Label:

Perjuangan Belajar dan Memahami Islam

Assalamualaikum..

“Barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu (Agama), Allah akan memudahkannya menempuh jalan ke surga.” (Hadist Riwayat)

Mau curhat. Memanglah aku bukan anak pesantren atau hafidz Al-Qur'an, bukan anak alim, apalagi (sok) ustadzah. Inilah aku sosok biasa penyandang status 'muslimah' yang sedang dan selalu ingin belajar, perlahan namun tetap istiqomah dalam keinginan untuk menjadi sosok manusia yang di ridhoi PenciptaNya. Itu saja.

Aku di lahirkan dari kedua orang tua muslim yang otomatis kemudian aku pun menjadi muslim. Sejak kecil orang tua ku juga sudah cukup memberi pengertian dan arahan padaku untuk mempelajari dan menjalankan agama. Mulai dari di les kan mengaji di TPQ dan sering di ingatkan untuk sholat.
Keduanya cukup kuat menjalankan agama, tapi tidak kolot dan tidak radikal.

Seiring berjalannya waktu, ketika saya kemudian lebih banyak menghabiskan waktu dengan dunia, teman dan kegiatan sekolah, mungkin saja orang tua agak 'kecolongan' dengan saat-saat aku agak lalai. Sesekali memperingatkan, seringkali pula aku mulai bongkar-pasang iman. Godaan dunia nampaknya banyak menyilaukan mata anak remaja yang sedang mencari kesenangan saat itu.

Sampai akhirnya aku menemukan sendiri bagaimana caranya supaya aku sadar bahwa agama adalah perihal fital yang mendesak dan harus di laksanakan, agar aku benar-benar terdorong dengan keyakinan paling dalam untuk menjalankan agama dengan tulus, tanpa beban dan setia.
Ya caranya memang minta sama Tuhan, sebadung-badungnya orang, kalau ada keinginan baik terhadap kebenaran Tuhannya, InsyaAllah pastilah diberi petunjuk. Allah

Kalau dulu sholat dan ngaji harus di suruh-suruh, sekarang justru merasa gelisah sendiri kalau belum sholat dan ngaji. Perasaan seperti itu emang dulunya susah banget untuk di timbulkan, tapi kalau sudah ada juga susah hilang..

Tidak cukupkan pelajaran agama di sekolah?

Belajar agama Islam memang kayaknya terlihat bukan hal yang sulit ditemukan lah di negara kita ini. Dari SD - Kuliah iya ada pelajaran agama. Tapi ya begitu, namanya juga sekolah negeri. Bukan Mts/ MIN, apalagi pesantren. Intensitas pertemuan dengan pelajaran agama pun hanya seminggu sekali, tentu tidak banyak yang bisa di bahas. Sepertinya dari situ saja hatiku belum membelot, gak tersentuh atau belum sepenuhnya ngeh. Hanya seminggu sekali mendapat asupan rohani, keluar dari situ bisa buyaaar lagi.

Tidak cukupkan dengan lingkungan mayoritas muslim?

Sekalipun kita berasal dan tinggal di lingkungan yang mayoritas muslim tapi kalau suasananya tidak Islami ya tetap kita akan buram dengan esensi dalam ajaran Islam. Bahkan seorang muslim asal barat yang mengamati negara kita yang dikenal sebagai negara dengan muslim terbanyak dunia beropini bahwa, "Indonesia mayoritas muslim tapi minim pengetahuan tentang Islam."

Banyak orang yang hanya Islam KTP, Islam Liberal, Islam Pluralis, dan sejenisnya.
Yang seperti ini tentu nggak bisa diharap untuk membawa ajaran Islam sesuai sumber asli karena mereka seakan tidak ingin menyesuaikan firman Allah tapi firman Allah yang harus menyesuaikan mereka. Dan kata Ustadz Felix Siauw, orang yang Islam nya Kaffah (Islam secara menyeluruh, KeIslaman yg sebenarnya) itu hanya 20% saja diantara ratusan juta muslim di Indonesia.

Jadi sisanya ya itu tadi, sholat gak sholat gak apa-apa.. Semua agama sama.

Menjadi Perempuan Pencari Tuhan..

"Ketika saya memutuskan untuk kembali meniadakan keinginan-keinginan dunia (yang berlebihan), mengosongkan cinta selain kepada Allah maka kemudian tarikan-tarikan Allah terus membelot ubun-ubun saya untuk melepaskan semua atribut kejahiliyahan (kebodohan) saya. Tanpa saya sadari saya mulai mencintai hal-hal yang menuju kepada sang pemilik nafas saya. Tanpa saya sadar, saya terbawa arus kebaikan, saya tenggelam di danau pengajian, saya terdampar di padang ilalang yang berisi dzikir." - Perempuan Pencari Tuhan

Belajar agama salah satu bentuk terima kasih ku sama Allah dan bentuk keinginanku untuk 'menyelamatkan diri'. Banyak alasan, kejadian dan peristiwa yang membuatku kemudian membelot tentang hal yang berisi tentang Allah dan Islam.

Perjalanan cukup panjang bagaimana aku memahami dan benar-benar mencintai tentang Islam sekalipun aku adalah anak dengan status Islam sejak kecil. Karena hidayah dari Allah memang menyentuh hati, bukan hanya lewat status maupun jati diri sejak kecil. Karena saat itupun sering kali aku hanya menganggap agama atribut hidup saja saat itu. 

Sekalipun saya sudah diyakinkan banyak hal disekitar bahwa Islam yang paling benar.. Tapi entahlah masih simpang siur di hati, masih banyak labilnya, banyak godaan yang memalingkan dan jarang ada yang menguatkan.

2012 - Dimana tahun yang menurut saya manis dan penuh dengan kesenangan, hampir semua yang saya bayangkan benar-benar terjadi. Memiliki apa yang saya inginkan. Tapi saya sebenarnya tidak benar-benar bahagia.
Akhir 2012 - Saya dibuat merasakan banyak kejadian yang membuat saya dalam ketakutan sendiri dan mencari apa yang bisa menyelamatkan saya dari rasa takut dan gelisah ini. Wisata dan bermain tak membuat saya lega, tapi ibadah dan mengeluh pada Allah adalah obatnya.
Awal 2013 - Belajar banyak tentang Islam dan merubah diri sedikit demi sedikit.
2013 - Dimana saya ditinggal banyak orang, merasakan sedih dan sakit yang teramat sangat. Tapi saya tetap bisa menata hati. Menahan diri dari keterpurukan

Semua karena Allah. Tahun 2012 saya belum benar-benar dekat dengan Allah sekalipun saya sudah mengenalNya cukup baik. Sementara 2013 saya menghabiskan banyak waktu untuk belajar banyak tentang esensi Islam sebenarnya juga belajar dari studi kritis soal fitnah Islam yang banyak beredar juga perbandingan dengan agama lainnya.

Merasa yang mendengarkanku mengeluh selama ini ya cuma Allah. Ketika aku dibuat kecewa dengan banyak orang, di campakan  ketika aku merasa di benci semua orang, tidak dengan Allah. Aku meminta begini (bukan melulu materi/harta/uang loh) diberi, aku pingin begitu di kasih jalan, aku meragu diberi jawaban.

Jadi aku merasa 'berkomunikasi' secara langsung denganNya, jadi tak ada hal apapun yang mematahkanku untuk mempercayainya. Terlalu banyak penjelasan bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa, satu-satunya begitu pula Islam, Agama Allah yang diridhoi untuk semua manusia. 

Ketika saya mengeluh :

Ya Allah saya sedih karena ini... Lalu Allah membuatku membaca Al-Qur'an pada ayat yang tepat menjelaskan permasalahan yang aku hadapi, saya tidak jadi sedih.
Ya Allah saya kesepian... Tiba-tiba beberapa teman baik menghampiri saya.
Ya Allah kenapa ada fitnah Islam seperti ini... Tiba-tiba tanpa sengaja saya melihat berita tentang kebenaran maupun hadist-hadist yang menerangkan keadaan seperti itu.
Saya dibuat tak bisa tidur kalau belum sholat malam.
Tak tenang dalam jalan kalau tidak berdoa.
Membuat saya tidak jadi mengungkap marah, menahan benci, kecewa dan mencoba rela ikhlas memafkan dan melepaskan ketika saya ingat Allah.

Masih banyak yang saya tidak semua saya ingat. Itu semua bukan mimpi, sehingga satu-persatu pertanyaan saya mengenai Islam terjawab sudah tak menyisakan keraguan sedikitpun lagi, melunakkan hati saya yang keras dan kaku sekalipun saya belum sempat bertanya langsung pada ahlinya seperti ustadz maupun kyai misal.

Dan Sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. 32:21)
Banyak di dunia yang diberi ujian oleh Allah agar ia merenungkan berpikir lalu kemudian kembali pada Allah, agar ia tak sampai merasakan azab di akhirat. Tapi banyak yang makin durhaka.

Semua skenario dalam hidupku. Tangis, tawa, pahit, manis semua ternyata tak lepas dari bagaimana Allah membuatku belajar dan berpikir tentang hidup dan dalam firmannya, karena Allah ridho jika aku kembali tertuju padaNya. 

Aku jadi tahu kenapa hidup harus ada masalah, kenapa harus ada perpisahan, kenapa harus ada pengkhianat, kenapa ada rasa sakit dan lainnya.  Itu cobaan dan ujian termasuk pelajaran, mediaku untuk berpikir kembali.. Apakah yang aku lakukan sudah benar?

Lalu dengan adanya kebahagiaan dan rezeki pula yang harusnya membuatku banyakberpikir bahwa inilah sarana untuk berbagi.  Karena kita mati yang dinilai adalah amal. 

Tak masalah aku menjadi kelihatan berbeda diantara banyak orang sementara aku dalam prinsip harus menaati Allah.  Aku tak ingin meramaikan suasana hidupku jika didalamnya diisi dengan maksiat dan perbuat sia-sia.  Aku lebih baik berdiam diri sendiri dulu sebelum aku ada seorang teman yang mempunyai hidup satu tema denganku. 'Mendekatkan diri dengan Allah'

Aku terlalu takut untuk terjerumus lagi dengan dosa yang sangat mudah untuk dilakukan dan susah untuk disadari dan ditinggalkan.  Padahal aku sudah pernah diberi peringatan dan petunjuk. Terlaknatlah aku jika aku kembali pada kebodohan.

Sesungguhnya orang-orang yang kembali ke belakang (kepada kekafiran) sesudah petunjuk itu jelas bagi mereka, syaitan telah menjadikan mereka mudah (berbuat dosa) dan memanjangkan angan-angan mereka.  (QS. 47:25)
Jika aku lebih baik dari kemarin maka aku beruntung.
Jika aku sama dengan kemarin maka aku merugi.
Dan jika aku lebih buruk dari kemarin maka aku terlaknat

Bukan tanpa sebab aku menjadi mencintai semua yang bernafaskan tentang firman Allah.  Tapi Demi Allah, aku telah merasakan banyak hal tentangNya.  Tanpa perlu mengada-adakan cerita.

Merasa ditunjukkan banyak hal yang luar biasa yang mungkin tak dirasa semua orang, sangat ingin berterima kasih pada Allah. Tapi Allah adalah pencipta dan pemilik segalanya.. Alam semesta, langit, bumi, dll. Sehingga Allah tak membutuhkan rejeki dari makhluknya.
Tak perlu sesaji atau persembahan apapun.
Sehingga cara berterima kasih padaNya adalah beribadah dan menaati aturan kehidupan yang Ia ciptakan. Lalu menjadi muslim yang baik sesuai peraturanNya.  InsyaAllah.

Ya Allah.. terimalah pengabdian dan ibadahku yang masih penuh dengan kekurangan ini. Aamiin.

Wassalam.

 
Youthism © 2012 | Designed by Canvas Art