar dan masak bersama karena untuk beli makanan disini terlalu riskan untuk muslim.
Bahkan mereka sediain tempat sholat di kampus demi membuat mahasiswa muslimnya nyaman. MasyaAllah... Dibawah ini adalah tempat sholat di kampus saya lengkap dengan Al-Qur'an terjemahan bahasa Korea.
Mungkin seterusnya cuma masalah saya harus terus mengoreksi diri sendiri dan mengatur waktu. Terkadang terlalu sibuk dan terlalu senang membuat saya mengurangi porsi kebiasaan ibadah saya saat masih di Indonesia, berhubung minimnya nuansa dan asupan 'Islami' disini dan itulah salah satu kesedihan dan kekhawatiran terbesar saya ketika tinggal di Korea.
Minta kawan semua untuk mendoakan saya agar studi saya berjalan dengan lancar tanpa mengesampingkan urusan akhirat saya sedikit pun. Stay Istiqomah... Insya Allah and Bismillah.
Sekian, singkat dulu saja, disambung nanti...
Wassalam...
Haloooo blog dan pembacanya... Saya tidak tahu apakah ada yang menanti tulisan saya disini, yang jelas saya sudah sangat rindu untuk menggoreskan kata-kata dan pikiran saya di blog ini.
Karena kesibukan, sejak kedatangan saya di Korea Selatan untuk studi kira-kira sudah hampir dua bulan, saya nggak punya banyak waktu dan terlalu lelah untuk menulis blog hiks...hiks... Tapi disela-sela waktu libur meski masih dihantui banyak tugas, tapi semoga saya bisa tuntas menulis postingan blog satu ini yang meski agak basa-basi juga...
Saya ingin mencurahkan sedikit (yang mungkin bisa jadi banyak) mengenai pengalaman saya yang masih singkat tentang hidup di Korea Selatan, bukan mengenai hal umum, tapi khusunya sebagai seorang muslimah. Saya ingin membandingkan ekspektasi dan kenyataan sebelum dan setelah saya merasakan sendiri hidup di Korea.
Oke to the point saja,
Bagaimana reaksi orang Korea melihat orang berhijab??
Banyak hal yang belum-belum bikin saya jadi paranoid sendiri sebelum berangkat. Rasanya dilihatin orang itu kan nggak enak banget, apalagi dengan tatapan yang penuh dengan curiga apalagi nggak suka. Saya udah kebawa suasana aja sama berita yang beredar dunia, tentang gimana muslimah berhijab di didiskriminasi di barat. Dicurigai teroris dan dibenci. Duh.... parno sendiri dah pokoknya.
Lalu bagaimana dengan Korea? Sama dengan dunia barat, negara Korea adalah negara non-muslim yang malah punya jumlah muslim jauh lebih sedikit dari negara barat. Jadi wajar aja saya deg-degan juga disini...
Tapi kenyataannya adalah ya gak segitunya kok... Tidak semenakutkan yang saya pikirkan.
Waktu barusan saya turun dari bandara, dan pertama kali naik kendaraan umum disini saya memang sedikit 'deg' sama beberapa pandangan orang pada saya. Tapi ya kalau dipikir-pikir lagi, pandangan mereka itu kadang kalanya hanya pandangan heran, seakan dengan muka tanya, 'Ini makhluk dari planet mana sih?' Atau setidaknya itu pandangan mereka mungkin akan seperti pandangan kita pada orang India yang memakai pakaian sari dijalanan di Indonesia. Pasti kita kepo dan heran donk...
Dan umumnya yang punya pandangan lama nan takjub itu dari mata para ajumma, ajossi, halmoni dan haraboji, alias orang-orang tua di Korea yang nggak ngerti orang Islam sama sekali.
Pertanyaan-pertanyaan spontan yang sering ditujukan pada saya saat bertemu dengan warga Korea adalah...
"Apa nggak panas?"
"Kain yang menutup kepalamu itu apa namanya?"
"Orang Indonesia ya?"
"Kenapa kalian sama-sama orang Indonesia, kamu pakai hijab tapi temanmu ini tidak?"
Sebagian orang beranggapan bahwa SEMUA orang Indonesia itu berhijab. Jadi mereka nggak paham kalau itu peraturan agama, tapi dikira peraturan negara. Dan adapula orang Korea yang heran kenapa ada perempuan yang beragama Islam tapi nggak berhijab, waktu ditanya soal itu saya agak bingung sih... jadi cuma jawab, "Semua ada bimbingannya di Al-Qur'an, jadi setiap pribadi bertanggung jawab pada dirinya sendiri ketika ilmu sudah sampai padanya."
Satu-satunya yang bikin nggak nyaman dari reaksi orang Korea terhadap saya adalah pandangan beberapa dari mereka pada saya yang berjalan kemudian pandangan mereka mengikuti sampai bikin kepala berputar 180 derajat, hehehehe... gak mungkin donk... serem kali idih. Intinya sampai gak lepas pandang gitu lah... Kalau reaksi lain saya kira nggak akan terlalu menyakiti hati. They don't rude... cuma agak kepo-kepo dikit gitu. hehe
Jangan heran... nggak usah berasa selebriti yang dilihati, mulai dari orang dalam mobil yang melintas, orang-orang dijalanan yang asik pacaran sampai anak kecil yang mau mewek semua bakal kelihatan bengong ketika melihat penampakan macam kita, muslimah berhijab dan pake rok. huehehe...
Tapi nggak semua kok, malah kalau menurut saya sebagian lainnya tampak biasa aja. Melihat sepintas lalu ya nggak ada reaksi apa-apa. Kayak kita-kita yang udah biasa lihat bule seliweran di Indonesia, hanya fenomena dimana orang asing yang datang ke suatu negera, kan sudah lumrah sekali.
Satu pertanyaan lagi yang agak sering saya terima adalah,
"Harus menikah sama sesama muslim ya?"
"Kalau jatuh cintanya sama yang bukan muslim gimana?"
"Gimana kalau kamu saling jatuh cinta sama cowok Korea?"
"Kalau Song Joong Ki yang suka kamu gimana?"
Saya nggak mengada-ada loh, ini benar-benar ditanyakan sama orang Korea. Mereka ngayal tingkat tinggi, tapi namanya pertanyaan ya harus di jawab ya. Hmmm... Song Joong Ki ya...
Yakin mau nolak gueeee?????? |
Yaps, meski jujur dalam lubuk hati bahwa Song Joong Ki itu ganteng dan penuh pesona tapi... Ya titik, gak ada terusannya. Muslimah mana bisa punya suami yang berprofesi yang beresiko mencium dan memegang perempuan lain hanya untuk film dan berganti-ganti, Sediiiiiiiiih...
"Kalau Song Joong Ki masuk Islam?"
Mungkin anda nggak percaya orang Korea menanyakan ini, tapi ini benar-benar ditanyakan!! Aku sendiri juga speechless... so nonsense question :|
Gak usah saya jabarkan.. hahahahha
Bagaimana soal makanan halal di Korea?
Yes this is kind of serious matter... Nggak merana-merana banget, tapi lumayan jadi repot karena kemana-mana harus baca komposisi di kemasan, nggak dengan mudah dilacak seperti makanan di Indonesia yang semuanya berlabel halal dari MUI. Kita harus tahu apakah ada bahan-bahan mencurigakan yang tersangka utamanya ada daging babi, dan ternyata bukan saja daging babi. Kita masih harus menelisik kata-kata lain lagi seperti shortening, meat stock yang mungkin buat hampir semua makanan kemasan di Korea nggak bisa kita makan.
Mungkin ada teman yang nyindir, karena dia boleh, suka dan bebas makan babi disini ia merasa kita jadi kesusahan banget makanannya kayak seakan 'ribet banget sih idup lohhh...' tapi yang saya rasakan tetap bangga dan bangga. Apapun kata orang, dimanapun negeri yang saya pijak hari ini, aku masih memegang kebanggaanku sebagai muslimah. Saya bangga saya hamba Allah, saya bangga bisa menaati perintahNya (yang masih minim), saya bangga tidak makan babi karena saya tahu alasannya.
Saya makan 'langganan' di asrama. Karena asrama ini punya lumayan banyak mahasiswa muslim dan dari masa awal promosinya mengatakan bahwa mereka menyediakan makanan halal, maka bismillah... saya makan makanan yang mereka sediakan tersendiri terpisah dari makanan untuk non-muslim.
Kalau mau makan bebas worry mungkin penggemar Korea tahu 'surga' halalnya di Korea itu di Itaewon, Seoul. Saya udah datang kesana dua kali, jadi ini berada di satu gang yang menghubungkan dengan Seoul Central Masjid dan dalam gang itu ada beberapa outlet, toko dan rumah makan yang di khususkan untuk muslim, semua halal... bahkan kalau jalan kesini kita akan banyak melihat orang-orang arab, timur tengah juga saudara-saudara kita dari malaysia dan Indonesia dengan tampilan sangat muslim. Disinilah tempat kita nggak 'merasa sendiri' di Korea.
Secara keseluruhan....
Saya merasa bersyukur pada Allah SWT, karena meski saya khawatir sama iman saya sejak memutuskan berangkat di Korea (dan masih di khawatirkan sampai sekarang) tapi setidaknya tidak ada yang membuat saya tertekan dan membatasi saat saya menjalankan ibadah saya bahkan saya malah merasa banyak yang mempedulikan dan membantu saya disini.
Bahkan bisa dibilang mungkin dengan kasih sayang Allah, saya ditempatkan dimana orang Koreanya ini sangat memahami 'karakteristik' Islam bahkan menghormati. Ketika pertemuan acara-acara kampus mereka bela-belain beli pizza vegetarian yang bisa dibilang mahal. Bahkan mereka bela-belain belanja di pasar dan masak bersama karena untuk beli makanan disini terlalu riskan untuk muslim.
Bahkan mereka sediain tempat sholat di kampus demi membuat mahasiswa muslimnya nyaman. MasyaAllah... Dibawah ini adalah tempat sholat di kampus saya lengkap dengan Al-Qur'an terjemahan bahasa Korea.
Mungkin seterusnya cuma masalah saya harus terus mengoreksi diri sendiri dan mengatur waktu. Terkadang terlalu sibuk dan terlalu senang membuat saya mengurangi porsi kebiasaan ibadah saya saat masih di Indonesia, berhubung minimnya nuansa dan asupan 'Islami' disini dan itulah salah satu kesedihan dan kekhawatiran terbesar saya ketika tinggal di Korea.
Minta kawan semua untuk mendoakan saya agar studi saya berjalan dengan lancar tanpa mengesampingkan urusan akhirat saya sedikit pun. Stay Istiqomah... Insya Allah and Bismillah.
Sekian, singkat dulu saja, disambung nanti...
Wassalam...