Label:

Mualaf Inggris Didominasi Bangsawan dan Kaum Terpelajar

 Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong. (QS. 110:1-2)

Ratu Elizabeth dan Muslimah Inggris
Beberapa pekan lalu muslimin Inggris mendapat kabar gembira dengan rencana diangkatnya seorang mualaf, Charles John Pelham atau Abdul Mateen menjadi Sheriff Agung.
Pengangkatan tersebut pun atas dasar pilihan langsung Ratu Elisabeth II. Dikabarkan, Pelham merupakan satu dari sekian banyak bangsawan Inggris yang memilih menjadi seorang muslim.

World Bulletin mengabarkan, Ratu Inggris, Elizabeth II telah menunjuk Earl-8 Yarborough Charles John Pelham, sebagai Sheriff Tinggi dari Lincolnshire. Pria berusia 50 tahun itu mewarisi 68 juta pound estate dari ayahnya, Earl-7 Yarborough, pada tahun 1991. Warisan tersebut termasuk 27.500 hektar lahan pertanian, Taman Brocklesby di Lincolnshire, serta sebuah koleksi seni pribadi terbaik Inggris.

Pengangkatan Pelham sebagai sheriff tentu menjadi tanda toleransi yang baik di negeri kerajaan tersebut. Mualaf tetap diakui sebagai warga negara dan diberi kesempatan jabatan yang sama dengan kaum mayoritas. Dari kabar tersebut, nampak pula data yang kemudian menunjukkan banyaknya mualaf Inggris dari kalangan Bangsawan. Pelham hanyalah salah satunya.

Menurut Surat Kabar Business Standard, Inggris memiliki hampir 2,7 juta Muslim dan menurut sebuah penelitian, sejumlah pemilik tanah negara diketahui merupakan para mualaf. Penelitian tahun 2004 oleh Sunday Times juga menemukan bahwa 14 ribu warga Inggris kulit putih dari kalangan eliet telah mendapatkan hidayah dan memeluk Islam.

Secara umum,jumlah mualaf di Inggris terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2008 terdapat 1,65 juta muslim atau sekitar 2,7 persen dari total populasi negara monarki konstitusi tersebut. Kemudian di tahun 2010, sebanyak 2,8 juta muslim tinggal di Inggris dengan presentase sebesar 4,6 persen dari total penduduk.

Sumber : Republik.co.id

 ***

Gambar Ilustrasi
Caroline Bate adalah tipikal perempuan Inggris yang terpelajar. Ia pernah mempelajari bahasa Rusia dan Jerman sebelum akhirnya memilih jurusan manajemen dan mendapatkan gelar kesarjanaan di bidang itu dari Universitas Cambridge.Lalu apa yang membuat Caroline istimewa? Yang membuatnya istimewa adalah minatnya terhadap agama Islam. Caroline mempelajari Islam dan merasa dirinya sebagai Muslim meski secara resmi ia belum mengucapkan dua kalimat syahadat.

Caroline mewakili kalangan muda, kulit putih dan terpelajar di Inggris yang cenderung memiliki minat untuk mempelajari agama Islam. Sejumlah masjid di London mengakui adanya kecenderungan yang makin meningkat itu, bahkan bukan hanya berminat mempelajari Islam tapi juga menyatakan diri masuk Islam, terutama sejak peristiwa serangan 11 September 2001 di AS. Seperti Caroline, warga Inggris yang masuk Islam kebanyakan berasal dari kalangan kelas menengah yang sudah mapan, punya karir yang bagus dan memiliki latar belakang kehidupan pribadi dan sosial yang bahagia.


Dalam artikel “Wajah Baru Islam” yang dimuat di situs Islam For Today, penulisnya, Nick Compton menyebutkan bahwa trend semacam itu bukan hal yang baru di Inggris. Ia menyebutkan sejumlah warga asli Inggris ber “darah biru” yang memutuskan untuk menjadi seorang muslim, misalnya Jonathan Birt, putera dari Lord Birt yang masuk Islam pada tahun 1997 dan Joe Ahmed Dobson, putera mantan Menteri Kesehatan Inggris.

Seperti di negara Barat lainnya, isu Islam radikal juga mengemuka di Inggris pasca peristiwa 11 September. Di Inggris, tokoh muslim Abu Hamza Al-Masri ditudingsebagai tokoh radikal yang telah mencekoki anak-anak muda Muslim dengan pemikiran ekstrim. Tapi di sisi lain, justeru makin banyak kalangan kulit putih dari kelas menengah di Inggris yang masuk Islam. Kebanyakan dari mereka mengetahui Islam dari teman-temannya, dari buku bacaan dan dari para juru dakwah di Inggris yang meyakinkan mereka bahwa Islam bukanlah agama misionaris seperti agama Kristen.

Caroline memiliki pengalaman unik bagaimana pertama kali mengenal Islam dan meyakininya sebagai agama yang sempurna dan paling masuk akal. Semuanya berawal ketika teman sekolahnya menikah dengan seorang muslim asal Tunisia. “Tadinya saya cuma ingin mempelajari sisi budayanya dan bukan agamanya. Tapi dari literatur yang saya baca mendorong saya untuk juga membaca tentang ajaran Islam, yang menurut saya sangat masuk akal dan sempurna,” kata Caroline.

Lain lagi pengalaman Roger (bukan nama sebenarnya) yang berprofesi sebaga dokter. Ia mengatakan, sekitar satu setengah tahun yang lalu ia sering membicarakan tentang Islam dengan rekan-rekan kerjanya yang Muslim. “Semua yang saya dengar tentang Islam dari media massa adalah Hizbullah, kelompok gerilya dan sejenisnya. Lalu saya mulai mengajukan beberapa pertanyaan tentang Islam pada kolega saya yang Muslim dan saya sangat prihatin dengan ketidaktahuan saya selama ini,” aku Roger yang kemudian memutuskan masuk Islam.

Bagi para mualaf itu, memeluk Islam ibarat melakukan ‘operasi penyamaran’. Mereka harus membaca, bicara, mendengarkan dan belajar tentang Islam secara diam-diam. Yang paling berat adalah ketika mereka harus mengakui keislaman mereka pada teman-teman dan keluarga. Banyak diantara mualaf baru itu yang menghadapi rasa takut, skeptis bahkan respon berupa sikap kebencian.
Eleanor Martin, seorang artis di era tahun 1990-an yang kemudian dipanggil Aisya adalah salah seorang mualaf di Inggris yang mengalami masa-masa berat itu. Ia mengenal Islam dari Mo Sesay, seorang muslim, dalam satu acara yang sama-sama dibintangi oleh Eleanor.

“Yang ada di pikiran saya tentang Islam adalah orang Islam suka membunuh dan lelaki muslim suka memukul perempuan. Tapi pikiran itu berubah setelah saya melihat perilaku Mo Sesay. Kami berdiskusi dan Sesay membuka mata saya tentang Islam yang sebenarnya,” ungkap Eleanor yang masuk Islam pada tahun 1996.

Awalnya, Eleanor menyembunyikan keislamannya karena takut menghadapi reaksi keras dari teman-teman dan keluarganya. “Saya sangat khawatir dengan reaksi ayah. Ia seorang Kristiani yang taat dan memilih berhenti dari pekerjaannya untuk menjadi pendeta,” ujar Eleanor.
Ia lalu bertemu dengan seorang aktor Amerika keturunan muslim Afrika bernama Luqman Ali.
Keduanya menikah dan Eleanor punya alasan untuk memberitahukan keislamannya pada keduaorangtuanya. “Saya pulang ke rumah dan berkata, ‘saya ingin mengabarkan bahwa saya sudah menikah dan saya sekarang seorang muslim’. Ibu saya menyambut gembira tapi ayah saya langsung berkomentar ‘saya pikir saya ingin minum-minum sekarang’,” tutur Eleanor menceritakan pengalamannya masuk Islam.

Namun sebagian mualaf mengakui bahwa tinggal di negara yang multi etnis lebih mudah bagii seorang mualaf. Stefania Marchetti kelahiran Milan, Italia yang hijrah ke London untuk kuliah mengakui, kemungkinan akan sulit baginya untuk masuk Islam di Italia. “Media massa Italia sangat anti-Islam dan masyarakat Italia pada umumnya beranggapan bahwa semua lelaki muslim adalah teroris dan semua perempuan muslim adalah budak,” ungkap Marchetti yang awalnya beragama Katolik dan masuk Islam pada tahun 2001.

Masjid-masjid di Inggris memberikan bimbingan bagi para mualaf baru dalam menjalani kehidupan baru mereka sebagai muslim. Berdasarkan sensus tahun 2001, jumlah Muslim di Inggris mencapai 1,6 juta jiwa. Sejak sensus itu terjadi kenaikan jumlah muslim di Inggris sebanyak 400.000 orang. Dan menurut Mendagri Inggris, Jacqui Smith pada tahun 2008 tercatat 10 ribu jutawan Muslim di Inggris dan secara umum komunitas Muslim Inggris telah memberikan kontribusi sebesar 3,1 miliar pounsterling per tahun bagi perekonomian Inggris.

Sumber : (ln/IFT/MualafOnline)

 
Youthism © 2012 | Designed by Canvas Art