Label: ,

Nasehat untuk diriku agar kembali ke Tujuan Hidup yang Hakiki

Assalamualaikum...


Mungkin karena merasa banyak dosa, saya jadi berusaha banyak muhasabah akhir-akhir ini. Saya mengakui bahwa iman saya itu lemah meskipun ada. Yups, Ada tapi lemah, kayak hape punya baterai dan bisa nyala tapi gampang lowbatt... Hufft, Astaghfirullah.. 
Saya tidak mau disebut tidak beriman tapi saya mengakui kalau iman saya banyak bolongnya. 

Awalnya iman melompong, kemudian sedikit belajar dan mencoba menanjaki tangga-tangga hijrah yang banyak dan menjulang. Terkadang kita cepat sekali mendaki, kadang pelan-pelan karena sedikit tersengal, kadang sesaat berhenti, duduk-duduk dan mengitari sekitar dengan pemandangan yang bermacam-macam, kemudian kembali ke anak tangga untuk menanjaki lagi anak tangga satu persatu yang tak pernah terkikis dan layu bunga-bunganya.


Yang penting, jangan kembali...
Jangan melengok, terlena lalu pergi jauh dari anak tangga lagi. Jadi lupa tujuan hanya karena ada taman-taman 'artificial' di sekitar, sementara ujung tangga yang hendak kita tuju itu ada taman terindah dan paling indah yang pernah diciptakan. 

Itu sih perumpamaan saya saja. Ibarat tangga, tahap pematangan iman itu memang banyak, panjang dan bisa dibilang seumur hidup. 

Tapi kadang karena banyak godaan dan manusia adalah tempatnya lupa dan salah, tak banyak manusia yang bisa istiqomah tetap berada di jalur dan mendaki dengan cepat.
Kebanyak keluar jalur dan melupakan, hanya teringat sedikit peraturan tapi tak berjalan di tempatnya... 

Oke... apa sih maksud saya menulis ini...?
Saya menulis ini untuk mengingatkan diri saya sendiri, bahwa tujuan hidup saya adalah Allah.


Mau hidup lagi menderita maupun berlimpah, tujuannya tetap sama!

Hidup saya bukannya sedang pada tahap berhura-hura, jujur saja hidup saya lebih baik dalam taraf 'duniawi' saat ini.  Saya punya pegangan duniawi yang meski bukan yang berlebih-lebih tapi 'cukup' dan menyenangkan. 

Saya berada di negara jauh untuk 'mengadu nasib', istilahnya. Belajar di negeri orang beralasan untuk bisa mendapatkan penghidupan yang baik saat kembali di Indonesia. Mendapat pengalaman dan juga banyak kesempatan bagus. 

Yaps, disini saya bisa menjalani banyak hal yang nggak bisa saya lakoni di Indonesia. Mendapatkan banyak hal yang membuat saya harus bersyukur mungkin ribuan kali dalam sehari. 

Tapi kadang karena melihat kesempatan-kesempatan bagus yang lewat di depan mata, ada tersirat ingin terjun lebih dalam, tanpa memperhitungkan lagi apakah itu seimbang dengan tujuan hidup saya yang sebenarnya?

Kalau saya terlalu sibuk dengan ini semua, apakah Allah akan meridhoi? Usaha memang perlu, usaha sama sekali tidak dilarang, tapi kalau saya terlena di dalamnya kemudian banyak hal yang sebenarnya tidak dibenarkan, meski akan membuat saya punya banyak uang, punya banyak relasi, dll...

Sementara tujuan saya sebenarnya pada umumnya... 
Menjadi orang yang baik dihadapan Allah yang kemudian baik kepada orang entah itu dipandang baik atau tidak oleh orang, intinya kudu punya hidup berguna untuk orang demi mengharap ridho Allah.

Setan tidak akan berhenti menggoda kita sampai terseret ke dalam neraka bersama mereka. Serem yaaaa....

Makanya seberapa kita sudah merasa dalam titik aman sebuah iman, jangan dulu berpuas dan berbangga dulu. Karena dengan kencangnya godaan dari populasi setan yang nggak kalah banyak, maka kita kudu memastikan kalau pegangan kita sudah kuat di setiap langkah, kalau longgar dikit, bisa menggok dikit, sekali menggok dikit bisa kebablasan.

Percaya nggak percaya, saya pernah mendengar kisah tentang penghafal Al-Qur'an yang akhirnya tergoda untuk berzina, kemudian dalam kenyataan kita aja, banyak mantan hijab, banyak yang buka hijab lalu jadi roooock ~ Sedahsyat itu ya godaan setan, menakutkan.
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi (QS. Al-Ankaboot:2)

Maka dari itu ada istilah 'Istiqomah', setelah menemukan hidayah dan proses hijrah yang cukup sulit karena kita harus merubah pemikiran dan kebiasaan yang sudah lama dilakoni, maka istiqomah alias mempertahankan perubahan itu adalah tahap 'selamanya' yang paling susah.  Allah akan bernar-benar menguji dimana antara hamba-hambaNya yang paling 'setia' yahh... istiqomah ini sama istilahnya sama setia kali yaaa...

Seperti dalam hubungan atau pernikahan, keputusan seseorang untuk menikah sudah baik tapi perjuangan dimulai dari sana, menikah bisa jadi jalan kemuliaan dan ibadah, tapi setelah kesetiaan dan komitmen bisa dibuktikan sampai akhir hidup, begitu pula iman, sebelum kita mati dengan iman yang baik, sebelum digelari Allah sebagai orang 'khusnul qatimah' maka kita belum bisa dibilang berhasil dalam kehidupan ini.


Memanglah aku pun manusia akhir jaman, entah kenapa hati ini ini bisa keras sesekali atau bahkan berkali-kali, nggak malu sama Allah. Menikmati rahmatNya tanpa mengindahkan ayat-ayatNya yang sempat kulantunkan dengan mulutku sendiri dan juga sempat kuresapi dalam hati. Terkadang aku sadar, aku mengingkari apa yang dulu sudah kupahami, dan sempat aku jalani. Aku tahu saat itu hatiku damai, tapi duniawi ini kadang juga membalut hatiku, merasa ini juga kesejukkan yang hakiki.

Mungkin aku tertipu dengan dunia, Allah memberi apa yang kuminta tapi setan terus berusaha menggodaku dikeadaanku yang sudah berbeda, ada dua jalan dihadapanku. Survive dengan jalan Allah yang disini makin terasa berat atau sedikit mengabaikan saja dengan perlahan-lahan terbawa ke jalan setan. Semua mulai kabur di pandanganku, yang kulihat hanya tujuan duniawi, aku merasa sisi buruk dariku yang lahan-lahan sudah mati-matian ku hilangkan bisa muncul lagi karena keadaan disini terlihat sah-sah saja dan sewajarnya...

Aku pun tak bisa lama bersimpuh memohon ampun dan meminta petunjuknya, pikiranku seperti sudah di silaukan dan dialihkan dengan kesibukan lain yang silih berganti. Tak adapula ketenangan untuk ibadah, tidak banyak ajakan untuk

Wahai diriku...
Kamu tidak dipuncak gunung kejayaan, jangan berbangga, jangan pula sombong ...
Ingatlah ketika Allah pernah mengambil apa yang kau miliki dan kau banggakan.
Saat itu kau sadar bahwa dont take anything for granted
Pun tidak juga di jurang kehidupan, jangan berputus asa dan banyak-banyaklah bersyukur...

Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan

Ingatlah kalimat Al-Qur'an di surat Ali Imran ayat 185 yang selalu kau ingat setiap kau tahu kau sedang terlena akan keindahan dunia yang menyenangkan hatimu. Bersyukurlah ketika kau dapat menikmati indahnya dunia ini, tapi jangan membiarkannya menguasai nafsumu...

Kau tahu hidup bukan sekedar 'begini saja'. Kau tahu kenapa alam semesta dan isinya ini ada, bukan untuk kau lakoni semaunya karena kau tahu akan kematian, tapi sebaliknya...

Kau tahu semua ini akan berakhir maka kalau kau terus terlena kau bisa merasakan akibatnya yang menyebabkan penyesalan besar tiada akhir.

Hari ini kau hidup jauh dari Masjid, yang mungkin bisa mengingatkanmu tentang agama, jauh pula dari keluarga yang mempedulikan keadaan hatimu, tapi kau tahu kau selalu dekat dengan Allah, kau bisa bersimpuh dimanapun kamu berada. Mintalah Allah menjaga hatimu, agar selalu ditunjukkan dan pula diberi kebaikan dengan ridhonya agar kau menikmati semua ini bukan sebagai ganti kenikmatan di surga yang tidak kau dapat lagi. Padahal surgalah tujuan utama hidupmu, bukan sekedar surga dunia...

 
Youthism © 2012 | Designed by Canvas Art