Label:

Kenapa Allah memperingatkanku untuk berjilbab

Assalamualaikum..


Kali ini saya ingin menceritakan tentang diri saya sendiri..
Insha Allah bisa menjadi pelajaran untuk yang lain juga.

Melihat kebelakang tentang diri saya.  Meskipun saya bukan anak perempuan yang di 'cap' nakal bahkan tak punya image seperti itu, tapi selama ini saya juga hidup cukup cuek dengan yang namanya perintah agama, yang mana juga perintah dan aturan sang pencipta, Allah SWT.

Saya tak membicarakan keseluruhan proses bagaimana akhirnya saya 'menemukan Islam' karena sudah saya bahas di artikel lainnya.  Tapi yang akan saya bahas disini adalah tentang salah satu proses peningkatan keimanan saya yaitu berjilbab 

Saya tak pernah nyaman memakai jilbab.  Sekalipun 'terpaksa' harus memakai jilbab pada satu momen atau acara, selepas itu saya sungguh sangat ingin cepat-cepat melepasnya. Juga tidak pernah nyaman dengan rok panjang atau dandanan ala muslimah. Jeans panjang dengan berbagai atasan minimal sesiku tangan menjadi gaya berpakaian saya sehari-hari.

Terkadang orang sayang untuk berjilbab karena rambutnya yang bagus atau badannya yang molek.
Tapi saya juga tidak pernah merasa begitu, saya tidak merasa cantik dan tidak merasa rambut saya indah.  Tapi saya hanya tidak ngeh dan merasa kikuk ketika memakai jilbab.  Seperti tidak cocok dengan kepribadian saya.

Singkatnya... Saya berjilbab beberapa bulan sebelum ayah saya meninggal, dan beberapa bulan setelah saya mempelajari Islam secara dalam sekalipun sendiri.  Sekalipun orang bilang belajar agama itu tidak boleh sendiri, tapi kala itu saya merasa saya sudah dalam keterhimpitan batin.. Tak tahu harus kemana dan harus bagaimana.  Merasa di telantarkan dan diabaikan semua orang, bahkan sempat merasa di telantarkan oleh Allah, Tuhan yang Maha Esa.. yang selama ini sudah saya yakini tapi tak sepenuhnya saya pahami.

Setelah saya berdiri dengan pribadi dan pemikiran seperti sekarang, saya mulai bisa memetik hikmah satu persatu.  Termasuk bagaimana dan mengapa Allah memperingatkanku memakai jilbab :

1.  Diperingatkan berjilbab karena Allah menyayangiku sebagai wanita muslimah
 
Saya PD bahwa Allah menyayangi saya, hehe.  Karena ketika saya tidak bisa mengandalkan siapapun, hanya berdoa pada Allah yang melegakan hati karena saya menemukan jawaban. Aku jauh Engkau jauh, aku dekat, Engkau dekat.  "Ampunan Allah mendahului murkanya"
 
Karena saya sudah menyadari kebahagiaan yang 'mentok' gak ada yang lebih membahagiakan adalah ketika manusia menemukan Tuhan YANG SEBENARNYA. Sehingga ia menjadi tahu apa saja yang benar dan tidak, apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan, kenapa begini begitu dll.  Sehingga dia mempunyai kendali untuk dirinya, dia bisa semaksimal mungkin untuk 'mengamankan' hidupnya kalau-kalau dia akan mendapat goncangan dalam hidupnya lagi, ia punya 'pegangan' yang kuat, extra powerfull!! Yaitu keimanan pada Tuhan. Asal iman masih nempel, masalah apapun tetap  tidak menjadi alasan untuk terjun ke jurang.. waduh ~ Tapi justru menjadi ujian yang mengokohkan diri.

Allah berfirman kalau siapapun yang mengharapkan kebenaran, ada sedikit saja kebaikan untuk mencari ridhoNya maka Allah akan berikan petunjuk. Nah.. setelah diberi petunjuk, diberi hidayah itu tinggal lihat kedepan mau istiqomah atau tidak untuk mempertahankan dan meningkatkan iman yang tadi udah diberi 'modal' lewat hidayah.
 Karena saat itu saya sedang sangat bersedih, wisata dan berbincang dengan kerabat tak menyembuhkan saya tapi sholat dan membaca Al-Qur'an (mengaji) lah yang mendadak menyejukkan dan membuat hati terasa ringan. Saya yakin dengan ini, saya meyakini ini kebenaran yang tak saya temukan dimana-mana lagi. Tiba-tiba jantung saya berdegup kencang atas ketakutan saya telah banyak mengabaikan apa yang seharusnya saya lakukan sebagai kewajiban saya pada Tuhan yang telah memberi nikmat segini banyaknya pada saya.

Saya menyimpulkan seperti itulah saya merasa.  Alhamdulillah karena ketika saya down saya tidak lari pada hura-hura atau sejenisnya, tapi saya lari padaNya sehingga seakan Allah menunjukkan, "Tita.. ini yang benar, kamu harus begini." Saya sudah ditunjukkan sama Allah apa-apa yang benar dan meyakinkan tentang ilmu dunia dan akhirat serta apa yang harus saya lakukan untuk menjalani hidup di jalanNya. Saya harus mulai memperbaiki diri saya, lebih memahami apa tujuan Allah menciptakan dan apa tujuan saya diciptakan.  

Saya tak cukup untuk hanya 'membela' agama Allah hanya dengan membagikan ilmu tapi juga harus mengamalkannya.  Dan jilbab adalah tuntutan utama wanita muslimah sebagai bentuk diri ketaatan karena Allah menginginkan perempuan menjaga kehormatannya dan supaya tidak di ganggu.  Saya mendadak merasa nyaman dengan perintah ini sekalipun sebelumnya saya agak berat untuk berjilbab.

Jadi sebenarnya inti motivasi pertama berjilbab ini adalah sebagai wujud terima kasih pada Allah sudah memberiku petunjuk, bangga menjadi manusia yang mengenal baik penciptaNya, bangga menjadi muslimah.  Wanita berjilbab kan juga untuk membedakan dengan wanita yang tidak percaya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Saya merasa disayang Allah karena diperingatkan memakai jilbab :)

2. Berjilbab untuk melindungi ayah yang akan dipanggil Allah

Seorang laki bertanggung jawab pada beberapa perempuan mahramnya pada istri, anak perempuan juga ibu dan adiknya ketika ayahnya sudah tidak ada.  Logika perempuan setengah dari logika laki-laki karena perempuan mempunyai 'masa libur' dalam beribadah maka Allah memberikan tanggung jawab bagi laki-laki untuk mendidik perempuan.

Sementara perempuan yang seharusnya sadar dan tahu diri seharusnya mengerti bagaimana melindungi laki-laki yang mereka cintai yaitu ayah, suami, anak laki-laki dan saudara laki-lakinya.

Dalam Al-Qur'an sudah diterangkan masing-masing kewajiban dan fitrah laki-laki dan perempuan. Tidak ada yang lebih berat atau atau lebih ringan melainkan ada porsi dan telah disesuai dengan bagaimana Allah menciptakan kita.

Sementara ayah saya orangnya cukup taat dan bisa dibilang hidup selalu mempertimbangkan perintah dan aturan Allah SWT. Saya yakin Allah menyayangi ayah saya sehingga saya dibuat berjilbab.  Jika tidak, ketika ayah saya meninggal dan saya dalam keadaan 'melanggar', dalam kubur ayah akan dimintai pertanggung jawaban 'kenapa kau tidak mengajari anakmu?' tidak kah itu sangat menyedihkan??

Ayah sudah begitu susah payah melakukan banyak hal demi kita bertahan hidup bercukupan dan penuh dengan kenikmatan, tapi kita sebagai anak tidak bisa melakukan banyak hal selain menuntut dan merasa kurang.Kenapa aku tak punya ini itu seperti anak bapak itu atau hal-hal bodoh semacamnya.

Sekalipun masih sulit untuk kita membalas budi sekian banyak tak terhirtung untuk mereka di dunia ini, tidak kah bisa kita banggakan mereka di hadapan Allah? Anak yang sholeh dan taat pada Allah, maka orang tuapun di muliakan.

Ayah saya memang tak pernah memaksa saya atau bahkan tak punya banyak waktu dan kesempatan untuk memberi saya pengertian.  Beliau taat dan kuat iman tapi tidak kolot dan bukan tipe pemaksa dan pengatur. Sekalipun begitu ternyata beliau selama ini mungkin mendoakan anak-anaknya juga saya seperti apa yang saya tahu pada catatan pribadinya.
Dan doa orang tua yang mabrur laksana doa Nabi pada umatnya, sehingga In sha Allah, semua petunjuk yang terjadi pada saya karena doa ayah saya.

Karena itu pada kisah saya.. Enam bulan sebelum ayah berpulang, barulah saya 'disadarkan' Allah untuk berjilbab. Karena ayah saya orang yang beriman, dan hanya saya seorang yang tidak berjilbab, selain itu saya adalah satu-satunya anak yang masih menjadi tanggung jawab ayah karena belum menikah..

Tapi Allah sayang pada ayah. Allah tak mau orang sebaik ayah saya menanggung kesalahan saya yang akan terus mengalir dan meninggalkan anak yang masih jauh dari kebenaran. Sehingga saya ingat betul bagaimana jalan petunjuk itu datang satu persatu di mulai di bulan yang sama di tahun sebelum ayah saya meninggal. Iya.. setahun sebelum itu.

Mungkin kalau saya tahu kebenaran ini setelah ayah saya meninggal, saya akan menyesal seumur hidup dan merasa bersalah pada ayah dan mengkhawatirkan ayah tak ada henti. Saya tahu bukan berarti saya tidak punya dosa dan sudah bersih sekarang, saya yakin dosa saya masih menggunung, tapi In sha Allah saya berdoa untuk ampunan agar tidak akan ditanggungkan pada ayah.  Dan Alhamdulillah selangkah demi selangkah sekarang saya sudah menetapkan diri untuk bagaimana menjadi orang yang berada di jalan Allah.

Terima kasih ayah.. Telah menjadi contoh yang baik sebagai hamba Allah.  Terima kasih telah mendidik dan membesarkanku dengan perjuanganmu yang tidak mudah, terima kasih telah mendoakanku sehingga aku menjadi perempuan yang lebih kokoh dari sebelumnya. 

Begitulah hikmah yang manusia hanya bisa mengira-ngira.  Tapi, jalan hidup manusia tak ada yang kebetulan melainkan telah di atur jalannya oleh Allah SWT sehingga saya yakin semua apa yang sudah saya alami dan saya pikirkan merupakan ranting-ranting yang berbuah hikmah yang diberikan pada saya oleh Allah SWT. Aamiin Yaa Rabb.

Wassalam..

 
Youthism © 2012 | Designed by Canvas Art