Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...
Bismillahirohmanirohim
Saya tidak mengeluh tentang yang lebih berilmu ketika dia mengoreksi saudaranya yang masih salah, bersyukur dan Alhamdulillah.
Tapi terkadang ada beberapa orang juga yang jadi bikin kita merasa serba salah,
Ini cuma CURHATAN yaa.. atau mungkin sedikit kegalauan. Bukan upaya untuk menyudutkan atau mengkritisi satu pihak atau apapun.
Bismillah....
Ketika saya menceritakan tentang gelombang hijrah yang mengingatkan kebangkitan umat,
Membuktikan bahwa banyak orang yang setidaknya berkontribusi untuk membela ketika agamanya dihina dan tidak sanggup melihat agamanya jadi bully-bullyan terus menerus...
Mungkin saja banyak pihak yang tidak senang, mengkritik dan tidak ridho
Mungkin dengan aksi semacam 212 atau gerakan hijrah yang mungkin mereka anggap cuma framing atau tren.
Ada orang-orang yang menganggap hal seperti itu berlebihan, bisa dari orang yang bukan muslim maupun dari pihak semuslim, berbagai pendapat di ungkapkan, mengisyaratkan itu tidak membantu apapun untuk kehormatan agama,
Ketika mulai senang melihat saudara mulai berhijrah, berhijab, berganti pakaian taqwa
Merasa sejuk melihat perubahan teman seiman
Mungkin ada teman seiman lain yang berujar bahwa orang seperti itu masih di pertanyakan sunnahnya karena belum meninggalkan sepenuhnya kebiasaan yang lama, atau terkesan susah melepas embel-embel keduniaannya.
Melihat itu tentu ada yang menasehati dan mengingatkan....
Mungkin dari saudara memang ke ilmunya sudah mendahului dan lebih mantap imannya
Alhamdulillah...
Beberapa orang dari kita, kami, mereka atau kalian ada yang belum sempurna kaffahnya, kadang masih munafik.
Meski dengan sedikit ke munafikkan tapi masih terbesit niat untuk berubah, meski tidak bisa secara drastis, tidak bisa otomatis dan sekilas saja.
Kaum seperti ini bahkan sayapun memang terkadang iri dan selalu berharap bisa menjalankan sunnah dengan lurus dan ikhlas seperti orang-orang yang terlihat sangat baik imannya dan kukuh pendiriannya.
Berharap juga temasuk yang bermanhaj salaf, umat yang diakui Rasulullah
Banyak diantara saudara kita yang ilmunya tinggi,
Memang merasakan santunnya mereka bak melihat manusia minim dosa.
Bikin heran bagaimana orang bisa menahan nafsunya untuk sekedar marah apalagi dengki,
Bagaimana orang begitu ikhlas dan sabar menjalani imannya.
Tapi... diantara mereka ada juga yang bikin menciut iman kita...
Dan ada pula yang jadi mutung, merasa "Oke... sepertinya belum saatnya aku jadi orang alim, belum pantas, belum cukup ilmu."
Apakah yang anda rasakan jika saudara seiman yang asalnya mulai peduli agama, mungkin cara hidupnya memang masih sedikit berbeda dengan anda, tapi setidaknya ia sudah menyuarakan kepeduliannya pada agama, mulai belajar, ingin ikut membagikan ilmu anda lantas....
"Katanya hijrah tapi kok kayak ahli bid'ah... kok begini.... kok begitu???"
Saya sedih,
Bukan karena nggak mau menerima nasehat, tapi karena nasehatnya sepertinya tidak di sampaikan dengan tepat. Tidak bisa dicerna hati dengan lembut.
Seperti hadits Nabi (maafkan jika salah mengambil dalil
Kemudian dia melepas hijabnya, ada kan baru-baru ini kejadian seperti itu oleh seleb? Jadi apakah lebih baik kita melihat saudari kita kembali memakai pakaian terbukanya lagi, terbuka auratnya dari pada melangkahkan kakinya ke jalan hijrah walau masih di garis start?
“ Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Ali Imron: 159)
Baca Selengkapnya : https://rumaysho.com/782-lemah-lembutlah-dalam-bertutur-kata.html
“ Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Ali Imron: 159)
Baca Selengkapnya : https://rumaysho.com/782-lemah-lembutlah-dalam-bertutur-kata.html
Sepertinya PR kita adalah dakwah sesuai tingkat imannya dulu.
Seperti banyaknya orang yang seperti saya, hanya bersekolah di sekolah negeri, yang kala itu hanya belajar agama semingu sekali 1,5 jam, ngaji di TPQ, bukan anak pesantren, tidak tahu buku kuning, belum kaya akan dalil dan hadits.
Saat mereka mulai menyadari bahwa mereka harus mendekat dengan agama, mulai belajar, dengan menutup auratnya dengan hijab saja dia sudah melakukan hal besar yang sebelumnya tak terpikirkan.
Lantas di cecar karena kesalahan mereka dengan mengisyaratkan bahwa mereka selama ini sunnahnya hanya setengah-setengah.
Padahal mereka sudah bahagia ketemu hidayah, berusaha bertemu orang alim di kajian ini itu, dampaknya ada, jadi nggak ghibah karena mengganti pergaulan lama dan berkumpul dengan teman yang memikirkan agama pula, kemudian saling mengingatkan, jadi rajin dzikir dll
Kemudian dibilang jangan kajian seperti itu, ustadznya pun masih salah, dll..
Itu kayak sedang menimba air, mengumpulkan dalam bak, tiba tiba air itu semua mendidih lalu surut habis,
Kehilangan semangat.
Seperti contoh lagi, saya ini punya bibi yang kala itu sudah jamannya orang hijrah, dan dalam keluarga semua berhijab kecuali beliau.
Beliau adalah orang yang sangat fashionable, dengan itupun saya paham alasan kenapa beliau seakan masih berat berhijab, takut nggak keliatan cantik
Tapi pada satu saat si bibi di peringatin sama semua dan akhirnya berhijab meski ya begitu, jilbabnya yang di gulung, dililit-lilit ala apa yaaa...
Kita sih batin, hmmm... ternyata nggak bisa lepas dari kesan fashionnya
Tapi dilain pihak kita masih bersyukur, yang penting dia berhijab dululah, udah berhenti pake yang pendek atau kelewat ketat, sudah memperlihatkan identitas kemuslimannya, sudah belajar melangkah, nanti ilmunya pelan-pelan dia bakal ngerti, yang penting tutup aurat dulu, sambil jalan.
Meski benar, lebih baik ilmu dulu baru amal,
Tapi mungkin di berbagai kondisi kita bisa mendahulukan amalnya dulu, ilmunya sembari jalan dicari.
Seperti saat ada seseorang di acara Ustadz Zakir Naik, non muslim berkata, "Saya ingin masuk Islam, tapi saya masih berat karena harus meninggalkan makan babi dan alkohol. Kenapa harus meninggalkan babi? Apa alkohol tidak boleh meski tidak sampai mabuk?"
Dan ustadz Zakir Naik menjawab, "Yang penting masuk Islam lah dulu, nanti ilmunya akan kamu dapatkan berikutnya..."
Seperti inipun mungkin ada yang mengkritik saya, "apa kamu membiarkan kesalahan? Memangnya Rasul ajarin hijab fashion? nggak ngertikah hukum tabaruj?"
Maksud saya bukan begitu, tapi melihat watak orang-orang sekarang, tergantung pribadi masing-masing, banyak melihat semua yang langsung di tembak one shot, justru malah bikin orang lari, bikin orang takut dan enggan.
Mungkin ada saudara kita yang hijrah langsung bisa memakai hijab panjang, hijab syar'i.
Ada dari mereka yang diajak diskusi langsung nyatol, langsung meresap dihati
Tapi watak orang berbeda-beda.
Ada pula yang sudah di jelaskan dalil dari A-Z tetap menolak
Ada yang jadi percaya tapi belum bisayakin sepenuhnya
Ada yang masih labil iya dan enggak.
Kebanyakan tidak bisa secara ajaib bisa langsung kaffah setelah hijrah,
Dan selama dia ada maksud baik untuk berubah lebih baik minimal dari diri dia sendiri sebelumnya,
Kita dukung, meskipun dia bilang...
"Belum siap pakai rok / gamis..."
"Belum siap pakai jilbab panjang..."
Jangan di tembak, "Ya Allah mbak, kalau gini mah sama aja, berpakaian tapi telanjang. Sama aja bohong. Tetep dosa"
Sementara kita tak tahu tepatnya bagaimana Allah menilai amalan kita sesuai niat, mungkin kita bisa menyerang secara dalil terus menerus, tapi iman yang lemah itu bisa jadi belum bisa mendapat ilmu yang terlalu berat,
Haluslah pada hati yang belum lunak, kita tidak membenarkan mereka tapi memberitahu pelan-pelan.
"Iya pelan-pelan, Sambil terus belajar ya mbakk...." misal
Di kasih ilmu yang menyentuh hati. Kita memang tidak boleh membiarkan kesalahan, tapi hal-hal yang tidak dilarang keras maka biarkan dulu sambil di bilangi pelan-pelan.
Contohnya diriku, ketika cuma dibilang nggak berhijab = neraka, entah kenapa nggak nancep di hatiku yang masih keras itu,
Tapi begitu diberitahu hikmahnya, "Dengan berhijab kamu dimuliakan Allah, disayang Allah, badanmu yang cantik nggak dibiarin sembarangan dilihat orang sembarangan pula. Kecantikanmu terlalu berharga dilihat preman atau orang hidung belang di pinggir jalan... ih nggak mau banget kan."
Pelan-pelan tapi pasti, aku yang awalnya pake paris segiempat yang nerawang, akhirnya pake pashmina yang menutup dada, lalu akhirnya pake khimar panjang... itulah proses menurut tingkat pengetahuan dan iman juga yang insyaAllah, Allah menilai dengan ilmuNya sesuai niat kita. Dll...
Itu masalah hijab, masalah lain yang sering di perdebatkan juga banyak.
Masalah bagaimana kita berhijrah.
Ustadz mana yang kita datangi.
Menghardik keras dan menyalahkan bahwa sunnah kita dianggap tidak maksimal, menganggap ini itu bahkan mengatai ini dan itu
Dan jika ada satu kesalahan pada saudara kita, kesalahan dan ketidaksamaan dengan keyakinan kita atas beberapa ustadz, jangan nampak seperti menyimpulkan bahwa imannya telah gugur semuanya, langsung di tuduh sesat, langsung di tuduh ahlul bid'ah.
Padahal umat maupun ustadz yang dituduh syahadatnya ikhlas, padahal hanya Allah yang dipikirkan, meski khilaf kadang terlintas karena tiada kesempurnaan manusia.
Apalagi miris ketika saudara menganggap kami bukan termasuk 1 golongan diantara 73 golongan.
Menganggap hanya mereka jalan ahlus sunnah, sementara yang lain adalah 72 golongan yang akan masuk neraka. SubhanAllah.
Barusan ketika saya belajarpun, Salaf itu juga bukan sebutan sebuah kelompok atau perkumpulan tertentu. Salaf dalam pengertian adalah pengikut sunnah Rasulullah, dan tentu semua muslim ingin menjadi salaf, ahlus sunnah wal jamaah. Sebuah manhaj bukan mazhab.
*Saya fakir ilmu yang tidak punya kapasitas berdakwah, ini adalah curhatan berisi catatan.
Wallahualam.
Wassalamualaikum Warahmatulahi Wabarakatuh.
Bismillahirohmanirohim
Saya tidak mengeluh tentang yang lebih berilmu ketika dia mengoreksi saudaranya yang masih salah, bersyukur dan Alhamdulillah.
Tapi terkadang ada beberapa orang juga yang jadi bikin kita merasa serba salah,
Ini cuma CURHATAN yaa.. atau mungkin sedikit kegalauan. Bukan upaya untuk menyudutkan atau mengkritisi satu pihak atau apapun.
Bismillah....
Ketika saya menceritakan tentang gelombang hijrah yang mengingatkan kebangkitan umat,
Membuktikan bahwa banyak orang yang setidaknya berkontribusi untuk membela ketika agamanya dihina dan tidak sanggup melihat agamanya jadi bully-bullyan terus menerus...
Mungkin saja banyak pihak yang tidak senang, mengkritik dan tidak ridho
Mungkin dengan aksi semacam 212 atau gerakan hijrah yang mungkin mereka anggap cuma framing atau tren.
Ada orang-orang yang menganggap hal seperti itu berlebihan, bisa dari orang yang bukan muslim maupun dari pihak semuslim, berbagai pendapat di ungkapkan, mengisyaratkan itu tidak membantu apapun untuk kehormatan agama,
Ketika mulai senang melihat saudara mulai berhijrah, berhijab, berganti pakaian taqwa
Merasa sejuk melihat perubahan teman seiman
Mungkin ada teman seiman lain yang berujar bahwa orang seperti itu masih di pertanyakan sunnahnya karena belum meninggalkan sepenuhnya kebiasaan yang lama, atau terkesan susah melepas embel-embel keduniaannya.
Sunnah tapi kok pasang foto? Kok make up...Oke, mungkin secara sunnah, sesuai tuntunan Al-Qur'an dan As-sunnah ada sedikit salah, ada syubhat, atau memang salah.
Jangan-jangan pendukung bid'ah, jangan-jangan cuma biar dapet endors-an
Melihat itu tentu ada yang menasehati dan mengingatkan....
Mungkin dari saudara memang ke ilmunya sudah mendahului dan lebih mantap imannya
Alhamdulillah...
Beberapa orang dari kita, kami, mereka atau kalian ada yang belum sempurna kaffahnya, kadang masih munafik.
Meski dengan sedikit ke munafikkan tapi masih terbesit niat untuk berubah, meski tidak bisa secara drastis, tidak bisa otomatis dan sekilas saja.
Kaum seperti ini bahkan sayapun memang terkadang iri dan selalu berharap bisa menjalankan sunnah dengan lurus dan ikhlas seperti orang-orang yang terlihat sangat baik imannya dan kukuh pendiriannya.
Berharap juga temasuk yang bermanhaj salaf, umat yang diakui Rasulullah
Banyak diantara saudara kita yang ilmunya tinggi,
Memang merasakan santunnya mereka bak melihat manusia minim dosa.
Bikin heran bagaimana orang bisa menahan nafsunya untuk sekedar marah apalagi dengki,
Bagaimana orang begitu ikhlas dan sabar menjalani imannya.
Tapi... diantara mereka ada juga yang bikin menciut iman kita...
Melihat mereka jadi jadi bikin berantakan hati yang mulai tersusun,Ada yang tersadar jadi takut, makin tak tahu harus bergerak dengan cara apa...
Ya Allah aku salah...
Jangan-jangan imanku percuma selama ini...
Apakah amalan dan ibadahku selama ini akan sia-sia?
Ya Allah jangan-jangan aku masih sesat...
Kenapa jadi terasa berat...
Dan ada pula yang jadi mutung, merasa "Oke... sepertinya belum saatnya aku jadi orang alim, belum pantas, belum cukup ilmu."
Apakah yang anda rasakan jika saudara seiman yang asalnya mulai peduli agama, mungkin cara hidupnya memang masih sedikit berbeda dengan anda, tapi setidaknya ia sudah menyuarakan kepeduliannya pada agama, mulai belajar, ingin ikut membagikan ilmu anda lantas....
"Katanya hijrah tapi kok kayak ahli bid'ah... kok begini.... kok begitu???"
Saya sedih,
Bukan karena nggak mau menerima nasehat, tapi karena nasehatnya sepertinya tidak di sampaikan dengan tepat. Tidak bisa dicerna hati dengan lembut.
Seperti hadits Nabi (maafkan jika salah mengambil dalil
"Mudahkanlah setiap urusan & janganlah kamu mempersulit, berilah kabar gembira & jangan kamu membuatnya lari, & bersatu padulah!" (HR. Bukhari)Seperti saya yang awalnya nggak mau berhijab, kalau ada orang nyinggung,
"Muslim kok nggak berhijab? Neraka!"
"Berhijab tapi kok masih gini sih mbak, hijabnya kayak hiasan sih mbak, hijabnya bling-bling banget.."
"Kerudung dusta ya..."
"Gimmick ya... itu riya' mbak..."
Kemudian dia melepas hijabnya, ada kan baru-baru ini kejadian seperti itu oleh seleb? Jadi apakah lebih baik kita melihat saudari kita kembali memakai pakaian terbukanya lagi, terbuka auratnya dari pada melangkahkan kakinya ke jalan hijrah walau masih di garis start?
Baca Selengkapnya : https://rumaysho.com/782-lemah-lembutlah-dalam-bertutur-kata.html
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. (QS. Ali Imran : 159)
Baca Selengkapnya : https://rumaysho.com/782-lemah-lembutlah-dalam-bertutur-kata.html
sumber : wartakotalive.com |
Sepertinya PR kita adalah dakwah sesuai tingkat imannya dulu.
Seperti banyaknya orang yang seperti saya, hanya bersekolah di sekolah negeri, yang kala itu hanya belajar agama semingu sekali 1,5 jam, ngaji di TPQ, bukan anak pesantren, tidak tahu buku kuning, belum kaya akan dalil dan hadits.
Saat mereka mulai menyadari bahwa mereka harus mendekat dengan agama, mulai belajar, dengan menutup auratnya dengan hijab saja dia sudah melakukan hal besar yang sebelumnya tak terpikirkan.
Lantas di cecar karena kesalahan mereka dengan mengisyaratkan bahwa mereka selama ini sunnahnya hanya setengah-setengah.
Padahal mereka sudah bahagia ketemu hidayah, berusaha bertemu orang alim di kajian ini itu, dampaknya ada, jadi nggak ghibah karena mengganti pergaulan lama dan berkumpul dengan teman yang memikirkan agama pula, kemudian saling mengingatkan, jadi rajin dzikir dll
Kemudian dibilang jangan kajian seperti itu, ustadznya pun masih salah, dll..
Itu kayak sedang menimba air, mengumpulkan dalam bak, tiba tiba air itu semua mendidih lalu surut habis,
Kehilangan semangat.
Arti gambar diatas :Nggak mau kan kita jadi penyebab teman kita berbalik arah menjauh dari jalan hijrah??
Perempuan yang tidak pernah meninggalkan sholat dan ibadah fardu, sunnah dan ibadah malam masih punya masalah memakai hijabnya di depan umum.
Perempuan yang pakai make up tebal mungkin sudah hafal jus amma.
Dan perempuan yang pakai niqab mungkin sedang berusaha belajar membaca Al-Qur'an dengan tajwid.
Kenyataannya adalah kita semua sedang berusaha akan sesuatu, tidak ada orang yang sempurna dan orang berpikir bahwa seseorang dengan cara atau penampilan tertentu itu lebih alim.
Seperti contoh lagi, saya ini punya bibi yang kala itu sudah jamannya orang hijrah, dan dalam keluarga semua berhijab kecuali beliau.
Beliau adalah orang yang sangat fashionable, dengan itupun saya paham alasan kenapa beliau seakan masih berat berhijab, takut nggak keliatan cantik
Tapi pada satu saat si bibi di peringatin sama semua dan akhirnya berhijab meski ya begitu, jilbabnya yang di gulung, dililit-lilit ala apa yaaa...
Kita sih batin, hmmm... ternyata nggak bisa lepas dari kesan fashionnya
Tapi dilain pihak kita masih bersyukur, yang penting dia berhijab dululah, udah berhenti pake yang pendek atau kelewat ketat, sudah memperlihatkan identitas kemuslimannya, sudah belajar melangkah, nanti ilmunya pelan-pelan dia bakal ngerti, yang penting tutup aurat dulu, sambil jalan.
Meski benar, lebih baik ilmu dulu baru amal,
Tapi mungkin di berbagai kondisi kita bisa mendahulukan amalnya dulu, ilmunya sembari jalan dicari.
Seperti saat ada seseorang di acara Ustadz Zakir Naik, non muslim berkata, "Saya ingin masuk Islam, tapi saya masih berat karena harus meninggalkan makan babi dan alkohol. Kenapa harus meninggalkan babi? Apa alkohol tidak boleh meski tidak sampai mabuk?"
Dan ustadz Zakir Naik menjawab, "Yang penting masuk Islam lah dulu, nanti ilmunya akan kamu dapatkan berikutnya..."
Seperti inipun mungkin ada yang mengkritik saya, "apa kamu membiarkan kesalahan? Memangnya Rasul ajarin hijab fashion? nggak ngertikah hukum tabaruj?"
Maksud saya bukan begitu, tapi melihat watak orang-orang sekarang, tergantung pribadi masing-masing, banyak melihat semua yang langsung di tembak one shot, justru malah bikin orang lari, bikin orang takut dan enggan.
Mungkin ada saudara kita yang hijrah langsung bisa memakai hijab panjang, hijab syar'i.
Ada dari mereka yang diajak diskusi langsung nyatol, langsung meresap dihati
Tapi watak orang berbeda-beda.
Ada pula yang sudah di jelaskan dalil dari A-Z tetap menolak
Ada yang jadi percaya tapi belum bisayakin sepenuhnya
Ada yang masih labil iya dan enggak.
Kebanyakan tidak bisa secara ajaib bisa langsung kaffah setelah hijrah,
Dan selama dia ada maksud baik untuk berubah lebih baik minimal dari diri dia sendiri sebelumnya,
Kita dukung, meskipun dia bilang...
"Belum siap pakai rok / gamis..."
"Belum siap pakai jilbab panjang..."
Jangan di tembak, "Ya Allah mbak, kalau gini mah sama aja, berpakaian tapi telanjang. Sama aja bohong. Tetep dosa"
Sementara kita tak tahu tepatnya bagaimana Allah menilai amalan kita sesuai niat, mungkin kita bisa menyerang secara dalil terus menerus, tapi iman yang lemah itu bisa jadi belum bisa mendapat ilmu yang terlalu berat,
Haluslah pada hati yang belum lunak, kita tidak membenarkan mereka tapi memberitahu pelan-pelan.
"Iya pelan-pelan, Sambil terus belajar ya mbakk...." misal
Di kasih ilmu yang menyentuh hati. Kita memang tidak boleh membiarkan kesalahan, tapi hal-hal yang tidak dilarang keras maka biarkan dulu sambil di bilangi pelan-pelan.
Contohnya diriku, ketika cuma dibilang nggak berhijab = neraka, entah kenapa nggak nancep di hatiku yang masih keras itu,
Tapi begitu diberitahu hikmahnya, "Dengan berhijab kamu dimuliakan Allah, disayang Allah, badanmu yang cantik nggak dibiarin sembarangan dilihat orang sembarangan pula. Kecantikanmu terlalu berharga dilihat preman atau orang hidung belang di pinggir jalan... ih nggak mau banget kan."
Pelan-pelan tapi pasti, aku yang awalnya pake paris segiempat yang nerawang, akhirnya pake pashmina yang menutup dada, lalu akhirnya pake khimar panjang... itulah proses menurut tingkat pengetahuan dan iman juga yang insyaAllah, Allah menilai dengan ilmuNya sesuai niat kita. Dll...
Itu masalah hijab, masalah lain yang sering di perdebatkan juga banyak.
Masalah bagaimana kita berhijrah.
Ustadz mana yang kita datangi.
Menghardik keras dan menyalahkan bahwa sunnah kita dianggap tidak maksimal, menganggap ini itu bahkan mengatai ini dan itu
Dan jika ada satu kesalahan pada saudara kita, kesalahan dan ketidaksamaan dengan keyakinan kita atas beberapa ustadz, jangan nampak seperti menyimpulkan bahwa imannya telah gugur semuanya, langsung di tuduh sesat, langsung di tuduh ahlul bid'ah.
Padahal umat maupun ustadz yang dituduh syahadatnya ikhlas, padahal hanya Allah yang dipikirkan, meski khilaf kadang terlintas karena tiada kesempurnaan manusia.
Apalagi miris ketika saudara menganggap kami bukan termasuk 1 golongan diantara 73 golongan.
Menganggap hanya mereka jalan ahlus sunnah, sementara yang lain adalah 72 golongan yang akan masuk neraka. SubhanAllah.
Barusan ketika saya belajarpun, Salaf itu juga bukan sebutan sebuah kelompok atau perkumpulan tertentu. Salaf dalam pengertian adalah pengikut sunnah Rasulullah, dan tentu semua muslim ingin menjadi salaf, ahlus sunnah wal jamaah. Sebuah manhaj bukan mazhab.
Dari ustadz Khalid Basamalah : "Kajian manapun yang isinya menjelekkan ustadz lain jangan di datangi. Kalau ada yang salah kita hanya perlu dakwahi dan luruskan, kalau ada yang kurang dari dia bukan berarti harus di tolak dan di jauhi. Contoh Abu Hanifah, Imam Fiqih, Imam Mazhab. Beliau dikatakan hujjah di fiqih tapi lemah di hadits, nggak ada kan riwayat hadits beliau? Karena beliau lemah di hadits. Tapi Imam Malik yang sejaman sama beliau jadi Imam Hadits karena hafalan haditsnya kuat. Tapi nggak ada yang mengolok Abu Hanifah, nggak ada yang bilang 'Jangan datang ke kajian Abu Hanifah.' Sekarang banyak umat yang sibuk menghardik, mentahdzir yang lain. Ikut-ikutan semua, orang ini ngomong, jadi ikut-ikutan semua. Lah kalau orang ini salah, salah semua dan bagaimana memperbaiki nama orang yang sudah rusak? Apa manfaatnya? Kalau kita tahu ada yang salah menurut kita, datangi dan nasehati, terlebih masalah khilafiyah bukan asas. Masalah pendapat ulama, masih lebar dan panjang. Tapi ini main fitnah dan disebar. Wallahu alam." sumber : Abdullah Al Fayydh (Youtube)Seharusnya umat muslim lebih merapatkan ukhuwah, bersatu padu, saling menasehati dengan persaudaraan, orang kafir akan tertawa ketika kita memimpikan persatuan umat dan menjaga kehormatan agama tapi kita malah memecah belah diri seperti ini. Semoga Allah senantiasa memberi hidayah dan ridho di jalan lurus dan menjauhkan kita dari perkara dosa yang tak diampuni. Aamiin.
*Saya fakir ilmu yang tidak punya kapasitas berdakwah, ini adalah curhatan berisi catatan.
Wallahualam.
Wassalamualaikum Warahmatulahi Wabarakatuh.