Label: ,

Kesempurnaan Iman - Mencintai Allah dan Rasul Lebih dari apapun

Islam adalah agama yang mendasari ajarannya dengan realitas, bukan agama yang didasarkan pada khayalan dan ilusi. Ia tidak menafikan adanya perasaan saling mencintai antar manusia, sebab itu adalah fitrah manusia. Secara naluri kita mencintai suami, istri, keluarga, harta dan tempat tinggal. Itu manusiawi dan sama sekali tidak salah.

Akan tetapi tidak sepatutnya sesuatu yang bersifat duniawi ini lebih ia cenderungi dan cintai dibanding ALLAH dan Rasul-Nya. Jika ia lebih mencintainya, berarti tidak sempurna imannya. Ia harus berusaha menyempurnakannya.

Katakanlah: "Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNYA dan dari berjihad di jalan NYA, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS. 9:24)
Mencintai ALLAH dan Rasul-Nya melebihi dari segalanya adalah jalan menuju keselamatan yang hakiki. ALLAH, Dialah yang paling berhak untuk dicintai, yang lebih patut menjadi labuhan hati dibandingkan orang tua, anak, bahkan diri sendiri. Inilah maqom tertinggi berbagai tingkatan cinta bagi para pencari cinta. MERUGILAH ORANG YANG MENCINTAI LAINNYA LEBIH DARI CINTA PADA ALLAH & RASUL-NYA
"Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badwi yang berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah dan tidak patut bagi mereka lebih mencintai diri mereka daripada mencintai diri rasul. yang demikian itu ialah karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan dan kelaparan pada jalan Allah, dan tidak menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal saleh. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik." (QS.9:120)
“Saat seorang bertanya kepada Rasulullah SAW tentang hari kiamat, beliau menjawab dengan sebuah pertanyaan, “Apa yang sudah kau persiapkan untuknya?” Orang itu menjawab, ‘Tidak ada lain kecuali bahwa saya mencintai ALLAH dan Rasul-Nya.’ Rasulullah bersabda : ‘Engkau beserta orang yang engkau cintai. ” (HR. Bukhari Muslim)

Allah Azza wa Jalla berfirman dalam Qur’an surat ke 49 Hujuraat: 7-8
"Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu 'cinta' kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu INDAH di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. mereka Itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus." (QS. 49:7-8)
 Sebagai karunia dan nikmat dari Allah. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Sungguh cinta kita kepada kedua orang tua, keluarga dan dunia tidak boleh melebihi cinta kita kepada Rasul-Nya, yaitu nabi Muhammad SAW. Dari Anas ra., dia berkata bahwa Nabi bersabda :
TIDAK BERIMAN salah seorang dari kalian sehingga aku lebih dicintai daripada orang tuanya, anaknya dan seluruh manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Tidak berarti kita menyepelekan perasaan cinta pada dunia, keluarga dan orangtua. Tapi tidak boleh lebih mencintai dibanding cinta kepada Allah SWT dan Nabi. Karena Allah adalah Tuhan pencipta kita dan Nabi Muhammad adalah seseorang yang telah di utus Allah di jalan yang lurus. Sementara orang tua dan keluarga kita adalah manusia biasa yang tentu mungkin tidak sempurna dan punya salah. Kita bisa di bimbing maupun membimbing mereka, tapi tidak untuk berserah diri sepenuhnya karena Allah lah yang paling berkuasa atas segalanya, menentukan hidup kita dan menyelamatkan kita dari takdir buruk di kehidupan dunia akhirat.
"Nabi itu lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka. Dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris-mewarisi) di dalam kitab Allah daripada orang-orang mukmim dan orang-orang Muhajirin, kecuali kalau kamu berbuat baik[*] kepada saudara-saudaramu. Adalah yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab." (QS.33:6)
[*]Berwasiat yang tidak lebih dari sepertiga harta.

Kecintaan kita pada Rasulullah itu mengikuti kecintaan kita pada ALLAH SWT. Dan ini merupakan buah kecintaan kita kepada-Nya. Saat Rasulullah Muhammad SAW tiba di madinah, orang-orang yahudi menghampirinya seraya pura-pura bersin di hadapan beliau, kemudian mereka berkata: “Kami mencintai Allah, tapi kami tidak akan mengikutimu.”

Allah Azza wa Jalla mendustakan kecintaan mereka, sekaligus membantah pengakuan mereka dengan firman-NYA:
Katakanlah: Jika kamu mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. QS.3 Ali Imran:31

Jika seorang mempunyai kekasih, tentu ia akan berusaha menjadi seperti apa yang diinginkan dambaannya itu. Maka tak jarang kita melihat seorang yang tadinya brutal menjadi baik, yang tadinya
nakal menjadi saleh, yang tadinya hura-hura menjadi bersahaja. Kecintaan pada Allah ialah terbukti dari ketaatannya menjalankan perintah & menjauhi larangan tanpa paksaan, ia terbukti pula dari
pengorbanannya pada Islam, baik berupa tenaga, fikiran, waktu, harta, jiwa, raga dan bahkan nyawa.

Bangun pagi yang dipikirkan ialah umat & Islam.
Akan tidur yang dipikirkan ialah bagaimana Islam dapat bangkit..
Saat ada waktu luang yang dipikirkan ialah permasalahan umat.
Ingin sekali semua orang beriman & berislam secara kaffah.
Ingin sekali semua orang selamat dari neraka.
Sedih melihat kanan kirinya diadzab gempa karena bermaksiat.
Sendu melihat saudaranya Islam keturunan belum shaleh / shaliha.
Pilu menyaksikan saudara lain murtad menjadi kafir.
Saat akan tidur pun dia niatkan sebagai istirahat untuk menghimpun.
kembali tenaga dalam berjuang dijalan-NYA
"Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, Amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin." (QS. 9: 128)
Saking cinta pada kita, Rasulullah Muhammad SAW bersabda:
“Setiap Nabi diberi doa yang pasti akan dikabulkan oleh Allah, namun aku menyimpan doa itu agar dihari kiamat dapat kugunakan untuk menyelamatkan umatku.” HR. Muslim

Jika ingin, Rasulullah Muhammad SAW dapat meminta doa yang membuatnya tenar dan terhebat diantara para Nabi, namun beliau tidak melakukannya, beliau Rasulullah Muhammad SAW menyimpannya untuk kita dihari akhir nanti.

Nabi saw telah menjadikan kecintaan sebagai syarat iman. Seseorang bertanya kepada Rasulullah Muhammad SAW:
“Ya Rasulallah, apa iman itu?”
Rasulullah Muhammad SAW menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih kamu cintai daripada apa pun selain keduanya.”

Dalam hadits yang lain, yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, dari Anas bin Malik: ''Tidak beriman kamu sebelum Allah dan Rasul-Nya lebih kamu cintai dari siapa pun selain mereka.

Kemudian dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, “Tidak beriman kamu sebelum aku (Rasulullah) lebih dicintai dari keluarganya, hartanya, dan seluruh umat manusia.”

Hadis di atas menjelaskan surat Al-Taubah ayat 24:
Katakanlah: "Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum
keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNYA danAllah tidak memberi petunjuk pada orang-orang yang fasik."

Sumber cinta pertama adalah Allah, kemudian kita mencintai siapa saja yang dicintai Allah, termasuk rasul-Nya, dan mencintai apa yang dicintai oleh pencinta Allah, termasuk para sahabat & ahlul bait.
Karena itu, doa yang biasa kita baca adalah: “Ya Allah, kumohonkan kepada-Mu cinta`Mu dan mencintai orang-orang yang mencintai`Mu, dan mencintai setiap amal yang membawa kami ke
dekat`Mu...

Dan pula diriwayatkan dalam Hadits bukhari, saat Rasulullah Muhammad SAW mengajarkan KEHARUSAN mencintai ALLAH & Rasul-NYA:

Maka Umar bin Khatab r.a. berkata:
“Wahai Rasulullah! Demi Allah! Engkau lebih aku cintai daripada Hartaku, keluargaku dan orang tuaku, kecuali dari diriku sendiri.”
(Umar lebih mencintai dirinya sendiri dibanding Rasul) Rasulullah Muhammad SAW menjawab: “Tidak! Wahai Umar, bahkan aku harus lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri.”
Umar berkata: “Jika begitu, Demi Allah! Engkau akan lebih aku cintai daripada diriku sendiri wahai Rasulullah!” “Sejak sekarang,imanmu telah sempurna wahai umar!” Tegas Rasulullah Muhammad SAW. HR. Bukhari 6485, HR. Ahmad 22125

Dengan cinta Allah & Rasul melebihi segalanya, kita tidak menjadi benci pada orang tua, anak, suami/istri, keluarga atau lainnya. Justru dengan cinta Allah & Rasul, maka kita diwajibkan untuk
menghormati orang tua, meski orang tua kita masih belum juga mendapat hidayah Allah untuk menerima Islam.
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada  ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia[*]. (QS. 17: 23)
[*] Mengucapkan kata Ah kepada orang tua tidak dlbolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu.

Dengan cinta Allah & Rasul melebihi segalanya, Justru Allah mewajibkan kita menyayangi anak, istri, dan seluruh muslimin muslimah dimuka bumi, menghormati hak tetangga meski mereka kafir, mengenal seluruh manusia di berbagai belahan bumi dan sebagainya.

Wallahu Alam.. 
Semoga Bermanfaat untuk meningkatkan iman kita pada Allah dan RasulNya..
Aamiin. 

Sumber : islamterbuktibenar.net 

 
Youthism © 2012 | Designed by Canvas Art