Assalamualaikum ....
Bismillah...
"Sebaik-baiknya jihad adalah berkata yang benar di hadapan penguasa atau pemimpin yang zalim." (HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Pesta Demokrasi??
Saya agak geli mendengar itu. Pesta adalah dimana keadaan yang cenderung dengan rasa suka cita dan kegembiraan untuk siapapun, penggelar maupun tamu.
Apakah Demokrasi khususnya pemilu ini mendatangkan kesenangan untuk kedua belah pihak?
Penguasa dan rakyatnya......
Tanda tanya, tanda tanya, tanda tanya.
Ada kalah ada menang, rakyat terlanjur terbagi menjadi beberapa kubu sesuai dengan jumlah pasangan capres dan cawapres. Entah ini pertandingan sepak bola atau ajang pencarian bakat, kedua belah pihak yang bersaing nampak sindir-sindiran, cari vote sebanyak-banyaknya dengan berbagai cara, baik yang mengumpulkan suara atau pemilik suara tidak gratis untuk memainkan perannya.
Baliho yang hanya jadi pajangan mengganggu pemandangan jalan, tidak untuk di cermati, tapi hanya di lirik, apalagi caleg yang banyaknya kayak lihat album kenangan, banyak yang nggak kenal. Memasang sekian banyak foto, berharap di jangkau banyak mata, padahal menghafal wajah saja bukan jaminan bisa mengambil hati, apalagi hanya disertai satu dua baris slogan yang itu-itu saja nampak pencitraan saja.
Merakyat, adil dan sederhana...
Mendengar suara rakyat, menjaga NKRI, Pasti NKRI, Tetap Pancasila...
(Soalnya yang lain HTI... lainnya radikal....) GETOOO YAAA,
Setiap kota bahkan setiap sudut di pasang, belum lagi harus bagi-bagi stiker, brosur, dan yang naudzubillah kebangetan niatnya, sampe bagi bagi amplop, paketan, bahkan pernak pernik seperti gelas, mangkok, serbet, sll.
Lu kate souvenir kondangan???
Ini Indonesia... 250 juta rakyatnya.
Undang nikah 200 orang aja duitnya berat, T.T
Undang nikah 200 orang aja duitnya berat, T.T
Kemana tendensius tulisan saya akan pergi? Berpihak kubu 01, 02 atau rakyat?
Hidup saya tidak berlebih seperti artis yang merangkap youtuber, tidak juga miskin sampai susah makan, Alhamdulilah.... Jadi kemungkinan, meski tidak berlebih, saya Insya Allah masih bisa mencari penghidupan.
Tapi kalau di suruh milih maka saya akan lebih memilih pemimpin yang berusaha mencari rakyat yang susah, membela yang di zolimi, pemimpin yang gelisah karena rakyatnya masih tidak bisa hidup cukup ketimbang penguasa yang membangun infrastruktur, mungkin memanjakan sebagian orang yang mampu dan orientasinya adalah dirinya sendiri.
Dan
Demokrasi...
Secara sepintas sistem ini kelihatan 'merakyat' karena pemimpin dipilih oleh rakyat sendiri, kesannya seperti rakyat sangat berperan, sangat di perlakukan adil karena di pimpin oleh pemimpin yang mayoritas mereka pilih sendiri. Tapi apakah benar begitu?
I'm not sure....
Dan apa akibatnya dari sistem voting ini?
Ketika suara orang berilmu sama dengan suara penjahat, apakah kita yakin sistem ini adil??
Apakah anda akan bilang, Penjahat juga punya hak??
Atau jangan-jangan anda mau bilang melakukan kejahatan juga hak??
Brrrr....
Bahkan orang gila sja suruh milih, ini yang gila siapa??
Atau jangan-jangan anda mau bilang melakukan kejahatan juga hak??
Brrrr....
Bahkan orang gila sja suruh milih, ini yang gila siapa??
Dan bagaimana dengan orang terpencil yang tidak tahu apa-apa dan suaranya bisa dibeli??
Mereka nggak sadar semakin susahnya hidup mereka karena apa, dan tanpa sadar pula mereka bak mengextend kesulitan itu hingga 5 tahun ke depan karena sudah diberi paketan atau amplopan, dan mereka terlalu polos...
Bagaimana pula saat kita para pendukung saling hina, tebar fakta mungkin sah-sah saja, tapi bagaimana dengan fitnah yang sengaja di tebar untuk saling mempengaruhi?
Sampai akhirnya, mengungkap fakta dan menyebar fitnah terlihat 11-12 padahal beda.
Apa saja gonjang ganjing pemilu 2019 di mataku?
ISU AGAMA
Paling berhembus kencang di pilpres kali ini, bahkan mungkin menjadi bumbu utama, sebenarnya isu ini sudah terlihat di 5 tahun lalu, tapi tahun ini isu agama ini makin gencar, makin di giling, makin di goreng, apalagi setelah melihat realita 5 tahun jabatan.
Dan hal ini paling memuakkan.
Apakah dulu ada adu mulut soal manakah yang lebih Islami antara SBY dan Megawati?
Baru kali ini kan?
Apakah dulu ada orang muslim marah-marah karena agamanya di hina, tapi justru ia yang terusir, ia yang terlapor, dan ia yang dianggap bar-bar?
Nggak ada kan?
Ulama di fitnah, ulama di kriminalisasi, di PHP katanya mau dikeluarkan dari penjara, tapi eh gak jadi, karena presidennya di setir sama jenderal entah sapa itu namanyaaa... euuummmm...
5 tahun lalu, sebenarnya sudah ada desas-desus mengenai masalah dengan Islam dan Presiden baru, mungkin karena belum terlihat jelas, jadi banyak yang meragukan, tapi melihat kenyataan selama 5 tahun ini, banyak juga yang sadar akhirnya 'hijrah' beralih pilihan. Meski ada juga yang entah... anggap tak penting atau ada penutup di matanya, atau alasan lain yang melihat pihak seberang terlihat begitu bersalah. Jika kau mencintai agamamu, sebenarnya 5 tahun cukup menjelaskan untuk menetapkan pilihan.
IJTIMA ULAMA
"Dan sesungguhnya para ulama itu adalah pewaris Nabi-nabi. Dan
sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham dan mereka
hanya mewariskan ilmu, maka siapa-siapa yang mengambilnya berarti dia
telah mengambil bahagian yang sempurna”. Hadits ini shahih, dan Imam
Turmuzi, Ibnu Majah juga meriwayatkan Hadits tersebut.
Saya rasanya baru
dengar yang namanya ijtima ulama di pilpres kali ini. Atau mungkin dulu
ada, tapi karena yang dulu-dulu tidak seberapa urgent sehingga ijtima
ulama tidak harus di sebar luaskan.
Sampai ada kata 'Para Ulama sampai turun gunung'
Well,
meski kemarin rakyat sempat di hebohkan dengan dukungan terbuka ustadz kondang seperti ustadz Abdul Somad, Ustadz Adi Hidayat dan Aa Gym pada capres 02, tapi ijtima ulama yang mungkin lebih utama dan diambil menjadi pacuan dari ustadz-ustadz tersebut adalah bukan ulama yang sudah terlihat media atau ulama - ustadz kondang yang
kita lihat di TV atau youtube. Ini ulama yang jauh dari keduniawiannya, jauh dari hiruk pikuk popularitas, tentu lebih ikhlas dan perspektif hidupnya berbeda dengan kebanyakan kita yang kadang masih susah untuk melepas gelas keduniawiannya ini.
Beliau semua ini dikabarkan merasakan urgensi dan daruratnya Indonesia hingga turun tangan, mengabarkan bahkan berani untuk menyampaikan pada umat tentang dukungan pada salah satu capres, meski di gamangkan sebelumnya bahwa Masjid jangan di tempatkan menjadi ajang berpolitik, tapi ini saya lihat bentuk kepedulian mereka untuk membimbing jamaah untuk menentukan sesuatu yang lebih baik.
MUSLIM bersebrangan dengan Ijtima' Ulama?
Kita
tidak bisa memaksa semua orang punya pendapat yang sama dengan kita
adalah fakta dan tidak bisa dihindari. Perspektif hidup, cara menilai
seseorang, dasar memandang sesuatu. Termasuk antar saudara seiman, dalam
hal beribadah saja biasanya ada perbedaan pendapat apalagi sekedar
pemimpin.
Berbeda guru agama saja mungkin membawa perbedaan, berbeda panutan ulama apalagi.
Di tambah banyak sekali ke awaman, meski muslim tapi masih menuduh saudaranya radikal atau fanatik. Ada pula yang masih belum move on, terjebak pada
fitnah mengenai rekam jejak paslon yang di dukung para ulama padahal
belum pasti hal itu memang demikian. Sejarah Islam saja bisa di
menggokkan apalagi hanya sejarah seseorang. Atau adapula muslim yang
menganggap hal-hal yang sangat keagamaan atau tokoh agama tidak punya
kapasitas untuk menentukan hal-hal seperti politik dan negara.
Padahal kepemimpinan juga punya kaitan erat dengan syariat Islam, apalagi dengan kenegaraan.
Ada beberapa alasan, setidaknya kita memegang keyakinan bahwa PERBEDAAN ADALAH MUTLAK.
ULAMA SU'U
Kita juga sebenarnya perlu hati-hati, untuk menentukan mengikuti arahan seorang ulama. Tidak semua yang bergelar ulama lantas orang yang selalu benar ucapannya atau patut diikuti semua arahnya. Kita harus jernih memandang apakah ulama tersebut bersih dari kecondongan dari niat untuk mendapatkan bagian dari keduniawian atau murni karena ingin mengarahkan rakyat memilih pemimpin yang terbaik untuk ke maslahatan bersama.
“Akan muncul di akhir zaman orang-orang yang mencari dunia dengan agama. Di hadapan manusia mereka memakai baju dari bulu domba untuk memberi kesan kerendahan hati mereka, lisan mereka lebih manis dari gula namun hati mereka adalah hati serigala (sangat menyukai harta dan kedudukan). Alloh berfirman, “Apakah dengan-Ku (kasih dan kesempatan yang Kuberikan) kalian tertipu ataukah kalian berani kepada-Ku. Demi Diriku, Aku bersumpah. Aku akan mengirim bencana dari antara mereka sendiri yang menjadikan orang-orang santun menjadi kebingungan (apalagi selain mereka) sehingga mereka tidak mampu melepaskan diri darinya.” (HR: Tirmidzi)
Ulama su’ adalah peringkat ulama yang paling rendah, paling buruk dan paling merugi. Semua itu dikarenakan ia mengajak kepada kejahatan dan kesesatan. Ia menyuguhkan keburukan dalam bentuk kebaikan. Ia menggambarkan kebatilan dengan gambar sebuah kebenaran. Mereka tidak lain adalah para khalifah syetan dan para wakil Dajjal.
“Hindari oleh kalian tempat-tempat fitnah.” Beliau ditanya:”Apa itu tempat-tempat fitnah.”Beliau menjawab:’(tempat- tempat fitnah) adalah pintu-pintu para penguasa. Salah seorang diantara kalian masuk menemui seorang penguasa, lantas dia akan membenarkan penguasa itu dengan dusta dan menyatakan sesuatu yang tidak ada padanya.” [ Riwayat Dailami, ma rowahu al asathin fi ‘adamil naji’I ila salathin, Jalaludin as suyuthi ].
TIDAK NETRAL
Kecuali orang yang hanya mementingkan diri sendiri, orang yang acuh, dan orang yang tidak mengerti, orang yang memandang semua buruk maka memilih golput, dan sebenarnya ke netralan dalam 2 kubu yang berbeda itu hampir tidak mungkin, kecuali orang yang masa bodoh termasuk pada nasib dirinya sendiri.
Pun saya, I am muslim and aku memilih ijtima ulama.
Pun saya, I am muslim and aku memilih ijtima ulama.
DAMAI ATAU BODO AMAT?
Siapapun presidennya kita harus bersatu, siapapun pilihannya kita tetap bersaudara, jangan mau di pecah belah...
Dengar kata-kata itu emang adem ya guys... siapa sih yang nggak mau keadaan negaranya emang beneran begitu. Tak terkecuali aku yang cukup 'tersulut' karena fenomena pilpres kali ini (sebenarnya sejak 5 tahun lalu) meski sebagian ku lampiaskan pada tulisan, karena teman dekatku juga punya pilihan sama.
Meski aku sempet lama memendam, menahan diri untuk nggak memposting 'bukti-bukti' yang wajar bikin kita geram sebagai rakyat yang peduli. Tapi awalnya memposting semua di sosmed yang followersnya teman dekat juga, takut akan terjadi framing tentang diriku yang cuma kelihatan sotoy banget soal politik padahal bukan orang politik, atau disebut apalah...
Aku juga sebenarnya juga ingin menjadi orang yang BODO AMAT. Thats really cool, I thought.
Yah mungkin untuk perkara yang tidak ada hubungannya dengan kita atau sama orang banyak misal kayak fenomena artis nikah sama mantan pacar temannya, haduuuh bodo amat deh. Itu urusan mereka okayy...
Nah, perkara negara meskipun dengan kemenangan capres jagoan kita bukan lantas hidup kita berubah ke derajat yang lebih tinggi atau menggembungkan pundi uang kita, tapi setidaknya ini adalah ikhtiar menyumbang suara untuk tatanan negara yang lebih baik 5 tahun kedepan, ikhtiar agar alat kekuasaan tidak di tangan yang merugikan saudara kita, yang mungkin saja bisa berakibat secara langsung pada kita suatu saat kemudian, terkena dampak atas kebijakan pilpres yang terpilih.
FITNAH KEJI, KONFLIK & SALING TUDUH
Ini adalah klimaks dan keburukan fatal sistem demokrasi yang saya rasakan baru-baru ini.
Keributan ini secara aktif melibatkan seluruh rakyat. Karena masing-masing kubu ingin jagoannya menang, pasti para tim pemenang akan mengeluarkan segala postingan yang membuat satu calon akan lebih kecil nilainya dari calon lainnya, tujuannya sih sebenarnya ingin mempengaruhi orang yang tidak di kubunya atau orang yang dianggapnya masih tersesat.
Fine, kalau dilakukan secara fakta yang tepat sasaran meski tidak semua yang di klaim fakta adalah fakta, bisa jadi hanya hoax yang ditampakkan se real mungkin dan tidak semua hoax memang hoax. Ada hal yang sangat tertutupi tapi sebenarnya fakta.
Keambiguan terjadi lagi.
Fakta dan Hoax.
Yang lebih fatal adalah bagaimana lawan bukan saja memfitnah atau mengolok-olok capres tapi juga ulama-ulama yang mendukung. One word for you... apakah Jokowi lebih penting dari ulama??
If you say yes... Well... you're really not us, we're different.
HAQ DAN BATHIL
Yang lebih fatal adalah bagaimana lawan bukan saja memfitnah atau mengolok-olok capres tapi juga ulama-ulama yang mendukung. One word for you... apakah Jokowi lebih penting dari ulama??
If you say yes... Well... you're really not us, we're different.
HAQ DAN BATHIL
Meski di mata sebagian orang fakta terlihat seperti hoax dan hoax terlihat seperti fakta, tapi sebenarnya pilpres kali ini bukan hanya pertarungan anra bapak A dan bapak B tapi lebih ke memerangi bathil, memerangi kezholiman.
Haq dan Bathil terlihat jelas, kalai kalian pakai kacamata akhlak, moral dan kebangsaan, bukan melulu soal bagaimana di citrakan media dan bagaimana bangunan yang di hasilkan dari utang tanpa perhitungan urgensinya.
KENYATAANNYA........
KECURANGAN TSM (TERSTRUKTUR, SISTEMATIS, MASIF)
Dari pihak BPN Prabowo-Sandi ada sekitar 1200 laporan kecurangan masuk, Bawaslu mengabarkan ada 7.132 pelanggaran, sementara laporan terbaru di samping malah makin mengembang sebanyak 121.993 (entah salah itung apa nggak, wkwkwk) yang jelas sudah ribuan kasus masuk lalu apa kabar yang menyampaikan bahwa pemilu 2019 berjalan secara damai dan lancar.
Iiiiihhh... gemes banget!!
Apakah kita masih bisa percaya dengan sistem demokrasi??
Apakah kita masih bisa percaya pemerintah??
Apakah kita masih bisa percaya aparat dan oknum?
Sementara ketidak adilan diperlihatkan secara vulgar dari tahun ke tahun dan puncaknya pilpres kali ini.
Sangat konyoooooollll... mungkin dia nggak main sosmed kali yes |
THE DARK AGE OF INDONESIA
Baru 73 tahun memproklamirkan kemerdekaan tapi sudah mulai goyah, apakah ini The Dark Age of Indonesia atau masa kelam Indonesia? Carut marut dalam bidang ekonomi, sosial, budaya dan agama, cukong dan perompang secara transparan terlihat di depan mata masyarakat, goyahnya kerukunan beragama, mulai banyaknya konflik antar bangsa, rakyat dan pemerintah dimana-mana, termasuk pilpres yang baru saja di gelar kemarin, tidak menyisakan kesan selain..... MIRIS !!!
Pemilu
kali ini menurut beberapa pemerhati maupun pendapat pribadi saya adalah
pemilu terburuk sejarah Indonesia. Bagaimana tidak, belum mulai pilpres
di Indonesia tapi sudah di temukan berkarung-karung surat suara
tercoblos no.1 juga yang di temukan dalam kontainer di tanjung priok,
jutaan surat suara tercoblos sama.
Saat pemilunya,
banyak keterlambatan pelaksanaan pemilu termasuk di TPS saya, terlambat
sekitar 1,5 jam dan di tempat lain di tempat teman bahkan dalam cerita
beberapa orang di medsos, kasus surat suara habis hingga tercoblos juga
bukan main banyaknya.
Fasilitas nggak kalah melarat,
dengan anggaran negara 24 T, tapi bilik suara kerdus, kotak suarapun
kerdus yang di gembok, meski gembokkannya bisa di gunting (sigh), kalah sama pemilu jaman doeloe tahun enyak babe kita baru lahir, kotaknya terbuat dari kayu. Banyak
kertas suara dan kotak suara yang rusak terendam banjir meski para
oknum dengan berapi-api menyatakan bahwa ini demi penghematan negara dan
pilpres di lakukan di musim kemarau.
Kezaliman demi kezaliman makin terlihat jelas.
Apakah kasus seperti di samping tidak cukup menerangkan ada kepanikan, ketidak pedean hingga harus melakukan hal yang inskonstitusional??
Di lapangan kasus serupa, kasus penghilangan kotak suara pun banyak terjadi.
Kesalahan input juga adalah masalah serius yang sedang dihadapi rakyat, kekhilafan melakukan kesalahan yang lebih terlihat
sebagai kecurangan itu terlihat dan terjadi terus menerus, unsur sengaja juga
terlihat jelas. Bagaimanapun mungkin sebagian besar atau hampir semua
kesalahan input hanya dengan menambah jumlah 01 dan mengurangi 02???
Sekelas
KPU dan Polisi pun dengan frontal seperti memperlihatkan ketidak
adilannya dengan berbagai dalih.
Kekejian seperti bau busuk, meski terus berusaha di sembunyikan tapi terus terlihat.
Mana mungkin lembaga negara bisa melakukan perbuatan biadab macam ini?? Gambar di samping hanyalah 2 bukti diantara ratusan atau ribuan bukti kesalahan penginputan C1 karena SALAH NIAT yang ditemui oleh para simpatisan 02. Yang gak ketahuan bagaimana? Wallahualam.
Berdalih salah input, kelelahan, apakah bisa di terima sementara pihak yang dirugikan konsisten salah satu kubu saja, dan apakah melihat pemalsuan dan
perekayasaan yang sangat mencolok ini kita sebagai rakyat masih bisa menaruh percaya pada mereka?
Pak
polisi kemana? Apakah hanya oposisi yang di tindak jika melakukan
kesalahan tapi para kaum petahana zalim dilindungi bahkan cenderung ditutupi kesalahannya.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang mana??
ANDA TIDAK PANCASILA !
Kalian yang menodai Kesatuan Rakyat Indonesia, kalian penjajah, penjahat masyarakat, Tuhan lihat perbuatan anda sekalian. Kalian yang buat rakyat makin berpecah belah, silahkan di pertanggung jawabkan di akhirat dan semoga azab yang dimintakan ratusan atau ribuan orang rakyat pada anda sekalian karena tidak berlaku adil segera diberikan untuk membuat anda bisa segera kejalan yang benar.
Simak Pengakuan Mantan Staff Entry KPU Tahun 2004 berikut :
"Ihhh... dasar pendukungnya 02 ini nggak mau terima kenyataan. Kalah ya kalah... Quick Count disalahin Real Count KPU juga tetep ngotot pingin menaaaaaangg...."
Pasti banyak cebi yang nyinyiers macam itu, mereka yang disebut IQ 200 sekolam itu sendiri yang tidak bisa melihat kenyataan
Kecurangan yang begitu brutal di lapangan dianggapnya akal-akalan kubu 02 saja. Satu kata buat cebi...
'Maling teriak maling.'
Well nanti ku lanjut di postingan lainnya.
Melihat berita seperti ini apa yang di benak anda? Masihkah kita layak menyebut ini adalah pesta demokrasi??
Bagi yang nggak golput tahu dong bahwa pencoblosan kemarin tanggal 17 April 2019 tidak hanya pencoblosan kertas suara tapi ada 3 - 4 suara lain yang harus dipilih juga. Perhitungannya sudah memakan waktu biaya, bahkan sampai mengambil nyawa orang tapi masih saja rezim sampai hati terang-terangan tidak melawan semua kecurangan ini.
Mungkinkah kecurangan terang-terangan?
Masalahnya sekarang era digital, sedetail apapun bisa dikuak, beda sama beberapa tahun lalu ketika euforia dan kecurigaan kecurangan belum begitu besar. Jadi meskipun mereka berdalih manamungkin curang kalau kelihatan? Ini masalah ketahuan atau tidaknya saja. Bayangkan dari 800 ribu lebih TPS apakah rakyat harus meneliti satu-satu, untuk mengkoreksi kesalahan yang kadang sangat tidak masuk akal seperti mencoret angka, mentipe-ex sampai memalsukan C1, lah terus mereka dibayar untuk apa kalau merugikannya berantai dan cendrung konsisten di kubu 02., bukankah ini sudah tindak pidana berat? Kemana aparat yang katanya paling pancasila itu ngumpet??
Suara rakyat di kebiri, di curi, di hilangkan padahal di lapangan orang yang bekerja keras demi perhitungan yang benar sampai mempertaruhkan nyawa, apakah kalian para rezim senang melihat ini?
Mempermainkan ratusan juta rakyat, tak peduli pengorbanan, penderitaan dan kemarahan, tanpa satu ucapan maaf terus membela diri, bahkan berusaha menyembunyikan kenyataan di balik kebohongan besar yang dahsyat.
Ini bukan ujaran kebencian. InsyaAllah ini hasil tabayyun panjang menggunakan AKAL SEHAT, saya sebagai warga hanya bersedih dan merasa memiliki hak untuk menyaksikan keadilan di negaranya dan menuntut pemerintah yang mengaku pancasila itu untuk berlaku sesuai slogan dirinya tersebut. Ingatlah akhirat, umur tinggal berapa, mati dalam kemurkaan rakyat yang merasa di tipu dan di zolimi. Sendiri dalam kubur menerima hukuman jauh lebih berat ketimbang hanya sekedar hukuman di pecat atau di turunkan jabatan.
APAKAH KALIAN MASIH YAKIN DENGAN ADANYA TUHAN??
SERIUS TANYA.
Baca Juga >> Getir rakyat di atas isu tipu daya para pemimpin
>> Media Massa Zalim Kepada Umat Islam
Wasaalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Bagi yang nggak golput tahu dong bahwa pencoblosan kemarin tanggal 17 April 2019 tidak hanya pencoblosan kertas suara tapi ada 3 - 4 suara lain yang harus dipilih juga. Perhitungannya sudah memakan waktu biaya, bahkan sampai mengambil nyawa orang tapi masih saja rezim sampai hati terang-terangan tidak melawan semua kecurangan ini.
Mungkinkah kecurangan terang-terangan?
Masalahnya sekarang era digital, sedetail apapun bisa dikuak, beda sama beberapa tahun lalu ketika euforia dan kecurigaan kecurangan belum begitu besar. Jadi meskipun mereka berdalih manamungkin curang kalau kelihatan? Ini masalah ketahuan atau tidaknya saja. Bayangkan dari 800 ribu lebih TPS apakah rakyat harus meneliti satu-satu, untuk mengkoreksi kesalahan yang kadang sangat tidak masuk akal seperti mencoret angka, mentipe-ex sampai memalsukan C1, lah terus mereka dibayar untuk apa kalau merugikannya berantai dan cendrung konsisten di kubu 02., bukankah ini sudah tindak pidana berat? Kemana aparat yang katanya paling pancasila itu ngumpet??
Suara rakyat di kebiri, di curi, di hilangkan padahal di lapangan orang yang bekerja keras demi perhitungan yang benar sampai mempertaruhkan nyawa, apakah kalian para rezim senang melihat ini?
Mempermainkan ratusan juta rakyat, tak peduli pengorbanan, penderitaan dan kemarahan, tanpa satu ucapan maaf terus membela diri, bahkan berusaha menyembunyikan kenyataan di balik kebohongan besar yang dahsyat.
Ini bukan ujaran kebencian. InsyaAllah ini hasil tabayyun panjang menggunakan AKAL SEHAT, saya sebagai warga hanya bersedih dan merasa memiliki hak untuk menyaksikan keadilan di negaranya dan menuntut pemerintah yang mengaku pancasila itu untuk berlaku sesuai slogan dirinya tersebut. Ingatlah akhirat, umur tinggal berapa, mati dalam kemurkaan rakyat yang merasa di tipu dan di zolimi. Sendiri dalam kubur menerima hukuman jauh lebih berat ketimbang hanya sekedar hukuman di pecat atau di turunkan jabatan.
APAKAH KALIAN MASIH YAKIN DENGAN ADANYA TUHAN??
SERIUS TANYA.
Baca Juga >> Getir rakyat di atas isu tipu daya para pemimpin
>> Media Massa Zalim Kepada Umat Islam
Wasaalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh