Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. 16:125)
Afwan.. Bukannya mengajari atau menyarankan kalian untuk berdebat tentang agama. Tapi hanya mau menyampaikan beberapa hal yang boleh jadi penting untuk diketahui atau sekedar untuk diketahui tentang debat agama ini yang kadang nggak bisa dihindari dan nggak sengaja di temui. Jangan sampai donk kita salah ambil sikap lalu mengorbankan nama Islam itu sendiri. :)
Oke, TOLONG DI PAHAMI LAGI. Dengan mengeluarkan posting yang berbau lintas agama seperti ini saya tidak bermaksud mengajak menyulut api dengan teman non-muslim apalagi teman-teman saya sendiri yang tidak pernah terlibat adu argumentasi dengan saya. Karena ini saya menujukan pada orang-orang yang biasa berada dalam ruang lingkup debat. Kalau sedang pada kepentingan tidak berdebat, memilih saling toleransi, meski kita berbeda agama ya mari saling bersandingan bersaudara. :)
Karena kami tentu akan 'membalas' donk kalau ada pihak non-muslim yang mau mengadu argumen, sementara yang tidak ya tentu saling realistis saja.
Awal kali saya mendalami Islam memang murni karena hidayah. Selanjutnya ketika saya mulai mencari referensi belajar yang lebih dalam yang juga banyak dari internet tentu nggak bisa dihindari untuk melihat hal-hal yang terselip maupun terang-terangan yang berbau cemooh, fitnah dan penghinaan terhadap Islam.
Berawal dari itu saya mulai menyimak banyak kegiatan debat atau istilah halusnya diskusi antar agama. Ada yang bersuasana tenang ada pula yang gondok-gondokkan bahkan bicara kasar. Saya mah masih belum mau terlibat kala itu karena masih belajar. Mungkin karena awalnya saya muslim yang awam dan nggak tahu banyak sampe mendalam, dengan semua tuduhan dan argument yang kadang mainstream kadang juga terselubung saya menjadi panas banget. Ternyata sungguh berjibun fitnahan menyakitkan seperti ini. Mungkin kalau di tujukan pada orang muslimnya tidak sesakit jika mereka menghina habis-habisan Nabi Muhammad SAW, Al-Qur'an bahkan Allah SWT. Awww ~ berani banget!! Allah kan pencipta mereka juga.
"...dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati." (QS.3:186)
Semua kadang terkesan asal-asalan, bebal, mengedepankan omongan kasar dan beberapa diantaranya saya lihat cuma debat yang terkesan buang-buang waktu karena pihak lawan hanya bisa mengkontradiksi Al-Qur'an tapi kitabnya sendiri nggak paham -_-'' Dan tudingan kontradiksi Al-Qur'an itu hanya aduan konyol, karena biasanya karena mereka nggak ngerti tentang kiasan dalam terjemahan Al-Qur'an. Ya memang bahasa Al-Qur'an yang aslinya kan sungguh sangat agung bahasanya, terjemahannya ya nggak bisa diterjemahkan dengan bahasa sepele seperti sehari-hari donk...
Itu sedikit pendapat aku dan begini dari si orang yang sangat berpengalaman di bidangnya. Yuuk simak..
'Kegilaan' ini dimulai
ketika saya terpancing terjun terlibat dalam debat di forum-forum lintas agama
yang banyak tersedia di internet. Awal mulanya hanya karena emosi disaat secara
kebetulan saya iseng-iseng membaca-baca debat yang ada. Sebelumnya saya tidak
begitu tertarik, alasannya karena 'takut terpengaruh' dan bisa menjadi murtad
membaca argumentasi dari non-Muslim yang kelihatannya sudah terlatih
mempelajari agama Islam di tempat mereka, mungkin materi pelajaran 'memelintir
ayat Al-Qur'an' sudah menjadi kurikulum wajib di seminari-seminari dan hati tidak rela membaca
tulisan non-Muslim yang secara sembarangan menghina Allah, nabi Muhammad, ajaran
Islam, Al-Qur'an dan hadits.
Banyak dari tulisan yang saya baca telah memperlakukan ajaran Islam secara tidak adil, memfitnah dan dari sudut pandang pengetahuan agama saya yang sangat kurang, jelas merupakan pelintiran. Belum lagi hujatan dan caci-maki yang menghina Allah serta nabi Muhammad dengan tuduhan-tuduhan yang tidak masuk akal, sampai saya membathin sendiri :"Kalau apa yang dituduhkan mereka tersebut memang benar, pasti saat ini ajaran Islam sudah lenyap karena ditinggalkan orang. Sebusuk-busuknya manusia, mereka tidak mungkin mengikuti suatu ajaran yang dituduh menyuruh memancung leher musuh dimanapun ditemui, menyiksa wanita, menghalalkan berbohong dan menipu, dst..", mana ada yang mau mengikuti ajaran seperti itu..? bahkan bandit yang paling keji-pun mikir-mikir mau jadi pengikutnya. Faktanya, bahkan gelombang manusia yang beralih memeluk Islam justru datang dari kalangan intelektual yang berpendidikan di Eropah dan Amerika, kebanyakan bukan melalui paksaan ataupun motivasi duniawi, tapi karena mereka berinteraksi dengan Al-Qur'an, hadits dan nilai-nilai Islam yang dipraktekkan oleh pemeluk-pemeluknya.
Awalnya dengan modal pengetahuan agama yang sangat minim, boleh dikata hanya tahu bacaan Al-Fatihah dan beberapa surat pendek 'triqul' - Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas, berusaha ikut menyanggah tuduhan-tuduhan yang saya nilai tidak benar dan tidak adil terhadap Islam. Serangan dan jawaban balik lalu memaksa saya untuk akhirnya membolak-balik kitab tafsir, mencari-cari ayat yang dipermasalahkan, bagaimana pendapat para ulama, dimana letak melencengnya tuduhan, lalu berusaha memperkaya referensi dari sumber hadits, dilihat derajatnya apakah shahih atau tidak, bahkan mendalami kosakatanya dengan membuka kamus Arab. Istilahnya melakukan apologi iman. Secara perlahan pemahaman saya bertambah sejalan dengan makin intensnya bergiat dalam forum debat lintas agama tersebut.
Disisi lain, saya yang dulunya sama sekali tidak mengenal kitab suci agama lain menjadi terdorong untuk mulai membaca-baca sebagai bahan perbandingan. <== Pemilik blog juga melakukan ini). Ini dilakukan karena biasanya selain melakukan serangan terhadap ajaran Islam, pihak non-Muslim tidak lupa melakukan 'jualan obat' tentang kehebatan ajaran agama mereka, dan sesuai karakter orang jualan obat, berlaku prinsip memperlihatkan bagian yang indah, menutup bagian yang jeleknya. Pengalaman selanjutnya memang memunculkan hal positif bagi diri sendiri. Banyak pertanyaan logis yang disampaikan terkait kitab suci agama lain menjadi sesuatu yang tidak berjawab sampai sekarang, kalaupun ada jawaban biasanya disertai 'mata yang membelalak' dan seolah-olah mengatakan :"Ente sudah mengerti khan..??".
Berdebat dalam soal perbandingan agama sebenarnya tidak ada urusannya dengan keimanan. Jangan sampai berpikiran bahwa pihak yang merasa memenangkan perdebatan otomatis akan beranggapan lawan yang 'mati kutu' akan terpengaruh dan keimanannya menjadi goyah, lalu pindah agama. Allah sendiri menyatakan :
Barangsiapa yang disesatkan Allah, sekali-kali kamu tidak mendapatkan jalan (untuk memberi petunjuk) kepadanya. (An-Nisa 88)
Dan barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak seorangpun yang dapat menyesatkannya. Bukankah Allah Maha Perkasa lagi mempunyai (kekuasaan untuk) mengazab? (Az-Zumar 37)
Kesesatan dan petunjuk semata-mata menjadi urusan Allah. Anda mungkin saja akan terpengaruh dengan argumentasi lawan debat, lalu linglung dan bahkan murtad. Kalau didalami baik-baik semuanya pasti ada penyebabnya, bahwa dalam diri anda sudah ada bibit-bibit untuk menjadi sesat, bisa jadi karena kesombongan, atau juga ada prasangka buruk kepada Allah.
Banyak dari tulisan yang saya baca telah memperlakukan ajaran Islam secara tidak adil, memfitnah dan dari sudut pandang pengetahuan agama saya yang sangat kurang, jelas merupakan pelintiran. Belum lagi hujatan dan caci-maki yang menghina Allah serta nabi Muhammad dengan tuduhan-tuduhan yang tidak masuk akal, sampai saya membathin sendiri :"Kalau apa yang dituduhkan mereka tersebut memang benar, pasti saat ini ajaran Islam sudah lenyap karena ditinggalkan orang. Sebusuk-busuknya manusia, mereka tidak mungkin mengikuti suatu ajaran yang dituduh menyuruh memancung leher musuh dimanapun ditemui, menyiksa wanita, menghalalkan berbohong dan menipu, dst..", mana ada yang mau mengikuti ajaran seperti itu..? bahkan bandit yang paling keji-pun mikir-mikir mau jadi pengikutnya. Faktanya, bahkan gelombang manusia yang beralih memeluk Islam justru datang dari kalangan intelektual yang berpendidikan di Eropah dan Amerika, kebanyakan bukan melalui paksaan ataupun motivasi duniawi, tapi karena mereka berinteraksi dengan Al-Qur'an, hadits dan nilai-nilai Islam yang dipraktekkan oleh pemeluk-pemeluknya.
Awalnya dengan modal pengetahuan agama yang sangat minim, boleh dikata hanya tahu bacaan Al-Fatihah dan beberapa surat pendek 'triqul' - Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas, berusaha ikut menyanggah tuduhan-tuduhan yang saya nilai tidak benar dan tidak adil terhadap Islam. Serangan dan jawaban balik lalu memaksa saya untuk akhirnya membolak-balik kitab tafsir, mencari-cari ayat yang dipermasalahkan, bagaimana pendapat para ulama, dimana letak melencengnya tuduhan, lalu berusaha memperkaya referensi dari sumber hadits, dilihat derajatnya apakah shahih atau tidak, bahkan mendalami kosakatanya dengan membuka kamus Arab. Istilahnya melakukan apologi iman. Secara perlahan pemahaman saya bertambah sejalan dengan makin intensnya bergiat dalam forum debat lintas agama tersebut.
Disisi lain, saya yang dulunya sama sekali tidak mengenal kitab suci agama lain menjadi terdorong untuk mulai membaca-baca sebagai bahan perbandingan. <== Pemilik blog juga melakukan ini). Ini dilakukan karena biasanya selain melakukan serangan terhadap ajaran Islam, pihak non-Muslim tidak lupa melakukan 'jualan obat' tentang kehebatan ajaran agama mereka, dan sesuai karakter orang jualan obat, berlaku prinsip memperlihatkan bagian yang indah, menutup bagian yang jeleknya. Pengalaman selanjutnya memang memunculkan hal positif bagi diri sendiri. Banyak pertanyaan logis yang disampaikan terkait kitab suci agama lain menjadi sesuatu yang tidak berjawab sampai sekarang, kalaupun ada jawaban biasanya disertai 'mata yang membelalak' dan seolah-olah mengatakan :"Ente sudah mengerti khan..??".
Berdebat dalam soal perbandingan agama sebenarnya tidak ada urusannya dengan keimanan. Jangan sampai berpikiran bahwa pihak yang merasa memenangkan perdebatan otomatis akan beranggapan lawan yang 'mati kutu' akan terpengaruh dan keimanannya menjadi goyah, lalu pindah agama. Allah sendiri menyatakan :
Barangsiapa yang disesatkan Allah, sekali-kali kamu tidak mendapatkan jalan (untuk memberi petunjuk) kepadanya. (An-Nisa 88)
Dan barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak seorangpun yang dapat menyesatkannya. Bukankah Allah Maha Perkasa lagi mempunyai (kekuasaan untuk) mengazab? (Az-Zumar 37)
Kesesatan dan petunjuk semata-mata menjadi urusan Allah. Anda mungkin saja akan terpengaruh dengan argumentasi lawan debat, lalu linglung dan bahkan murtad. Kalau didalami baik-baik semuanya pasti ada penyebabnya, bahwa dalam diri anda sudah ada bibit-bibit untuk menjadi sesat, bisa jadi karena kesombongan, atau juga ada prasangka buruk kepada Allah.
Sebaliknya mungkin juga pihak lawan ada yang terpengaruh lalu menjadi mualaf
karena debat. Jangan sampai punya pikiran bahwa keimanan yang muncul dalam
qalbunya gara-gara 'kehebatan' argumentasi anda. <== That's so Right dear!!==> Itu disebabkan karena dalam
dirinya memang sudah ada bibit-bibit kebaikan, rasa ingin tahu, kejujuran untuk
menyelamatkan diri, tidak ingin tersesat, lalu Allah menyelamatkannya dengan
memberikan hidayah.
Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan debat atau diskusi lintas agama..
Masalahnya muncul ketika ragam debat yang tersedia menyajikan 'menu yang bervariasi', ada 'full' caci-maki, pakai gaya 'bolotisme' - mengulang-ulang permasalahan dan pertanyaan yang sudah dijawab lawan, lalu adu stamina untuk saling ngotot siapa yang bakalan memberikan 'pukulan terakhir', forum yang lain bisa sedikit menahan diri dengan menyampaikan pertanyaan santun berdasarkan sumber referensi yang jelas dan lengkap, termasuk hasil analisa 'ala' orang kafir.
Secara garis besar terdapat beberapa kategori pihak non-Muslim yang terlibat dalam diskusi dengan pihak Islam :
1. Melulu berusaha mengajak lawan agar bisa menerima kebenaran ajaran mereka. Biasanya karakter pendebat seperti ini tidak begitu menggubris soal ayat-ayat Al-Qur'an, hadist atau juga sejarah Islam, mereka rajin mengutip ayat-ayat kitab sucinya yang berisi ajakan kepada kebaikan, sekalipun secara tidak langsung ada juga yang isinya membantah dan menolak materi yang ada dalam Islam, misalnya soal kebaikan hidup dengan perkawinan monogami, pasti akan mengkoreksi konsep poligami.
Untuk kategori ini, kita sebaiknya tidak perlu 'mengadakan perlawanan'. Hormati hak orang lain untuk berdakwah. Ataupun kalau mau menanggapi, ajukan pertanyaan untuk memperdalam apa yang dilontarkannya, tanyakan dalil-dalilnya lalu sampaikan argumentasi logis tentang kaitan-kaitannya. Kalau anda menemukan adanya ayat-ayat dalam kitab sucinya yang bertolak-belakang dengan apa yang disampaikan, tanyakan kontradiksinya, dan biarkan dia menjelaskan sendiri argumentasinya selogis yang dia mampu.
2. Kategori pendebat berikut adalah orang-orang yang sering mengutip ayat-ayat Al-Qur'an dan hadits ataupun sumber ajaran Islam lain, dengan tujuan untuk 'membongkar kesesatannya'. Termasuk dalam kategori ini adalah hujatan kepada Rasulullah, tentang pernikahan beliau, kepemimpinan yang dianggap kejam dan suka berperang, sampai peristiwa wafatnya Rasulullah juga bakalan diungkit-ungkit. Materinya sebenarnya sudah banyak yang usang dan penjelasan yang lengkap dari umat islam sudah banyak juga disampaikan, namun dipastikan pertanyaan dengan gaya ini akan selalu muncul.
Untuk yang beginian, anda bisa menjadikan mereka sebagai 'sparring partner', perlu dipelihara karena dengan keaktifan merekalah anda bisa membolak-balik Al-Qur'an dan kitab tafsir, googling di internet mencari materi jawaban, mendalami kosakata bahasa Arab, membongkar-bongkar kitab hadits. Mereka bisa berfungsi sebagai 'minyak' yang membakar api semangat anda untuk makin intens mendalami ajaran islam.
Beberapa aktivis debat saya perhatikan melengkapi tanggapan mereka dengan mengajukan pertanyaan balik dengan thema yang sama, misalnya ketika pihak Muslim ditanya :"Mengapa dalam ajaran agama anda dikatakan Allah menyesatkan manusia..?", lalu setelah dijelaskan maka diajukan pertanyaan balik ;"Memangnya dalam agama anda Tuhan tidak menyesatkan manusia..?", dan kemudian disampaikan kutipan ayat-ayat dalam kitab suci mereka yang mengindikasikan hal tersebut. bagi saya hal ini bisa saja dipraktekkan, namun sebenarnya tidak begitu bermanfaat buat pemahaman kita terhadap ajaran agama kita sendiri.
3. Ada lagi karakter pendebat non-Muslim, yaitu 'mencatut' ayat-ayat Al-Qur'an dan hadist dengan tujuan untuk membenarkan klaim-klaim yang ada dalam ajaran agama mereka, biasanya ini khusus dilakukan oleh kaum Kristen karena banyak isi ajaran dari Islam dan Kristen yang bersinggungan. Cara yang dilakukan adalah dengan memotong-motong ayat, menyambung-nyambungnya agar sesuai dengan pernyataan kitab sucinya tentang hal tertentu. Contoh yang paling sering adalah mengutip surat al-Faatihah 'Tunjukilah kami jalan yang lurus', lalu dicantelkan kepada ayat alkitab 'Yesus berkata akulah jalan menuju Bapa'. Atau pernyataan Al-Qur'an yang menyebut Isa Almasih adalah 'kaalimah' dari Allah, dikaitkan dengan konsep 'Yesus adalah firman yang menjelma menjadi manusia'.
Untuk meladeni karakter model ini, maka selain kita harus rajin membuka-buka Al-Qur'an dan hadist, mencari dan melengkapi ayat-ayatnya supaya bisa diungkapkan isi yang sebenarnya, dilihat konteksnya, dilihat ayat-lain yang menjelaskannya, juga sedikit banyak harus mempelajari ayat-ayat yang ada dalam alkitab juga dengan tujuan sama, melihat ayatnya secara utuh sehingga bisa diungkap apa tujuan dari pernyataan-pernyataannya, karena kelakuan Kristen memotong dan menyambung ayat Al-Qur'an dan hadits sering juga dilakukan mereka untuk ayat alkitab mereka sendiri.
Yang harus ditanamkan dalam pikiran kita ketika memulai debat lintas agama adalah :
1. Jangan sampai terlalu berambisi untuk membuat lawan debat mengerti dan mengakui pendapat anda, apalagi bermimpi untuk meng-Islamkan kafir. Sering para pendebat sudah mematok sikap :"Pokoknya tidak paham..", sebelum mereka terjun dalam suatu perdebatan. yang penting buat anda adalah : ambil pointnya, lalu dalami materi dan referensinya UNTUK MENAMBAH PEMAHAMAN BAGI DIRI SENDIRI. Banyak kalangan umat Islam sendiri yang alergi dengan debat seperti ini, mereka biasanya mengatakan :"Tidak ada gunanya, urusan keimanan adalah urusan masing-masing, tidak perlu mengobok-obok ajaran agama lain..", namun pada sisi lain mereka juga tidak mau mendalami ajaran agama mereka sendiri, yang penting hidup damai dan tidak saling mengganggu. Perdebatan antar agama adalah suatu keniscayaan, tidak diladenipun pertanyaan dan gugatan akan selalu dilontarkan orang, begitu yang terjadi sejak dahulu kala sejak jaman Rasulullah. Dijaman sekarang ini, materi debat akan langsung masuk sampai keruangan rumah melalui internet, mau diabaikanpun bakalan tetap terbaca. Maka diperlukan sebagian umat yang mau mengimbangi arus informasi tersebut, menyediakan jawaban-jawaban untuk menjelaskan ajaran agama mereka yang dipertanyakan pihak lain.
2. Jangan terpancing ketika lawan debat mengeluarkan kata-kata tidak pantas, misalnya dengan kalimat penghinaan kepada Allah dan Rasulullah, anda lalu balas mencaci-maki Tuhan mereka. Allah dan Rasul-Nya tidak akan menjadi hina karena dihina, namun anda bisa menjadi hina karena hinaan yang keluar dari mulut anda sendiri, itu berlaku bagi semua pihak. maka biarkan saja mereka melakukan hujatan untuk mempertontonkan kebusukan yang ada dalam diri mereka, anda jangan ikut-ikutan. Sekali lagi : ambil pointnya..!!. Misalnya pihak lawan melontarkan soal pernikahan Rasulullah dengan Aisyah, tidak lupa hujatan soal pedofilia, atau gambaran surga yang dipenuhi bidadari lalu dituduh merupakan iming-iming seksual. Fokuslah kepada dalil dan sumber yang mereka kutip, jangan kepada 'bumbu-bumbu penyedapnya' berupa penilaian pribadi yang dilontarkan dengan kata-kata kotor. Itulah yang harus didalami sehingga melalui hujatan tersebut, anda malah 'terbakar' untuk memahami lebih dalam apa yang dipermasalahkan.
3. Selalu konsisten untuk mengajukan referensi dan argumentasi logis yang akan memperkaya wawasan semua pihak yang membacanya. Dalam debat yang dilakukan di internet, jawaban-jawaban kedua belah pihak tidak hanya dibaca oleh berdua saja. Sebenarnya terdapat ratusan bahkan ribuan 'silent readers', yaitu mereka yang 'mengintip dalam diam', mengikuti debat seru dan berusaha mencerna setiap argument apakah logis atau tidak, mengecheck referensi yang diberikan apakah palsu atau tidak, kuat atau lemah, lalu membuat kesimpulan sendiri. Tanamkan dalam pikiran, ketika anda mengetik setiap kata dan kalimat untuk menjawab lawan debat, tujukanlah jawaban tersebut kepada ribuan 'silent readers' ini, merekalah yang sebenarnya membutuhkan jawabannya, bukan lawan debat anda. Nilai dakwah dalam Islam adalah berdasarkan proses, bukan hasil. Allah sendiri menyatakan : Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (Ali Imran 20). 'Argo' pahala anda sudah jalan ketika jari mulai mengetik, tangan mulai menulis kalimat, terlepas apakah pihak lain mau menerimanya atau tidak, soal hasil bukan urusan anda, itu adalah urusan Allah.
4. Maka debat yang paling efektif adalah ketika dilakukan secara tertulis di internet, dan dilakukan secara terbuka. Kalau anda hanya melakukannya 'face to face' dan tidak bisa diikuti oleh orang banyak, maka bisa jadi tindakan anda untuk berdakwah hanyalah sia-sia, karena hanya akan 'ditelan' oleh lawan yang memang sudah mematok dirinya untuk tidak mau mengerti. Debat dengan cara ini juga membuka kesempatan kita untuk mengecheck setiap materi yang diajukan apakah benar atau salah, merenungkan dan memikirkan panjang, memperkaya dan menyempurnakan tanpa dibatasi waktu. Kecil kemungkinan melakukan 'silat lidah' dan usaha untuk mengintimidasi lawan seperti yang sering terjadi dalam debat langsung.
5. Jangan merasa 'minder' dengan pengetetahuan yang terbatas dalam soal agama Islam. Percayalah.., ajaran Islam itu sangat sempurna, jalinan doktrin antara satu dengan yang lain merupakan sesuatu yang masuk akal dan logis. Anda tidak perlu menjadi jenius ketika menjelaskan soal Allah yang Maha Esa, atau keberadaan surga dan neraka. Ibarat menjual produk, yang anda jual adalah produk berkualitas, bendanya sendiri sudah 'self explanatory', menjelaskan kehebatannya sendiri. Tidak perlu menjadi saleman handal untuk memasarkan suatu produk berkualitas, apalagi harus melakukan 'make-up' untuk menutupi bagian yang cacat, lalu berimprovisasi dengan berbusa-busa menjelaskan sesuatu yang sebenarnya tidak terkandung didalamnya. Anda hanya tinggal mendalami, lalu mengutip ayat-ayat Al-Qur'an terkait pertanyaan yang relevan, mendukungnya dengan hadits-hadits dan pendapat para ulama.
Jadi kalau anda bertanya :"Apakah debat lintas agama perlu atau tidak..?", saya jawab dengan pasti :"Perlu...".
Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan debat atau diskusi lintas agama..
Masalahnya muncul ketika ragam debat yang tersedia menyajikan 'menu yang bervariasi', ada 'full' caci-maki, pakai gaya 'bolotisme' - mengulang-ulang permasalahan dan pertanyaan yang sudah dijawab lawan, lalu adu stamina untuk saling ngotot siapa yang bakalan memberikan 'pukulan terakhir', forum yang lain bisa sedikit menahan diri dengan menyampaikan pertanyaan santun berdasarkan sumber referensi yang jelas dan lengkap, termasuk hasil analisa 'ala' orang kafir.
Secara garis besar terdapat beberapa kategori pihak non-Muslim yang terlibat dalam diskusi dengan pihak Islam :
1. Melulu berusaha mengajak lawan agar bisa menerima kebenaran ajaran mereka. Biasanya karakter pendebat seperti ini tidak begitu menggubris soal ayat-ayat Al-Qur'an, hadist atau juga sejarah Islam, mereka rajin mengutip ayat-ayat kitab sucinya yang berisi ajakan kepada kebaikan, sekalipun secara tidak langsung ada juga yang isinya membantah dan menolak materi yang ada dalam Islam, misalnya soal kebaikan hidup dengan perkawinan monogami, pasti akan mengkoreksi konsep poligami.
Untuk kategori ini, kita sebaiknya tidak perlu 'mengadakan perlawanan'. Hormati hak orang lain untuk berdakwah. Ataupun kalau mau menanggapi, ajukan pertanyaan untuk memperdalam apa yang dilontarkannya, tanyakan dalil-dalilnya lalu sampaikan argumentasi logis tentang kaitan-kaitannya. Kalau anda menemukan adanya ayat-ayat dalam kitab sucinya yang bertolak-belakang dengan apa yang disampaikan, tanyakan kontradiksinya, dan biarkan dia menjelaskan sendiri argumentasinya selogis yang dia mampu.
2. Kategori pendebat berikut adalah orang-orang yang sering mengutip ayat-ayat Al-Qur'an dan hadits ataupun sumber ajaran Islam lain, dengan tujuan untuk 'membongkar kesesatannya'. Termasuk dalam kategori ini adalah hujatan kepada Rasulullah, tentang pernikahan beliau, kepemimpinan yang dianggap kejam dan suka berperang, sampai peristiwa wafatnya Rasulullah juga bakalan diungkit-ungkit. Materinya sebenarnya sudah banyak yang usang dan penjelasan yang lengkap dari umat islam sudah banyak juga disampaikan, namun dipastikan pertanyaan dengan gaya ini akan selalu muncul.
Untuk yang beginian, anda bisa menjadikan mereka sebagai 'sparring partner', perlu dipelihara karena dengan keaktifan merekalah anda bisa membolak-balik Al-Qur'an dan kitab tafsir, googling di internet mencari materi jawaban, mendalami kosakata bahasa Arab, membongkar-bongkar kitab hadits. Mereka bisa berfungsi sebagai 'minyak' yang membakar api semangat anda untuk makin intens mendalami ajaran islam.
Beberapa aktivis debat saya perhatikan melengkapi tanggapan mereka dengan mengajukan pertanyaan balik dengan thema yang sama, misalnya ketika pihak Muslim ditanya :"Mengapa dalam ajaran agama anda dikatakan Allah menyesatkan manusia..?", lalu setelah dijelaskan maka diajukan pertanyaan balik ;"Memangnya dalam agama anda Tuhan tidak menyesatkan manusia..?", dan kemudian disampaikan kutipan ayat-ayat dalam kitab suci mereka yang mengindikasikan hal tersebut. bagi saya hal ini bisa saja dipraktekkan, namun sebenarnya tidak begitu bermanfaat buat pemahaman kita terhadap ajaran agama kita sendiri.
3. Ada lagi karakter pendebat non-Muslim, yaitu 'mencatut' ayat-ayat Al-Qur'an dan hadist dengan tujuan untuk membenarkan klaim-klaim yang ada dalam ajaran agama mereka, biasanya ini khusus dilakukan oleh kaum Kristen karena banyak isi ajaran dari Islam dan Kristen yang bersinggungan. Cara yang dilakukan adalah dengan memotong-motong ayat, menyambung-nyambungnya agar sesuai dengan pernyataan kitab sucinya tentang hal tertentu. Contoh yang paling sering adalah mengutip surat al-Faatihah 'Tunjukilah kami jalan yang lurus', lalu dicantelkan kepada ayat alkitab 'Yesus berkata akulah jalan menuju Bapa'. Atau pernyataan Al-Qur'an yang menyebut Isa Almasih adalah 'kaalimah' dari Allah, dikaitkan dengan konsep 'Yesus adalah firman yang menjelma menjadi manusia'.
Untuk meladeni karakter model ini, maka selain kita harus rajin membuka-buka Al-Qur'an dan hadist, mencari dan melengkapi ayat-ayatnya supaya bisa diungkapkan isi yang sebenarnya, dilihat konteksnya, dilihat ayat-lain yang menjelaskannya, juga sedikit banyak harus mempelajari ayat-ayat yang ada dalam alkitab juga dengan tujuan sama, melihat ayatnya secara utuh sehingga bisa diungkap apa tujuan dari pernyataan-pernyataannya, karena kelakuan Kristen memotong dan menyambung ayat Al-Qur'an dan hadits sering juga dilakukan mereka untuk ayat alkitab mereka sendiri.
Yang harus ditanamkan dalam pikiran kita ketika memulai debat lintas agama adalah :
1. Jangan sampai terlalu berambisi untuk membuat lawan debat mengerti dan mengakui pendapat anda, apalagi bermimpi untuk meng-Islamkan kafir. Sering para pendebat sudah mematok sikap :"Pokoknya tidak paham..", sebelum mereka terjun dalam suatu perdebatan. yang penting buat anda adalah : ambil pointnya, lalu dalami materi dan referensinya UNTUK MENAMBAH PEMAHAMAN BAGI DIRI SENDIRI. Banyak kalangan umat Islam sendiri yang alergi dengan debat seperti ini, mereka biasanya mengatakan :"Tidak ada gunanya, urusan keimanan adalah urusan masing-masing, tidak perlu mengobok-obok ajaran agama lain..", namun pada sisi lain mereka juga tidak mau mendalami ajaran agama mereka sendiri, yang penting hidup damai dan tidak saling mengganggu. Perdebatan antar agama adalah suatu keniscayaan, tidak diladenipun pertanyaan dan gugatan akan selalu dilontarkan orang, begitu yang terjadi sejak dahulu kala sejak jaman Rasulullah. Dijaman sekarang ini, materi debat akan langsung masuk sampai keruangan rumah melalui internet, mau diabaikanpun bakalan tetap terbaca. Maka diperlukan sebagian umat yang mau mengimbangi arus informasi tersebut, menyediakan jawaban-jawaban untuk menjelaskan ajaran agama mereka yang dipertanyakan pihak lain.
2. Jangan terpancing ketika lawan debat mengeluarkan kata-kata tidak pantas, misalnya dengan kalimat penghinaan kepada Allah dan Rasulullah, anda lalu balas mencaci-maki Tuhan mereka. Allah dan Rasul-Nya tidak akan menjadi hina karena dihina, namun anda bisa menjadi hina karena hinaan yang keluar dari mulut anda sendiri, itu berlaku bagi semua pihak. maka biarkan saja mereka melakukan hujatan untuk mempertontonkan kebusukan yang ada dalam diri mereka, anda jangan ikut-ikutan. Sekali lagi : ambil pointnya..!!. Misalnya pihak lawan melontarkan soal pernikahan Rasulullah dengan Aisyah, tidak lupa hujatan soal pedofilia, atau gambaran surga yang dipenuhi bidadari lalu dituduh merupakan iming-iming seksual. Fokuslah kepada dalil dan sumber yang mereka kutip, jangan kepada 'bumbu-bumbu penyedapnya' berupa penilaian pribadi yang dilontarkan dengan kata-kata kotor. Itulah yang harus didalami sehingga melalui hujatan tersebut, anda malah 'terbakar' untuk memahami lebih dalam apa yang dipermasalahkan.
3. Selalu konsisten untuk mengajukan referensi dan argumentasi logis yang akan memperkaya wawasan semua pihak yang membacanya. Dalam debat yang dilakukan di internet, jawaban-jawaban kedua belah pihak tidak hanya dibaca oleh berdua saja. Sebenarnya terdapat ratusan bahkan ribuan 'silent readers', yaitu mereka yang 'mengintip dalam diam', mengikuti debat seru dan berusaha mencerna setiap argument apakah logis atau tidak, mengecheck referensi yang diberikan apakah palsu atau tidak, kuat atau lemah, lalu membuat kesimpulan sendiri. Tanamkan dalam pikiran, ketika anda mengetik setiap kata dan kalimat untuk menjawab lawan debat, tujukanlah jawaban tersebut kepada ribuan 'silent readers' ini, merekalah yang sebenarnya membutuhkan jawabannya, bukan lawan debat anda. Nilai dakwah dalam Islam adalah berdasarkan proses, bukan hasil. Allah sendiri menyatakan : Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (Ali Imran 20). 'Argo' pahala anda sudah jalan ketika jari mulai mengetik, tangan mulai menulis kalimat, terlepas apakah pihak lain mau menerimanya atau tidak, soal hasil bukan urusan anda, itu adalah urusan Allah.
4. Maka debat yang paling efektif adalah ketika dilakukan secara tertulis di internet, dan dilakukan secara terbuka. Kalau anda hanya melakukannya 'face to face' dan tidak bisa diikuti oleh orang banyak, maka bisa jadi tindakan anda untuk berdakwah hanyalah sia-sia, karena hanya akan 'ditelan' oleh lawan yang memang sudah mematok dirinya untuk tidak mau mengerti. Debat dengan cara ini juga membuka kesempatan kita untuk mengecheck setiap materi yang diajukan apakah benar atau salah, merenungkan dan memikirkan panjang, memperkaya dan menyempurnakan tanpa dibatasi waktu. Kecil kemungkinan melakukan 'silat lidah' dan usaha untuk mengintimidasi lawan seperti yang sering terjadi dalam debat langsung.
5. Jangan merasa 'minder' dengan pengetetahuan yang terbatas dalam soal agama Islam. Percayalah.., ajaran Islam itu sangat sempurna, jalinan doktrin antara satu dengan yang lain merupakan sesuatu yang masuk akal dan logis. Anda tidak perlu menjadi jenius ketika menjelaskan soal Allah yang Maha Esa, atau keberadaan surga dan neraka. Ibarat menjual produk, yang anda jual adalah produk berkualitas, bendanya sendiri sudah 'self explanatory', menjelaskan kehebatannya sendiri. Tidak perlu menjadi saleman handal untuk memasarkan suatu produk berkualitas, apalagi harus melakukan 'make-up' untuk menutupi bagian yang cacat, lalu berimprovisasi dengan berbusa-busa menjelaskan sesuatu yang sebenarnya tidak terkandung didalamnya. Anda hanya tinggal mendalami, lalu mengutip ayat-ayat Al-Qur'an terkait pertanyaan yang relevan, mendukungnya dengan hadits-hadits dan pendapat para ulama.
Jadi kalau anda bertanya :"Apakah debat lintas agama perlu atau tidak..?", saya jawab dengan pasti :"Perlu...".
sumber : http://hikmah.muslim-menjawab.com