Assalamualaikum..
Sudah lama nih nggak bahas soal mualaf, padahal selama ini setiap buka internet banyak sekali kisah mualaf inspiratif selama ini saya baca dan bikin hati ikut senang. Semoga bisa masuk blog saya semua ya... hehehe.
Salah satu hal manfaat kita mendengar kisah orang mualaf adalah agar kita yang orang asli muslim ini lebih bersemangat untuk belajar tentang agama dan beribadah. Orang yang tidak lahir dari keluarga Islam saja begitu bersemangat belajar Islam dan beribadah. Mereka bahkan begitu bangga dengan agama Islam. Masak kita kita yang dikaruniai status muslim sejak lahir masih aja melempem..
Kali ini saya mau membahas tentang muslimah baru dari negara sakura yang belum pernah saya ceritakan sebelumnya. Agak terkesan dengan oni-san (kakak) muslimah cantik satu ini. Dia pintar berbahasa Inggris, Malaysia, Indonesia bahkan sedikit bahasa Korea. Padahal secara umum Jepang kan negara yang kurang menerima bahasa Internasional. Tapi tidak dengan oni-san ini..
Muslimah Jepang lain & Arisa |
Ternyata.. semua berawal dari bahasa Malaysia. Bagaimana bisa?
Saat kuliah ia mempunyai keinginan untuk mengambil jurusan bahasa asing, hal yang tidak banyak diminati dan diketahui orang Jepang. Ibunya menyarankan agar dia mempelajari bahasa Malaysia, meskipun ia sedikit terkejut dengan pilihan ibunya, tapi ia kemudian benar-benar belajar bahasa Malaysia meski tetap di universitas Jepang.
Setelah belajar bahasa Malaysia selama 1 tahun, masih banyak kata-kata yang tidak ia mengerti dan ternyata kata-kata itu berkaitan dengan Islam, dan ia mengambil kelas yang mengajarkan tentang Islam.
Ia kemudian ke salah satu Masjid di Tokyo bersama temannya. Dia melihat ketika orang-orang sedang sholat, dan dia agak terkejut ketika mengetahui muslim melakukannya 5 kali dalam sehari pada Tuhannya. Ia pun penasaran bagaimana bisa muslim MAU melakukan itu. Saat itu pula dia berkesempatan memakai hijab untuk pertama kalinya, dan meskipun dia terbiasa dengan pakaian sexy sebelumnya, dia merasa sangat lega mengenakan hijab dan merasa seperti dihormati serta dihargai ketika mengenakan itu.
Ia kemudian menemukan hidayahnya di Malaysia, dia belajar di Malaysia selama sebulan dan hanya dalam kurun waktu tersebut banyak yang dia pelajari. Dia mencoba untuk full memakai hijab selama satu bulan dan belajar beberapa doa meski ia belum masuk Islam. Ia merasakan gerah pada awal ia mengenakan hijab, tapi ia merasakan kebahagiaan di hatinya. Dia terus berdoa, berharap mendapat hidayah karena sepertinya ia sudah mendapatkan ketenangan hati pada Islam, tapi masih sulit karena masalah pertimbangan dengan keluarga, teman dan juga pacarnya kala itu.
Tapi ia kemudian memilih untuk menjalankan apa yang dia yakini dalam hati, dan ia sangat percaya pada Allah sehingga diapun memutuskan untuk membaca shahadat dan masuk Islam.
***